BAB I

|
Keterangan
|
Horizon O
|
Lapisan
teratas terdiri dari lapisan tanah organic
|
Horizon A
|
Lapisan
tanah yang terdiri dari humus yang bercampur dengan partikel mineral
|
Horizon E
|
Lapisan bawah yang mengandung asam
organik dan CO2
|
Horizon B
|
Lapisan tanah yang mengandung tanah
liat dan mineral
|
Horizon C
Horizon
R
|
Lapisan
tanah yang terdiri dari batu-batuan kasar
Lapisan bawah dari semua lapisan yang terbentuk batuan keras
|
|
Kelas Tekstur
|
Tanah agregat
|
Pasir
|
Tanah biasa
|
Lempung liat berpasir
|
|
Nilai
|
||||
|
konsistensi kering
|
konsistensi lembab
|
konsistensi basah
|
tingkat plastisitas
|
|
Tanah agregat
Tanah biasa
|
|
keras
lunak
|
lepas
luar biasa kokoh
|
Tidak lekat
Sangat lekat
|
Tidak plastis
Agak plastis
|
|
|
Berat dalam
gram
|
|
|
cawan
|
Cawan + tanah
|
Setelah dioven
|
Tanah agregat
|
22,64
|
28,548
|
27,7445
|
Tanah biasa
|
22,748
|
27,789
|
26,595o
|
|
Hasil
|
Berat
bahan kering
|
0,97
|
Volume
bongkah tanah
|
0,4292
|
Berat
Jenis
|
2,26
|
|
Hasil
|
Berat
bahan kering
|
10,42
|
Volume
bongkah tanah
|
8,362
|
Berat
massa
|
1,25
|
|
Warna larutan + indikator
|
pH tanah
|
pH H2O
|
Coklat
|
7
|
pH KCl
|
Coklat
|
6
|
|
|
Hasil
|
||
|
|
Cawan
|
Cawan + tanah
|
Setelah ditanur
|
Tanah agregat
Tanah biasa
|
|
20,124
22,311
|
25,483
27,704
|
19,31%
29,52%
|
|
Berat sampel
|
Abs
|
Konsentrasi (ppm)
|
Berat bahan kering
|
Carbon (%)
|
Tanah agregat
|
527,8
|
0,109
|
68,407
|
8646
|
1,5006644
|
|
Hasil
|
Kadar N total
|
0,04%
|
|
PP
|
BaCl2
5%
|
Hasil
HCl 0,1 N
|
Tanah gersang
|
2
tetes
|
2,5
ml
|
4,75
ml
|
Tanah subur
|
2
tetes
|
2,5
ml
|
2,29
ml
|

PENDAHULUAN
Ilmu
tanah adalah pengkajian terhadap tanah sebagai sumber daya alam. Ilmu tanah mempelajari
berbagai aspek tentang tanah. Tanah adalah
sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan ketebalan beragam yang berbeda
yang terdiri dari butiran kerikil kasar, pasir, tanah lempung, dan tanah liat. Hal
ini dikarenakan oleh faktor lingkungan yang mempengaruhinya seperti iklim,
bahan induk, relief, organisme yang terkandung dalam tanah dan waktu
pembentukan tanah. Untuk itulah, diperlukan adanya survei profil tanah di
lapangan sehingga dapat diketahui perbedaan atau karakteristik tanah secara
langsung di tempat yang berbeda. Apabila
terdapat kesalahan dalam pengolahan tanah maka tanaman jadi kurang produktif.
Kerugian tersebut tentu saja akan berdampak besar terhadap kehidupan manusia.
Tujuan
praktikum ilmu tanah adalah untuk mengamati susunan horizon tanah atau profil
tanah, mengetahui kadar air, mengetahui dan mengamati secara langsung tekstur tnah
dilapangan, mengetahui konsistensi tanah,
mengetahui kerapatan partikel tanah dan kerapatan massa tanah, mengetahui
kemasaman tanah, mengetahui bahan organik pada tanah, mengetahui kadar nitrogen pada tanah, dan proses
respirasi mikroba pada tanah. Sedangkan manfaat praktikum ilmu tanah adalah
untuk mengetahui dan mengenal
sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan sifat biologi tanah.
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Tanah telah dilaksanakan pada
tanggal 21 - 23 April 2014 di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Alat yang
digunakan dalam praktikum Ilmu
tanah adalah sekop atau cangkul
untuk mengambil sampel tanah, tiga buah botol timbang untuk tempat pengamatan sampel tanah,
timbangan analitik untuk menimbang sampel
tanah, oven untuk memanaskan contoh tanah hingga tidak mengandung
air, thermometer untuk mengukur suhu, corong untuk membantu memasukkan larutan,
tabung reaksi untuk tempat
sampel tanah, larutan indikator universal untuk menunjukkan pH suatu larutan
dari perubahan warnanya, pH meter untuk mengukur tingkat asam dan basa dari
satu media, labu ukur 100 ml untuk
mengukur volume, labu didih 250 ml untuk
menampung contoh tanah, erlenmeyer 100 ml untuk mentitrasi larutan, biuret 10 ml untuk menguji kandungan senyawa pada sampel, pengaduk magnetik unutk mengaduk larutan, pengocok
tabung untuk alat mengocok tabung, pipet tetes
untuk memindahkan cairan dari wadah yang satu
ke wadah yang lain, alat destilasi untuk memisahkan larutan ke dalam masing-masing
komponennya, toples atau paralon untuk menutupi tempat respirasi.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ilmu
tanah adalah tubuh tanah untuk mengamati susunan
horizon tanah, aquades untuk
membahasi tanah agar lembab, tanah agregat dan tanah biasa untuk diamati
tekstur tanah, asam sulfat pekat, kalium dikromat 1 N, Larutan standar 5000 ppm C untuk
pereaksi, asam sulfat pekat, untuk pereaksi destruksi,
natrium hidroksida 40%, larutan baku asam sulfat 1 N, H2SO4 4 N, dan
larutan beku asam sulfat 0,05 N untuk pereaksi destilasi, KOH, Penolftalin, HCl, dan metil oranye digunakan untuk pereaksi.
3.2.
Metode
3.2.1. Profil Tanah
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah mengamati keadaan profil tanah. Menggambar
keadaan profil tanah. Membandingkan dengan profil tanah secara teori. Menggambar keadaan profil tanah.
3.2.2. Tekstur Tanah
Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah mengambil contoh tanah dari lapang (tanah
biasa dan tanah agregat). Mengambil
tanah tersebut dan membasahi tanah dengan air secukupnya. Menggosokkan tanah
pada ibu jari dengan jari yang lain. Mengamati tekstur tanah sesuai pada tabel yang
sudah disediakan.
3.2.3. Konsistensi Tanah
Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah mengambil contoh tanah dari lapang (tanah
biasa dan tanah agregat). Membentuk tanah kering seperti bulatan, membasahi
tanah dengan sedikit air sampai kondisi lembab dan dalam kondisi basah, meremas
gumpalan tanah. Mengamati tanah sesuai pada nilai yang ada ditabel konsistensi
kering, konsistensi lembab, dan konsistensi basah.
3.2.4. Kadar Air Tanah
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah
menimbang botol kosong dengan menggunakan timbangan analitik. Mengisi botol
timbang 1 dengan tanah agregat dan mengisi botol timbang 2 dengan tanah biasa
kemudian ditimbang. Memasukkan botol timbang yang berisi tanah ke dalam oven.
Memanaskan dengan suhu 105° C
selama 24 jam. Memasukkan botol timbang kedalam eksikator. Mengeluarkan botol
timbang dari eksikator. Menimbang kembali botol timbang yang telah dioven
dengan neraca analitik. Menghitung kadar air dalam tanah.
3.2.5. Kerapatan
Partikel dan Kerapatan Massa Tanah
Metode
yang digunakan dalam praktikum kerapatan partikel adalah menimbang tabung dengan tutupnya. Mengisi tabung dengan air
sampai penuh tanpa meninggalkan gelembung udara, lalu mengukur suhu tabung
tersebut. Mengeluarkan air dalam tabung sampai air keluar semua. Mengisi tabung
yang telah kering dengan sampel tanah dengan berat kurang lebih 5 gram dan
menimbangnya. Mengisinya dengan air dan diaduk untuk menghilangkan udara. Mengulangi
penghilangan gelembung tersebut dengan penambahan aquades dan menimbangnya. Mengukur
suhu air dengan tabung dan menyesuaikannya dengan BJ air pada suhu tersebut.
Percobaan yang kedua yaitu kerapatan
massa tanah dilakukan dengan cara menimbang bongkah tanah. Melapisi bongkah
tanah dengan lilin dengan cara mengikat benang pada bongkah tanah.
Mencelupkannya dalam lilin cair. Mendinginkan dan menimbangnya. Memasukkan
bongkah berlapis lilin ke dalam gelas ukur serta mencatat pertambahan volume
air.
3.2.6.
Kemasaman
Tanah
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Menyiapkan
2 tabung reaksi, lalu memasukkan sampel tanah ke dalam tabung masing-masing 2
gram. Menambahkan KCl 1 N sebanyak 5 ml untuk tabung A dan aquades 5 ml untuk
tabung B. Mengocoknya selama kurang lebih 1 menit dan dibiarkan mengendap. Menetesi
dengan indikator universal dan diaduk. Membandingkan warna yang timbul dengan
kartu warna pH
3.1.1. Bahan Organik
Tanah
Metode yang digunakan pada acara bahan organik tanah yaitu dengan
cara menimbang contoh tanah halus sebanyak 5 gram. Memasukkan tanah ke dalam
tanur dengan suhu 600˚C selama 4 - 6 jam. Uji karbon dilakukan dengan cara
mengukur sampel tanah sebesar 5 gram, memasukkannya dalam labu ukur 100 ml.
Menambahkan K2Cr2O7 1N dan H2SO4
dan dikocok. Mendiamkannya selama 30 menit. Diencerkan dengan aquades dan membiarkannya
sampai dingin. Pada keesokan harinya mengukur absorbansi larutan jernih dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm.
3.1.2. Kadar Nitrogen Tanah
Metode yang digunakan dalam
praktikum ini untuk langkah destruksi adalah menimbang 5 gram sampel tanah halus. Menambahkan 1 gram campuran selen dan 3 ml asam sulfat
pekat. Mendestruksinya hingga suhu 350̊ C. Destruksi selesai apabila
mengeluarkan uap putih dan terdapat ekstrak jernih. Mengencerkannya dengan air
bebas ion hingga tepat 50 ml. Mengocoknya sampai homogenya dan membiarkannya
semalam sampai partikel mengendap. Untuk cara destilasi adalah dengan cara
memindahkan ekstrak sampel kedalam labu didih. Menambahkan sedikit serbuk didih
dan aquades sampai setengah volume labu. Menyiapkan penampung NH3
dan dihubungkan dengan alat dsetilasi. Menambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml
kedalam labu didih yang berisi sampel menggunakan gelas ukur dan menutupnya
segera. Mendestilasi hingga volume penampang mencapai 50 - 75 ml (berwarna
biru menjadi hijau). Menitrasi dengan H2SO4
0,05 N samapi muncul warna biru kembali. Mencatat volume titar (Vc) dan blanko
(Vb).
3.1.3. Respirasi Mikrobia
Metode yang digunakan dalam
praktikum ini adalah memasukkan 100 gr tanah lembab kedalam 1 liter botol. Menyiapkan
20 ml 0,4 N NaOH. memasukkan NaOH kedalam botol dan
botol ditutup. Menginkubasi botol pada tanah
gersang dan subur selama tiga hari. Setelah tiga hari, menentukan jumlah CO2
yang terikat dengan cara filtrasi kedalam gelas breaker yang berisi NaOH
dan memasukkan 75 ml BaCl 5 % serta dua
tetes penolptalin sampai berwarna merah
muda. Menitrasi kembali dengan menggunakan HCl sampai berwarna putih.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Tanah
Berdasarkan
praktikum pengamatan Profil Tanah diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Profil
Tanah
Berdasarkan hasil praktikum profil
tanah didapatkan bahwa profil tanah terdiri dari
horizon-horizon O-A-E-B-C-R. pada lapisan yang
disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan
tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan
tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock). Pada
lapisan atas tanah disebut lapisan O yaitu lapisan tanah organik yang terdiri
dari humus, dan daun. Dilapisan berikutnya merupakan horizon A yang terdiri
dari humus dicampur dengan partikel mineral. Horizon E merupakan lapisan bawah
diantara horizon A dan horizon B yang mengandung asam organik dan CO2.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2007) bahwa Asam organik
dan CO2 yang
diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk meresap ke bawah horizon E atau zona
pencucian (Elevasi). Horizon B merupakan
lapisan tanah yang mengandung tanah liat dan mineral deposit. Horizon C terdiri
dari sedikit bedrock-up serta horison R terdiri dari bahan induk tanah. Pada lapisan I, II dan
III terdapat perbedaan karatan. Pada lapisan I tanah berwarna hitam, pada
lapisan II dan III terdapat butir-butir berwana kekuningan. Warna tanah dipengaruhi kandungan
bahan organik, mineral, drainase, kandungan air, dan aerasi. Warna hitam pada tanah menunjukkan tanah mengandung unsur
Mangan (Mn), sedangkan warna kuning pada tanah menunjukkan kandungan unsur yang
mayoritas adalah unsur Al. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetyo dan
Suriadikarta (2006) yang menyatakan bahwa pada umumnya tanah Ultisol mempunyai
potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik.
4.2. Tekstur Tanah
Berdasarkan
praktikum pengamatan tekstur tanah diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2.
Hasil Pengamatan Tekstur Tanah
Berdasarkan
hasil praktikum tekstur tanah didapatkan bahwa sampel tanah agregat mempunyai
sifat tanah tidak membentuk bola dan gulungan, rasa kasar, serta tidak melekat
(lampiran 2). tanah bertekstur kasar berarti tanah yang
mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir dan memiliki daya menahan
air yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa karateristik
tekstur pasir yaitu memiliki ukuran yang besar menyebabkan ruang pori besar
lebih banyak dan memiliki daya menahan air yang rendah, partikel pasir ini
berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain. Sedangkan pada sampel tanah biasa
didapatkan sifat tanah dapat membentuk bola agak teguh atau kering, rasa agak
kasar, jika dipijit membentuk gulungan, gulungan mudah hancur serta melekat
(lampiran 2). Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2010) yang menyatakan bahwa
fraksi liat akan terasa halus, lekat, dan licin.
4.3. Konsistensi
Tanah
Berdasarkan praktikum konsistensi tanah diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Pengamatan Konsistensi
Tanah
Berdasarkan hasil praktikum konsistensi
tanah didapatkan bahwa pada sampel tanah agregat dalam konsistensi kering tanah
memiliki sifat keras, yaitu makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin
sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat
untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah. Sedangkan pada sampel tanah biasa
memiliki sifat lunak dengan ditandai ciri gumpalan mudah hancur apabila diremas
atau tanah berkohesi lemah dan rapuh sehingga jika ditekan sedikit saja akan
mudah hancur (lampiran 3). Hal ini sesuai dengan pendapat Maajid (2009) bahwa
konsistensi kering tanah terbagi menjadi lima yaitu lepas-lepas (tanah mudah
hancur), lunak (tanah mudah hancur dengan sedikit ditekan), agak keras (tanah
dapat hancur dengan tekanan kuat), keras (tanah dapat hancur dengan menggunakan
tekanan yang besar), dan sangat keras (tanah tidak bias hancur dengan tekanan
kuat sekalipun). Tanah
agregat pada konsistensi lembab bersifat lepas sedangkan tanah biasa bersifat
luar biasa kokoh. Tanah agregat pada konsistensi basah bersifat tidak lekat
sedangkan tanah biasa bersifat sangat lekat. Serta tingkat plastisitas pada
tanah agregat bersifat tidak plastis dan tanah biasa bersifat agak plastis. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2005)
bahwa tanah sesuai dengan tingkat plastisitasnya dibagi menjadi empat yaitu tanah tidak plastis, agak
plastis, plastis, dan sangat plastis.
4.4. Kadar Air Tanah
Berdasarkan
praktikum Kadar Air Tanah diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kadar Air
Tanah
Berdasarkan hasil praktikum kadar air
tanah didapatkan bahwa berat cawan pada tanah agregat yaitu 22, 64 gram, berat
cawan dan tanah yaitu 28,54 gram, dan
setelah dioven berat menjadi 27,7445 (lampiran 4). Sedangkan pada tanah biasa,
berat cawan yaitu 22,748 gram, berat cawan dan tanah yaitu 27,789 gram, dan
berat setelah dioven menjadi 28,5950 gram. Melalui pengukuran kadar air pada
tanah agregat didapatkan hasil sebesar 13,60 % sedangkan pada tanah biasa
didapatkan hasil sebesar 23,68% (lampiran 4). Pada percobaan ini tanah agregat
dan tanah biasa dimasukkan kedalam oven untuk menghilangkan kandungan air dalam
tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Apriyanti (2012) bahwa kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan
dengan oven yang bersuhu 105°C hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap.
Kadar air pada tanah biasa lebih banyak daripada tanah agregat, hal ini
disebabkan karena pada tanah biasa memiliki tegangan air yang cukup besar. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hardjowieno (2003) bahwa besarnya tegangan air
menunjukkan besarya tenaga yang diperlukan untuk menahan air dalam tanah. Air
dapat menyerap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya adhesi, kohesi, dan
gravitasi.
4.5. Kerapatan
Partikel dan Kerapatan Massa Tanah
Berdasarkan praktikum
kerapatan partikel (berat
jenis) tanah dan kerapatan massa (BV) tanah diperoleh hasil sebagai berikut:
Kerapatan partikel ( Berat Jenis) tanah
Tabel 5. Hasil Pengamatan Kerapatan
partikel ( Berat Jenis) tanah
Berdasarkan
hasil praktikum kerapatan partikel tanah didapatkan bahwa dengan berat jenis merupakan berat bongkah tiap
satuan volume total bongkah tanah. Berat jenis dapat diartikan perbandingan
relative antara berat padatan tanah dengan volume padatan, sedangkan porositas
merupakan presentase volume pori – pori terhadap volume bongkah tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2009)
bahwa porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air ddan udara, sehingga
merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus
berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara
masuk-keluar tanah secara leluasa. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan terhadap
nilai BJ telihat bahwa nilai porositas total tanah yaitu sebesar 45% (lampiran 5). Porositas
tanah sangat mempengaruhi pengolahan tanah. Untuk memperbesar porositas
tanah tindakan yang perlu dilakukan dengan penambahan bahan organik atau
melakukan pengolahan tanah secara minimum. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hardjowigeno (2003) bahwa pengolahan
tanah akan menyebabkan rusaknya struktur tanah, dan nilai porositas dapat
diperoleh jika diketahui nilai bulk
density dan partikel densitynya. Semakin padat tanah berarti
semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil.
Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki
porositas yang besar.
Kerapatan massa (BV) tanah
Tabel 6. Hasil Pengamatan Kerapatan massa (BV) tanah
Berdasarkan hasil praktikum kerapatan massa (BV) didapatkan
bahwa BV pada sampel tanah sebesar 1,25 dan porositas
tanah sebesar 45% (lampiran 5). Kerapatan massa bervariasi, tergantung dengan kadar
lengas yang ada pada tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto
(2005) bahwa pengukuran BV menentukan kadar lengas dan BV tergantung pada
kerapatan partikel serta ruang pori tanah. Kerapatan massa tanah sangat
mempengaruhi sifat tanah. Kerapatan massa mempengaruhi kadar air tanah, tekstur
tanah, porositas tanah. Hal ini sesuai dengan Hardjowigeno (2003) bahwa bulk destiny atau
kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas,
kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air drainase.
4.6. Kemasaman Tanah
Berdasarkan praktikum kemasaman tanah
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Pengamatan Kemasaman Tanah
Berdasarkan hasil praktikum kemasaman (pH) tanah
didapatkan bahwa pada perlakuan pH H2O
pH tanah bersifat netral. Hasil pengukuran pH H2O tanah menunjukkan
terdapat beda nyata antar perlakuan. Tanah yang tidak diperlakukan dengan
budidaya organik menunjukkan kecenderungan pH lebih rendah. Lebih rendahnya pH
pada pertanian non organik disebabkan pemakaian urea yang makin lama akan
memasamkan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Handayani (2003) bahwa bahan
organik mempunyai daya sangga yang
besar sehingga apabila tanah cukup mengandung komponen ini, maka pH tanah
relatif stabil. pH KCl menunjukkan sampel tanah yang diuji merupakan tanah yang kurang
subur dan menunjukkan harkat pH agak asam. Hal ini sesuai dengan pendapat Shi et al. (2009) bahwa tanah asam terkadang dianggap tidak subur karena menyebabkan
penurunan ketersediaan beberapa nutrisi dan peningkatan logam berat ke tingkat
beracun dan curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tanah menjadi asam.
4.7. Bahan Organik Tanah
Berdasarkan praktikum bahan organik tanah
diperoleh hasil sebagai berikut:
Kandungan Bahan Organik Tanah
Tabel 8. Hasil Pengamatan Kandungan Bahan Organik Tanah
Berdasarkan
hasil praktikum Bahan organik tanah didapatkan Kandungan bahan organik
pada sampel tanah agregat dan tanah biasa yaitu 19,31% dan 29,52% (lampiran 6). Hal ini sesuai
dengan pendapat Sutedjo (2006) bahwa tanah
yang mengandung bahan organik adalah tanah lapisan atas karena semakin ke
bawah suatu lapisan tanah maka kandungan
bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras. Penambahan
bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan
menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Maajid (2009) bahwa penelitian tentang kandungan bahan organik
dalam tanah sangat dibutuhkan untuk mengetahui apakah tanah tersebut subur dan
layak untuk dijadikan media.
Kadar Carbon pada Tanah:
Tabel
9. Hasil Pengamatan Kadar Carbon
pada Tanah:
Berdasarkan
hasil praktikum kadar karbon didapatkan Kandungan kadar karbon pada sampel
tanah yaitu sebesar 1,5006644%. Bahan organik mengandung unsur karbon dan
nitrogen yang bervariasi, dan imbangan unsur tersebut sangat penting untuk
mempertahankan atau memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadhilah (2010) bahwa Kadar C-organik tanah cukup bervariasi,
tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah
gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik
dan biasanya < 1% di tanah gurun pasir. Kandungan bahan C pada
tanah tergantung dari aktivitas jasad renik yang berhubungan dengan kandungan
bahan organik pada tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Triesia (2011) bahwa
C-Organik merupakan bahan organik yang terkandung di dalam maupun pada
permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, dan semua jenis
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air,
dan bahan organik yang stabil atau humus.
4.8. Kadar Nitrogen Tanah
Berdasarkan
praktikum kadar nitrogen tanah diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
10. Hasil Pengamatan Kadar
Nitrogen pada Tanah:
Berdasarkan hasil praktikum kadar
nitrogen (N) tanah didapatkan kandungan nitrogen pada tanah sebesar 0,04%
(lampiran7). Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk
tanaman. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion NO3 atau NH4+
dari tanah. Sumber N berasal dari atmosfer. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam dan Yuwono
(2002) bahwa nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau
NH4+ dari tanah. Kadar nitrogen rata-rata dalam
jaringan tanaman adalah 2 %- 4% berat kering. Tanaman di lahan kering umumnya
menyerap ion nitrat NO3- relatif lebih besar jika
dibandingkan dengan ion NH4+. Nitrogen dalam tanah
berfungsi dalam pertumbuhan tanaman dan kualitas tanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat sutedjo (2006) bahwa fungsi nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat
menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau, meningkatkan
kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan, dan juga meningkatkan
berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.
4.9. Respirasi Mikrobia
Berdasarkan
praktikum respirasi mikrobia diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil Pengamatan Respirasi Mikrobia
Berdasarkan
hasil praktikum mengenai respirasi mikrobia didapatkan hasil bahwa pada sampel
tanah gersang didapatkan hasil sebesar 33,55 ml dan pada sampel tanah subur
didapatkan hasil sebesar 38,9 ml (lampiran 8). semakin besar hasil yang didapat
menandakan bahwa semakin tinggi aktifitas mikroorganisme pada tanah. Respirasi tanah
mencerminkan aktifitas metabolik mikrobia daripada jumlah, tipe, atau
perkembangan mikrobia tanah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2005) bahwa aktivitas mikroorganisme pada tanah saat proses respirasi. Organisme tanah
mendekomposisi residu organik dan melepaskan hara yang dibutuhkan tanaman.
Aktivitas mikroorganisme yang tinggi akan menghasilkan
produksi CO2 yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuni
(2003) bahwa biasanya konsentrasi CO2 dalam tanah dipengaruhi oleh
tingginya mikroorganisme didalam tanah. Aktivitas mikroorganisme tanah juga tinggi dan hal ini membantu tanah untuk
tetap subur.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum ilmu tanah, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu tanah
tersusun dari horizon O-A-E-B-C-R. Tanah agregat bertekstur pasir sedangkan
tanah biasa bertekstur lempung liat berpasir. Konsistensi Tanah agragat bersifat
sangat keras, lepas, tidak lekat, dan tidak plastis sedabngkan tanah biasa
bersifat lunak, luar biasa kokoh, sangat lekat, dan agak plastis. Kadar air
yang terkandung pada tanah agregat dan tanah biasa sesuai dengan nilai standar.
Kerapatan massa dan kerapatan partikel tanah sangat mempengaruhi sifat fisik
tanah.pH pada perlakuan H2O bersifat netral sedangkan pada perlakuan
KCl bersifat agak masam. Bahan organik dan kadar karbon tanah mempengaruhi
tingkat kesuburan tanah sedangkan kadar nitrogen pada tanah berperan dalam
meningkatkan mutu tanaman. Respirasi mikroba pada tanah gersang lebih tinggi
daripada respirasi pada tanah subur
5.2. Saran
Diharapkan pada
praktikum ini, praktikan bias lebih teliti pada proses pengambilan sampel tanah
agar mendapatkan hasil analisis dengan benar dan praktikan bisa lebih teliti
dalam mengamati hasil percobaan agar tidak terjadi kesalahan pada hasil akhir
praktikum.