LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
KLIMATOLOGI
Disusun
oleh:
Kelompok
VIIB
Wildan
Kurniawan 23040113140055
Resy Anastasia 23040113140063
Djuwita
Rahmawati 23040113140074
Khotimatul
Barki 23040113140078

PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS
JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
|
2014
|
PENDAHULUAN
Klimatologi adalah ilmu yang
mempelajari keadaan rata-rata cuaca yang terjadi pada suatu wilayah dalam kurun
waktu yang sama. Cuaca merupakan keadaan fisik atmosfer pada suatu saat dan
tempat tertentu dalam jangka pendek. Unsur-unsur cuaca antara lain radiasi
matahari, suhu, kelembaban nisbi udara, tekanan udara, evaporasi, curah hujan,
angin,awan dan lain-lain.
Klimatologi pertanian merupakan
suatu cabang ilmu pengetahuan tentang hubungan antara keadaan cuaca dan
problema-problema khusus kegiatan pertanian, terutama membahas pengaruh
perubahan cuaca dalam jangka pendek. Pengamatan dan penelaahan ditekankan pada
data unsur cuaca mikro yakni keadaan dari lapisan atmosfer permukaan bumi
kira-kira setinggi tanaman atau obyek pertanian tertentu yang bersangkutan.
Selain itu dalam hubungan yang luas, klimatologi pertanian mencakup pula lama
musim pertanian, hubungan antara laju pertumbuhan tanaman atau hasil panen
dengan faktor atau unsur-unsur cuaca dari pengamatan jangka panjang.
Stasiun meteorologi adalah tempat
yang mengadakan pengamatan terus-menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan
(atmosfer). Dalam persetujuan internasional, suatu stasiun meteorologi paling
sedikit mengamati keadaan iklim selama sepuluh tahun berturut-turut sehingga
akan mendapat gambaran umum tentang rerata keadaan iklim, batas-batas ekstrim,
dan pola siklusnya. Tugas BMKG adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sasaran BMKG dalam menyebarkan
informasi yaitu penanggulangan atau antisipasi bencana meliputi banjir, angin
kencang, kekeringan, tsunami dan gempa. BMKG
mempunyai tujuan dan manfaat untuk mengamati dan memahami fenomena meteorologi,
klimatologi, kualitas udara, dan geofisika.
Tujuan dari praktikum Klimatologi
adalah untuk mengetahui cara kerja dan fungsi alat-alat di stasiun klimatologi,
jenis awan, dan curah hujan. Manfaat dari praktikum klimatologi adaah dapat
menerapkan klimatologi dalam bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan
produktivitas hasil pertanian.
|
MATERI DAN METODE
Praktikum
Klimatologi pengenalan alat- alat BMKG
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 Oktober
2014 pada pukul 08.00 – 10.00
WIB di Kantor Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Jalan
Siliwangi No. 291, Semarang. Praktikum identifikasi jenis awan dilaksanakan pada
tanggal 12 – 18 November 2014 di daerah Tembalang, Semarang.
3.1.
Materi
Unsur-unsur yang
diamati dalam Praktikum Klimatologi yaitu
alat untuk mencatat intensitas
cahaya matahari disebut Gun Bellani, untuk mengukur atau mencatat intensitas
radiasi matahari secara otomatis bernama Actinograph Bimetal, alat untuk
mencatat lamanya penyinaran matahari yaitu Campbell Stokes, untuk mengukur suhu
udara disebut Psychrometer Standar, untuk mengukur suhu tanah di tanah yag
gundul atau berumput dinamakan Thermometer Tanah gundul dan berumput, alat
untuk mengukur tekanan udara adalah Barometer, alat untuk mengukur tekanan
udara secara otomatis bernama Barograph, alat untuk mengukur kecepetan angin
disebut Anemometer, alat untuk mencatat suhu udara dan kelembapan udara bernama
Thermonigrogrph, alat untuk mengukur penguapan air
secara langsung adalah Open Pan Evaporimeter, alat untuk mengukur penguapan air
dalam ruang yaitu Piche Evaporimeter, alat untuk mengukur curah hujan ada tiga
jenis yaitu Pecakar Hujan OBS; Pencakar Hujan Otomatis; Automatic Rain Gauge,
alat untuk mengukur kualitas curah hujan disebut Automatic Rain Sampler dan
alat untuk mencatat kualitas udara yaitu High Volume Sampler.
3.2.
Metode
3.2.1. Pengenalan Alat
Metode yang dilakukan dalam Praktikum
Klimatologi pengenalan alat klimatologi
adalah mendengarkan penjelasan dari perwakilan
karyawan BMKG tentang pengenalan alat-alat yang terdapat di taman BMKG, mahasiswa
melihat atau mengamati langsung alat-alat yang terdapat di taman alat BMKG, dan
memfoto alat-alat yang ada BMKG.
3.2.2.
Pengamatan Awan
Metode yang di
lakukan dalam praktikum klimatologi pengamatan awan adalah memfoto atau
mengambil gambar awan di pagi hari, siang hari, dan sore hari dan
mengidentifikasi awan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum klimatologi pengenalan
alat-alat BMKG yang biasa digunakan untuk mengamati cuaca dalam bidang
pertanian, dalam mengamati cuaca dapat digunakan beberapa jenis peralatan yang
mempunyai prinsip kerja sama tetapi memiliki beberapa perbedaan seperti dari
segi ketelitian pengamatan, kepraktisan, maupun cara penggunaan.
4.1. Radiasi Matahari
Berdasarkan praktikum klimatologi
diperoleh hasil bahwa radiasi matahari dapat diukur dengan menggunakan tiga
alat pendeteksi yaitu Gun Bellani, Campbell Stokes, dan Actinograph Bimetal.
4.1.1.
Gun Bellani
Berdasarkan
praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi
Radiasi Matahari diperoleh hasil sebagai berikut:
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2014
Ilustrasi 11. Gambar Gun Bellani
Berdasarkan
praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi
Perekam Penyinaran Matahari Gun
Bellani adalah alat yang berfungsi untuk mencatat
intensitas cahaya matahari. Gun Bellani
memiliki fungsi sama dengan alat aktinograf yaitu untuk mengukur total radiasi
matahari selama satu hari sejak matahari terbit hinga terbenam. Hal ini sesuai dengan pendapat Abbadie
(2006) yang menyatakan bahwa radiasi
matahari dapat diukur secara rutin dengan pyranometer
Gun Bellani. Cara kerja alat ini adalah
pada saat memasang alat ini di pagi hari alat dibalik dan dikembalikan sehingga
permukaan air dalam tabung mendekati nol. Air dalam alat volumenya konstan dan
bila kena cahaya matahari akan menguap. Tinggi
alat secara keseluruhan adalah 64 cm.
Radiator Gun bellani ini dipasang pada sebuah tabung yang
ditanam di dalam tanah. Juga yang nampak dari luar hanya bola
kacanya karena ada penyangga bola kaca
yang posisisnya sejajar dengan per mukaan tanah
sehingga sinar matahari dapat jatuh dengan tepat
pada alat.sehingga pipa kaca dari alat ini
tersembunyi dalam tabung di dalam tanah. Alat ini terdiri dari bola timah, bola kaca, air murni, dan pipa kaca berskala. Tjasyono (1992) menambahkan bahwa
alat pengukur radiasi matahari dipakai untuk mengukur radiasi gelombang pendek
dari matahari langsung dan radiasi baur yang jatuh pada permukaan horisontal di
tanah.
4.1.2. Actinograph Bimetal
Berdasarkan praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi
Alat-Alat Stasiun Klimatologi Radiasi Matahari diperoleh hasil sebagai berikut:
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2014
Ilustrasi 12. Gambar Actinograph Bimetal
Berdasarkan praktikum Klimatologi pada materi
Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi Perekam Penyinaran Matahari Actinograph Bimetal merupakan alat
pengukur/pencatat secara otomatis intensitas radiasi
matahari. Hal ini sesuai dengan pendapat Hassan (1979) bahwa aktinograf adalah alat yang digunakan
untuk mengukur intensitas sinar matahari yang dapat mencatat sendiri Satuan alat actinograph bimetal
adalah K Cal/cm2
(Langley).
Kertas pias harus diganti setiap hari dan setiap kotak kecil sebesar 12 kalori
dengan perhitungan total 1 hari dihitung jumlah kota kecil. Alat ini
berfungsi untuk mengukur radiasi matahari dalam waktu satu hari, dipasang pada
tempat terbuka diatas pondasi beton setinggi 120 cm. Alat ini dinamakan bimetal
karena prinsip kerja alat terdiri dari dua buah lempengan logam yang berbeda
warna sebagai sensor, yaitu lempengan berwarna putih mengkilat dan warna hitam
gelap. Perbedaan selisih nilai pemuaian kedua lempengan tersebut dipakai
sebagai dasar pengukuran dan perbedaan ini akan mengakibatkan beda pemuaian
pada kedua lempengan tersebut, sehingga menimbulkan gerak pada pena dan akan
melukis pada kertas pias
yang dipasang pada silinder jam. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tjasyono (1992) bahwa pada pias perekam, penjalaran pembakaran
pada pias harus minimum pada penyinaran matahari yang kuat dan dapat memberikan kontras yang baik
dengan bekas bakar dan mudah menyerap radiasi matahari sehingga timbul
pemanasan.
4.1.3.
Campbell Stokes
Berdasarkan praktikum
Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi Radiasi
Matahari diperoleh hasil sebagai berikut:
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2014
Ilustrasi 13. Gambar Campbell Stokes
Berdasarkan
praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi
Perekam Penyinaran Matahari Campbell
Stokes merupakan alat yang berfungsi untuk
mengukur lamanya
penyinaran matahari. Alat ini berupa bola kaca masif dengan garis tengah/ diameter 10 – 15 cm dan berfungsi
sebagai lensa cembung yang dapat
mengumpulkan sinar matahari ke suatu titik api (fokus). Alat ini dipasang di tempat terbuka diatas pondasi
beton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. Lamanya penyinaran
matahari dicatat dengan jalan memfokuskan sinar matahari tepat mengenai kertas
pias yang khusus dibuat untuk alat ini, dan hasilnya pada pias akan terlihat bagian yang terbakar, panjang jejak/ bekas bakaran menunjukkan lamanya penyinaran matahari.
Hal ini sesuai dengan Kartasapoetra (2004) yang menyatakan bahwa kertas
pias pada saat matahari tertutup awan, kertas pias tidak akan terbakar sehingga
untuk mengukur durasi penyinaran matahari di Indonesia hanya diukur selama 8
jam saja, yaitu dari jam 08.00 sampai jam 16.00. Tjasyono (1992) menambahkan
bahwa alat jenis campbell stokes lebih sederhana konstruksiya, yang terdiri
dari bola gelas pejal berdiameter 10 cm dan bertindak sebagai lensa untuk
memusatkan sinar matahari yang datang.
Prinsip kerja
alat ini adalah sinar matahari
yang datang menuju permukaan bumi, khususnya yang tepat jatuh pada sekeliling
permukaan bola kaca pejal akan dipokuskan ke atas permukaan kertas pias yang
telah dimasukkan ke celah mangkuk dan meninggalkan jejak bakar sesuai posisi
matahari saat itu. Jumlah kumulatif dari jejak titik bakar inilah yang disebut
sebagai lamanya matahari bersinar dalam satu hari (satuan jam/menit).
4.2. Suhu
4.2.1.
Suhu Udara
Berdasarkan praktikum Klimatologi pada materi
Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi Penghitung Suhu Udara diperoleh
hasil sebagai berikut:
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2014
Ilustrasi 14. Gambar Psikrometer standar
Berdasarkan
praktikum klimatologi pada materi identifikasi alat-alat stasiun klimatologi psikrometer
standar digunakan menentukan suhu udara. Cara kerja alat ini adalah dengan mengembang dan mengkerutnya rambut karena kelembaban
udara yang berbeda akan menggerakkan sistem tuas sehingga pena kelembaban udara
bergerak dan menggores kertas grafis. Cara pemasangan alat ini dengan menggunakan protable ataupun dipasang pada
sangkat meteorologi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Prawirowardoyo (1996) bahwa Psikrometer berfungsi
untuk mengukur kelembaban udara. Psikrometer ini terdiri dari dua termometer
yang identik dan letaknya saling berdekatan. Termometer yang satu tidak
diapa-apakan, sedangkan termometer yang satunya dibalut dengan kain tipis yang
selalu basah Psikrometer ini diletakkan di dalam sangkar Stevenson. Hal ini
sesuai dengan pendapat Tjasyono (1995) yang menyatakan bahwa Psikometer ini terdiri
dari termometer bola kering dan bola basah dan alat ini ditempatkan dalam
sangkat meteorologi dalam kedudukan berdiri.
4.2.3. Suhu
Tanah
Berdasarkan praktikum klimatologi pada materi
identifikasi alat-alat stasiun klimatologi Penghitung suhu tanah diperoleh
hasil sebagai berikut:
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2014
Ilustrasi 15. Gambar Termometer tanah gundul dan berumput
Berdasarkan
praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi Termometer
Tanah gundul dan berumput digunakan menentukan suhu tanah gundul dan tanah
berumput. Alat ini berguna pada perencanaan penanaman dan sering digunakan oleh
para ilmuwan iklim maupun ilmuwan tanah. Prinsip kerja alat ini hampir sama
dengan termometer biasa, hanya bentuk dan panjangnya berbeda. Pengukuran suhu
tanah lebih teliti daripada suhu udara. Perubahan lambat sesuai dengan sifat
kerapatan tanah yang kebih besar daripada udara. Alat ini berfungsi untuk mengukur suhu tanah
dengan kedalaman yang berbeda, yaitu 0 cm (permukaan tanah), 2 cm, 5 cm, 10 cm,
20 cm, 50 cm dan 100 cm. Termometer ini menggunakan cairan air raksa dan
diletakkan di tanah yang permukaan tanahnya berumput pendek, dan tanah gundul.
Untuk termometer dengan kedalaman 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, dan 20 cm dipasang
dengan sudut kemiringan 60º dan dipasang pada penahan besi untuk memudahkan
pembacaan. Untuk thermometer dengan kedalaman 50 cm dan 100 cm digunakan thermometer berselubung. Bagian
bawah bola thermometer diisi dengan parafin/lilin, hal ini dimaksudkan untuk
memperlambat perubahan suhu ketika diangkat saat pengamatan/ pembacaan. Hal ini sesuai dengan Tjasyono
(1995) yang menyatakan bahwa temperatur tanah diukur pada keadaan tanah yang
berbeda misalnya 5 cm, 10 cm, 20 cm, 30 cm, 50 cm, dan 100 cm. Untuk pengukuran
pada kedalaman kurang dari 50 cm dipakai termometer tanah yang dibengkokan dan
skalanya menghadap ke atas. Prawirowardoyo
(1996) menambahkan bahwa pembacaan temperatur tanah dilakukan dengan mengangkat
termometer dari dalam tabung besi/ baja dan pembacaan perubahan temperatur yang
terjadi karena pengaruh lingkungannya.
4.2. Tekanan
Udara
Berdasarkan praktikum
Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi diperoleh
hasil sebagai berikut
:
|
|
Ilustrasi 16. Gambar Barometer
|
Ilustrasi 17. Gambar Barograph
|
Sumber : Data Primer
Praktikum Klimatologi, 2014
Berdasarkan
praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi
Barometer dan Barograph berfungsi untuk mengukur tekanan udara. Cara kerja alat
ini adalah tabung berisi air raksa dan dilengkapi termometer untuk mengetahui
suhu udara dalam ruangan. Alat ini tidak boleh terkena sinar matahari dan
angin, alat ini langsung dipasang tegak lurus pada dinding yang kuat. Tinggi
bejana 1 meter dari lantai. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wirjohamidjojo (2009) bahwa barometer yang banyak digunakan, yaitu menggunakan
kolom air raksa. Tinggi kolom air raksa menujukkan besarnya tekanan udara.
4.2. Angin
Berdasarkan praktikum
Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi diperoleh
hasil sebagai berikut:
|
|
Ilustrasi 18. Wind direction
|
Ilustrasi 19. Cup counter anemometer
|
Sumber : Data Primer
Praktikum Klimatologi, 2014
Berdasarkan praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi
Alat-Alat Stasiun Klimatologi cup counter anemometer digunakan untuk mengukur
laju dan atau arah angin. Cup Counter Anemometer ini dilengkapi alat untuk
mengukur kekuatan angin. Penempatan Cup Counter Anemometer yaitu di lapangan
terbuka yang tidak ada penghalangnya, dengan ketinggian tertentu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hassan (1979) bahwa kecepatan angin dapat diukur dengan
anemometer mangkok. Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan angin pada
suatu jangka waktu dan jumlah tiupan angin per satuan waktu. Tiga buah mangkok
akan berputar jika tertiup angin. Semakin besar kekuatan angin semakin cepat
putarannya. Pada poros putaran dipasang magnit pembangkit arus listrik sehingga
bila mangkok berputar timbul arus yang besarnya sebanding dengan kecepatan
putaran.
4.4. Kelembaban
Udara
Berdasarkan
praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi diperoleh
hasil sebagai berikut:
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2014
Ilustrasi 20. Gambar Termohigograph
Berdasarkan praktikum Klimatologi pada materi
Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi Termohigrograph
digunakan untuk mengukur kelambaban udara atau suhu dan dapat merekam sendiri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hassan (1979) bahwa suhu udara dapat pula diukur
secara kontinu dengan menggunakan termometer yang dapat merekam sendiri, yang
dinamakan termograf. Hal ini didukung pendapat Prawirowardoyo (1996) bahwa
suatu alat dapat mengukur suhu terus-menerus secara otomatis dinamai termohigrograph. Termohigrograph dilengkapi dengan suatu mekanisme yang memutarkan
tromol yang berbentuk silinder dan berpias. Pada alat ini gerakan pena perekam
pada tromol mengikuti perubahan kelengkungan suatu bilah atau spiral bimetal,
yang salah satu ujungnya diikat tetap pada kerangka termograf
4.4.
Penguapan
Berdasarkan
praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi
diperoleh hasil sebagai berikut:
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2014
Ilustrasi 21. Gambar Open Pan Evaporimeter
Berdasarkan praktikum
Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi Open Pan Evaporimeter atau tangki
Penguapan digunakan untuk banyaknya penguapan air dengan menghitung perubahan
air saat awal dan setelah penguapan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Prawirowardoyo (1996) bahwa tangki penguapan berguna untuk mengukur penguapan
air. Tangki penguapan terdiri dari sebuah tanki yang berbentuk silinder dengan
diameter 120 cm, tingginya 25 cm dan skala untuk mengukur ketinggian air. Tanki
ini dibuat dari pelat logam. Cara kerja alat ini menggunakan metode dengan
mengukur perubahan ketinggian permukaan air awal dan setelah penguapan yang
terdapat di dalam tanki. Tjasyono (1995) menambahkan bahwa Panci besar tempat
air ini biasanya memiliki diameter 122 cm (4 kaki) dan tingginya 25,4 cm (10
inci). Besarnya penguapan tergantung pada temperatur, kelembaban, tekanan
udara, dan kecepatan angin.
4.7.1. Ombrometer
Tipe Hellman
Sumber
: Data Primer Praktikum Klimatologi, 2014
Ilustrasi 22. Gambar Ombrometer Tipe Hellman
Berdasarkan praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat
Stasiun Klimatologi Ombrometer Tipe Hellman digunakan untuk mengukur banyaknya
curah hujan secara otomatis (mencatat sendiri) dengan pias yang bergerak.
Peletakan alat ini di lapangan terbuka. Hal ini sesuai dengan pendapat Hassan
(1979) bahwa alat penakar hujan ada 2 macam yaitu yang dapat mencatat sendiri
dan yang tidak mencatat sendiri. Penakar hujan yang dapat mencatat sendiri
adalah ombrometer tipe Hellman dan ombrometer tipe Bendix. Ombrometer Tipe
Hellman dipasang dilapangan terbuka dengan jarak biibir corong dengan tanah
setinggi 1,40 meter. Air hujan yang jatuh kedalam corong akan mengalir ke
tabung, dimana pada sumbunya melekat pena bertinta yang turut naik dan memberi
bekas pada pias. Hal ini didukung pendapat Prawirowardoyo (1996) bahwa
ombrometer tipe hellman selain dapat digunakan untuk mengukur banyaknya curah
hujan, dapat pula diketahui intensitasnya yaitu banyaknya curah hujan tiap
satuan waktu. Perekaman pada umumnya dilakukan pada pias yang bergerak
4.7.2.
Automatic Rain Gauge (Arg)
Berdasarkan
praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi
diperoleh hasil sebagai berikut:
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2014
Ilustrasi 23. Gambar Automatic Rain Gauge (Arg)
Berdasarkan
praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi Automatic
Rain Gauge (Arg) berfungsi untuk pengukuran intensitas curah hujan secara
otomatis.pada prinsipnya, alat ini sama seperti penangkar hujan lainnya namun
tidak memakai tabung penangkar. Cara kerja alat ini adalah air hujan turun
melewati corong dan data akan terhitung otomatis, data akan langsung dikirim ke
pusat. Hal ini sesuai dengan pendapat agus et all (2007) yang menyatakan bahwa data
curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang
ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah.
4.7.3.
Automatic Rain Sampler
Berdasarkan
praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat Stasiun Klimatologi
diperoleh hasil sebagai berikut:
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2014
Ilustrasi 24. Gambar Automatic rain sampler
Alat
untuk mengukur kualitas air hujan disebut automatic rain sampler. Automatic
Rain Sampler adalah peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel air hujan wet
dan dry. Fungsi alat ini adalah
untuk mengambil sampel air hujan yang akan diukur konsentrasi kimianya. Prinsip
kerjanya jika terjadi hujan maka sensor akan memberikan trigger kepada sistem
kontrol untuk membuka tutup tempat penampungan air yang digerakkan oleh motor
listrik, selama hujan penutup tersebut tetap terbuka kemudian setelah hujan
berhenti maka penutup akan bergerak ke posisi semula. Sehingga air hujan yang
di tempat penampungan tak terkena kotoran lain karena tertutup rapat. Faktor yang mempengaruhi kualitas air hujan adalah
tingkat keasaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Lakitan
(2002) yang menyatakan bahawa salah satu faktor kualitas air hujan adalah pH.
Dengan alat ini juga air hujan tidak mudah tercemar karena apabila air hujan
sudah sampai di permukaan bumi air hujan tersebut sudah tidak murni lagi karena
sudah tercampur dengan debu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno (1996) yang
menyatakan bahwa dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah
mencapai permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara
yang disebabkan oleh pengotoran industri atau debu dan lain sebagainya.
4.7.
Kualitas Udara
Berdasarkan praktikum Klimatologi pada materi Identifikasi Alat-Alat
Stasiun Klimatologi diperoleh hasil sebagai berikut:
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2014
Ilustrasi
25. Gambar High volume sampler
Alat
untuk mengukur kualitas udara dinamakan high volume sampler. Fungsinya untuk
mengambil sampel SPM (Suspended Particle Matter). Prinsip kerjanya yaitu: udara
yang mengandung partikel debu dihisap mengalir melalui kertas filter dengan
menggunakan motor putaran kecepatan tinggi. Debu akan menempel pada kertas
filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter
tersebut ditimbang sebelum dan sesudah sampling di samping itu dicatat flowrate
dan waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi debu tersebut.
Pengambilan sampling nya dilakukan dalam waktu 24 jam secara digital. Jadi alat
pengukur ini bisa menyaring debu yang disebabkan oleh zat-zat kimia yang
berasal dari kendaraan bermotor seperti karbondioksida yang bisa menyebabkan
kualitas udara menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Arya
(2001) yang menyatakan bahwa kualitas udara sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas udara yaitu faktor fisik dan
faktor kimia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar