Selasa, 20 Januari 2015

LAPORAN PRAKTIKUM USAHATANI

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM USAHATANI

“Usahatani Tanaman Obat Keluarga Kelurahan Jabungan
 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”






Disusun oleh:
Kelompok IIIB

Adilla Trisna Khairunnisa   23040113140008
Ratih Asri M                          23040113140035
Taufan Daniarta S                23040113190037
Dita Nora Oktaviana            23040113140059
Khotimatul Barki                  23040113140078






Description: Description: Description: Description: C:\Users\sony\Downloads\New folder\logo-undip-bw-256x300.jpg








PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS
JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG


2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Kegiatan usahatani merupakan kegiatan yang mengupayakan pengelolaan unsur-unsur produksi, baik Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), maupun modal dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di bidang pertanian. Usahatani dilakukan oleh petani guna untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya seperti memenuhi kebutuhan sehari-hari. Inti dari pertanian adalah usaha tani (farming) karena usaha tani menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Dalam usahatani, terdapat perhitungan untuk memperoleh suatu keuntungan yang akan diterima. Perhitungan tersebut seperti analisis biaya, pendapatan, BEP (Break Event Point), dan R/C ratio. Perhitungan-perhitungan itu digunakan agar orang yang melakukan usahatani mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan untuk usahatani, apakah biaya-biaya tersebut melebihi atau memenuhi target keuntungan yang diinginkan. Peningkatan produksi harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usaha tani secara intensif.


1.2.  Rumusan Masalah
        Sesuai latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana cara budidaya tanaman obat keluarga (toga)?
2.    Berapa besar biaya dan pendapatan petani dari usahatani toga?
1.3.  Tujuan
        Adapun tujuan diadakannya praktikum ini, yaitu:
1.    Untuk menganalisis biaya dan pendapatan Petani dari usahatani toga di Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
2.    Untuk memahami aspek sosial ekonomi usahatani yang dilakukan oleh petani dan kendala-kendala yang dihadapi petani dalam berusahatani.
3.    Untuk melaksanakan survei dan mengambil data primer rumah tangga petani.
4.    Untuk melengkapi tugas mata kuliah Usahatani.

1.4.  Manfaat
        Manfaat dari praktikum ini adalah manambah wawasan dan pengetahuan mengenai budidaya tanaman obat keluarga (toga), mengetahui biaya dan pendapatan petani dari usahatani toga di daerah Jabungan serta memperoleh pelajaran langsung dari petani mengenai praktek usahatani.

BAB III
MATERI DAN METODE
            Praktikum Usahatani dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21 November 2014 di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.

3.1.  Materi
        Alat yang digunakan dalam Praktikum Usahatani adalah quisioner, alat tulis, dan kamera. Bahan yang digunakan adalah hasil wawancara dari petani tanaman obat keluarga (TOGA).

3.2.  Metode
        Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah melakukan survei langsung di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Lokasi yang menjadi sampel penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan wilayah yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang membudidayakan tanaman tanaman obat keluarga. Mengumpulkan data primer dan menganalisis data. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada petani dan keluarganya dengan mengisi kuisioner yang telah diberikan. Analisis data yang dilakukan adalah analisis pendapatan, yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui nilai pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.


 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Identitas Responden
        Nama                                           : Soemono
        Jenis Kelamin                              : Laki-laki
        Umur                                           : 65 tahun
        Pendidikan formal                      : SMK
        Pengalaman berusahatani            : Sejak tahun 1971
        Pekerjaan utama                          : Petani
        Pekerjaan sampingan                   : Ketua kelompok tani dan ketua Asosiasi
        Status penguasaan lahan             : Pemilik dan penggarap
       
        Petani dalam praktikum ini adalah petani yang membudidayakan tanaman obat keluarga di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Karakteristik petani dapat dilihat dari segi umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dalam berusahatani, dan status penguasaan lahan yang digunakan dalam  berusaha tani karena aspek-aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan usahatani tanaman obat keluarga (TOGA).




4.2.  Karakteristik dan Pendapatan Rumah Tangga Responden
       Jumlah anggota keluarga berjumlah tujuh orang, dimana hampir seluruhnya sudah berpenghasilan dan berkeluarga. Petani, Bapak Soemono sebagai kepala rumah tangga memiliki pekerjaan sebagai petani sekaligus sebagai ketua kelompok tani TOGA Jabungan dan merupakan Ketua Asosiasi yang bergerak di bidang pertanian. Bersama dengan istrinya, Ibu Tarsini, petani responden menggarap lahan milik sendiri yang rata- rata ditanam berbagai jenis tanaman obat keluarga seperti temulawak, kunyit, temu ireng, temugiring, kencur, dan daun sambiloto. Ibu Tarsini, lebih senang dianggap sebagai ibu rumah tangga yang setiap harinya membantu Bapak Soemono di tegalan dan beliau juga membuka balai pengobatan herbal gratis di sekitar tempat tinggal.  Kelima anak beliau sudah berumah tangga dan memiliki pekerjaan sehingga beliau tidak memiliki tanggungan anak. Tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang memiliki beban hidup bagi petani yang bersangkutan, sedangkan anggota keluarga adalah orang yang dapat berfungsi sebagai tenaga kerja dalam keluarga.
4.3.  Kepemilikan Lahan
         Petani memiliki luas lahan pribadi sebesar 1 hektar. Lahan tersebut merupakan lahan milik sendiri dan petani berperan sebagai penggarapnya.  Petani juga memiliki luas lahan yang dikelola bersama- sama dengan para petani yang bergabung dalam kelompok tani TOGA daerah Jabungan sebesar 10 hektar. Petani adalah pemilik penggarap sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk sewa lahan karena lahan milik sendiri dan tidak membayar pajak.
4.4.  Keadaan Usahatani Tanaman Obat Keluarga
         Jenis lahan yang digunakan dalam berusaha tani adalah tegalan. Pemilihan lahan ini karena disesuaikan dengan komoditas yang digunakan, yaitu tanaman obat keluarga. Jenis TOGA yang ditanam adalah temulawak, kunyit, temugiring, temu ireng, kencur, dan sambiloto. Benih yang digunakan adalah benih hasil sendiri. Penggunaan benih setiap musim tanam menyesuaikan dengan luas lahan yang ingin ditanami TOGA. Cara penanaman benih toga ini hanya dengan diatur lurus dengan jarak tanam 40 cm x 40cm. Teknik pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani adalah pengolahan lahan dengan teknik zero tillage. Pengolahan lahan zero tillage ini sering disebut sistem tanpa olah tanah yang merupakan teknik penaburan benih TOGA pada tegalan bekas penanaman tanpa pengolahan tanah terlebih dahulu. Alat pengolahan lahan yang digunakan adalah cangkul.
        Pada proses pemupukan, petani  hanya menggunakan pupuk kandang sebanyak 35 kg/ tahun untuk satu kali musim tanam, sedangkan untuk pemeliharaan tanaman, petani tidak melakukan penyiangan serta tidak menggunakan herbisida dan pestisida. Petani tidak mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja karena tahap tersebut ia lakukan sendiri. Tahap pengolahan lahan, petani tidak mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja karena sistem yang digunakan merupakan zero tiggale. Pada tahap penanaman, petani  mendapat bantuan tenaga kerja harian (buruh) dengan jumlah satu orang laki- laki dan satu orang perempuan dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 100.000,00. Pada tahap pemupukan, petani mendapat bantuan tenaga kerja harian (buruh) dengan jumlah satu orang laki- laki dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 50.000,00. Pada tahap panen dan pasca panen, petani   mendapat bantuan tenaga kerja harian (buruh) dengan jumlah satu orang laki- laki dan dua orang perempuan dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 150.000,00. Masing-masing dari petani buruh diberi upah Rp 50.000 rupiah selama 1 hari kerja dengan jam kerja antara 4-5 jam setiap harinya.
         Hasil penyusutan dari peralatan yang digunakan untuk melakukan usahatani. Alat yang digunakan tersebut adalah cangkul. Umur ekonomis dari masing-masing alat adalah 15 tahun. Harga beli baru dari cangkul Rp 150.000,00 dengan nilai penyusutan Rp 10.000,00.
        Hasil produksi temulawak yang dihasilkan untuk setiap 1 hektar tegalan yaitu 35 ton dengan harga jual Rp 1500 per kilogram. Komoditi tanaman kunyit, dalam 1 hektar tegalan, rata-rata memproduksi sekitar 15 ton dengan harga jual Rp 2500 per kilogram. Komoditi tanaman temugiring, setiap 1 hektar dapat memproduksi sekitar 20 ton, dengan harga jual Rp 5000 per kilogram. Untuk  komoditi tanaman temuireng dan daun sambiloto, setiap 1 hektar rata-rata memproduksi sekitar 20 ton, dengan harga jual Rp 4000 per kilogram. Sementara untuk komoditi tanaman kencur, setiap  1 hektar rata- rata memproduksi sekitar 15 ton, dengan harga jual Rp 1500 per kilogramnya.
4.5.  Kebutuhan Modal dan Pemenuhan Kebutuhan Saprodi
        Benih dan bibit yang digunakan yaitu sumber benih dan bibit dengan cara  menggunakan benih sendiri. Benih yang digunakan merupakan hasil dari mengumpulkan anakan tanaman TOGA yang sudah matang dari tanaman obat yang ada di tegalan atau dari tanaman obat yang sudah dipanen. Hal ini dikarenakan setelah proses panen, lahan langsung digarap kembali untuk proses penanaman musim selanjutnya. Selain itu penyediaan bibit secara mandiri akan menekan biaya pengeluaran untuk membeli input dari luar, termasuk biaya transportasi maupun biaya yang lainnya.
        Kelompok petani tanaman obat di kelurahan Jabungan dibawah arahan petani menggunakan pupuk alami yaitu pupuk kandang dan kompos yang didapat dari kelompok tani sendiri. Untuk membeli saprodi yang dibutuhkan tidak menggunakan transportasi umum melainkan berjalan kaki. Jumlah input yang dibutuhkan tidak selalu tersedia. Apabila tidak mendapatkan pupuk organik, tanaman obat miliknya sengaja tidak diberi pupuk dan dibiarkan tumbuh alami. Sementara untuk pestisida, petani beserta para petani yang bergabung dalam kelompok tani TOGA menggunakan air tembakau yang dicampur setengah cangkir bubuk bawang putih, satu cangkir kompos, untuk disemprotkan ke tanaman-tanaman obatnya. Hal ini dilakukan karena air campuran tembakau tersebut mempunyai fungsi untuk mencegah tanaman terserang hama, kutu daun, maupun kutu penggerek.
4.6.      Pengeluaran Pangan
Berdasarkan pengamatan pengeluaran pangan yang dilakukan bahwa Ketahanan Pangan Rumah tangga oleh petani dalam satu hari petani menanak nasi sebanyak 0,8 ons setiap kali menanak. Petani membeli beras seharga Rp 9000/kilogram dalam satu hari petani memasak nasi dengan pengeluaran sekitar Rp 9000 dan lauk pauk sekitar Rp 12000. Dalam satu minggu pengeluaran pangan petani sebesar Rp 114.000. Proporsi pengeluaran pangan rumah tangga petani sebesar Rp 15000/hari atau Rp 400.000/bulan. Harga komoditi yang dikonsumsi petani sehari – hari seperti harga gula sebesar Rp 11000/kg, untuk harga sayur sebesar Rp 10.000/hari dan harga minyak goreng Rp 11.000/liter.
4.7.  Pengeluaran Non Pangan
        Berdasarkan pengamtan terhadap pengeluaran non-pangan yang dikeluarkan oleh keluarga petani yaitu didapatkan hasil bahwa pengeluaran perumahan dan fasilitas rumah seperti rekening listrik sebesar Rp 125.000,00 dan kebutugan gas Rp 54.000,00. Pengeluaran aneka barang dan jasa seperti bensin sebesar Rp 25.000,00. Kedua jenis pengeluaran tersebut dikeluarkan secara berkala per-bulannya, sedangkan pengeluaran pajak PBB sebesar Rp 100.000,00 dikeluarkan per-tahunnya.

4.8.  Perhitungan Biaya dan Pendapatan Usahatani
        Total penerimaan dari hasil panen tanamn toga sebenarnya sejumlah kurang lebih Rp 31.000.000,00 , namun yang dijual hanya setengah panen yaitu sejumlah Rp 15.500.000,00.
        Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa jumlah total penerimaan petani yaitu Rp 15.590.000,00/tahun, pengeluaran Rp 840.000,00/ tahun sehingga diperoleh pendapatan bersih petani Rp 15.110.000,00/ tahun.
        Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data yaitu pengeluaran pangan sebesar Rp 328.000,00/ bulan dan pengeluaran non-pangan sebesar Rp 204.000,00/ bulan sehingga diperoleh pengeluaran konsumsi pangan dan non-pangan sebesar Rp 532.000,00/ bulan. Jadi pengeluaran konsumsi per-tahunnya sebesar Rp 6.384.000,00. Analisis ekonomi perlu dilakukan pada semua unit usahatani yang dikerjakan, untuk memberikan bahwa usahatani yang dilakukan memberikan keuntungan atau tidak, oleh karena itu dilakukan anlisis pendapatan, melalui analisis ini seluruh pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan semua diperhitungkan, ada biaya-biaya yang secara riil tidak dikeluarkan, tetapi diperhitungkan seperti upah tenaga kerja karena keluarga sendiri yang turut bekerja. 

Sabtu, 17 Januari 2015

Hidup ini seperti sebuah Perahu

Hidup kita diibaratkan sebuah perahu, yang terbuat dari kayu terbaik, dilengkapi dengan alat-alat komunikasi yang lengkap, layar yang gagah dan dengan kompas penunjuk arah. Nah, demikian juga diri kita diciptakan dengan sangat baik oleh Allah, dilengkapi dengan bakat, talenta serta kemampuan yang luar biasa oleh Allah dan diberi hati nurani dan akal budi serta kebebasan untuk menjalani perahu kehidupan kita secara baik dan benar. Kesejatian hidup kita adalah berlayar mengarungi samudra, menembus badai, menghalau gelombang dan menemukan pantai harapan kebahagiaan kita dan keselamatan hidup abadi.
Namun sehebat apapun perahu, yang dbuat dari kayu yang bermutu tinggi, dilengkapi layar yang bagus dan peralatan yang canggih, tidak ada gunanya bila hanya di tambat di dermaga. Artinya, kita sudah diberi akal budi/otak, hati nurani, kemampuan, talenta yang khas oleh Tuhan bagi setiap orang, tapi itu tidak pernah dikembangkan, diberdayakan, malas untuk melakukan sesuatu, dan tidak menggunakannya dengan baik untuk kebahagaiaan diri dan sesama, maka kita seperti perahu yang ditambat, tidak bisa berkembang, jalan di tempat. Dermaga adalah tempat Anda memulai hidup Anda, dan bisa juga diartikan sebagai masa lalu Anda. Tali penambat itu adalah kemalasan, ketakutan, dan penyesalan Anda, kecemasan-kecemasan, kekecewaan-kekecewaan, luka-luka batin yang belum disembuhkan, yang sering menghambat kita untuk memulai melakukan sesuatu dan berjuang untuk keluar dari masa lalu kita.
Saudara-saudariku, jangan buang waktu dan energi untuk selalu memikirkan masa lalu Anda, kekuatiran hidup Anda. Jangan menyia-nyiakan segala kemampuan, kesempatan yang telah dianugerahkan oleh Tuhan. Lepaskan tali kemalasan Anda, lepaskan ikatan kekuatiran dan ketakutan yang membelenggu Anda, lepaskan segala pikiran-pikiran yang menghambat Anda untuk maju. Jangan biarkan diri Anda tertambat dalam kecemasan, kekuatiran dan penyesalan masa lalu Anda. Berlayarlah, lakukan sesuatu yang berguna bagi hidup Anda dan keluarga Anda, serta apa yang Anda impikan dalam hidup ini. Aktifkanlah segala kemampuan dan talenta dalam diri Anda, gunakanlah segala potensi diri dan bantuan orang-orang di sekitar Anda dan ciptakanlah segala yang baik dalam hidup Anda demi kebahagiaan Anda dan sesama.
Ingat bahwa, yang memisahkan perahu dan pantai impian Anda, adalah angin badai, gelombang dan batu karang. Yang memisahkan Anda dengan kebahagiaan dan keselamatan adalah tantangan, cobaan/godaan yang Anda hadapi dalam hidup ini, masalah-masalah yang selalu menggerogoti pikiran Anda, tawaran-tawaran duniawi yang bisa memisahkan Anda dari Sang Tujuan hidup Anda. Sebenarnya, di sinilah kemampuan, martabat/harga diri dan kesejatian hidup Anda diuji oleh Tuhan. Hakekat perahu adalah terus berlayar menembus rintangan mencapai pulau yang dituju. Dan hakekat hidup kita adalah berkarya, dan melakukan kebaikan agar kita bisa menemukan kebahagiaan. Jangan lupa sertakan Tuhan selalu dalam pelayaran hidup Anda, karena bersama DIA, dan melalui DIA, kita akan mendapat pertolongan, diarahkan pada yang tujuan yag benar, serta dibawa kepada jalan kebahagiaan dan keselamatan. Tuhan mencintai Anda dan DIA mau agar Anda mengembangkan diri Anda secara baik demi kehabagiaan hidup Anda dan sesama. 
Cintailah dan hargailah hidup Anda.

IWayan Sujana

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN PANGAN





Disusun oleh:
Kelompok IIIB


Deaz Arga P                          23040113190018
Hanna Hanifah                      23040113140024
Agnes Christhina S               23040113140032
Angel Dita S                           23040113190041
Djuwita Rahmawati              23040113140074
Khotimatul Barki                  23040113140078



Description: Description: Description: Description: C:\Users\sony\Downloads\New folder\logo-undip-bw-256x300.jpg


PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS
JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG


 
2014


 
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang begitu luas. Luas daratan sekitar 188,20 juta ha dan memiliki kandungan sumber daya lahan yang sangat bervariasi (jenis tanah, bahan induk, fisiografi dan bentuk wilayah, ketinggian tempat dan iklim). Dari luas daratan tersebut, yang dapat digunakan dalam bidang pertanian sekitar 100,7 juta yang meliputi lahan sawah, tegalan, lahan tanaman tahunan. Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian khususnya tanaman pangan karena besarnya jumlah penduduk berkaitan langsung dengan  penyediaan pangan. Meningkatnya jumlah penduduk berpotensi meningkatkan  jumlah permintaan pangan khususnya padi.
 Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia.  Padi merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi secara umum oleh masyarakat Indonesia. Keadaan pangan di suatu Negara dapat menjadi tidak stabil apabila antara kebutuhan dan penyediaan tidak seimbang . Hal ini akan mendorong para petani untuk lebih giat mengerjakan sawahnya, ditanami padi.
Tujuan praktikum pengenalan jenis tanaman pangan yaitu untuk mempelajari, mengenali dan memahami sejarah, klasifikasi, syarat tumbuh, dan teknik budidaya padi. Manfaat praktikum ini adalah dapat mengetahui sejarah, klasifikasi, syarat tumbuh, dan teknik budidaya padi.

BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Budidaya Tanaman Pangan dengan materi Teknologi Produksi Benih Padi dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27 November 2014 di Kebun Benih Padi Tegalgondo dan BPSB Jawa Tengah.
3.1.      Materi
            Alat yang digunakan dalam praktikum Budidaya Tanaman Pangan adalah kamera untuk mengambil gambar dan buku catatan sebagai alat mencatat.
3.2.      Metode
            Metode yang digunakan dalam praktikum Budidaya Tanaman Pangan dengan materi Teknologi Produksi Benih Padi adalah mengunjungi Kebun Benih Padi Tegalgondo, mendengarkan presentasi mengenai teknik produksi benih padi dan profil BPSB serta mengunjungi BPSB Jawa Tengah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Pengenalan Jenis Tanaman Pangan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tanaman pangan yang ada di Kebun Benih Tanaman Padi Tegalgondo adalah tanaman padi. Salah satu jenis padi yang ditanam di Kebun tersebut adalah jenis padi unggul karena di perkebunan tersebut menghasilkan benih dengan varietas CIHERANG, IR. 64, Situbagendit, Pepe dan Memberamo. Varietas tersebut dipilih karena memiliki hasil produksi yang cukup tinggi, tahan terhadap beberapa hama dan penyakit, dan tahan terhadap kerontokan dan kerebahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1990) yang menyatakan bahwa varietas unggul dapat tercermin pada sifat pembawaannya yang dapat menghasilkan buah yang produksi tinggi, mempunyai banyak anakan, respon terhadap pemupukan, dan tahan terhadap hama dan penyakit termasuk virus. Potensi produksi benih padi di Tegalgondo cukup baik karena sudah memenuhi syarat tumbuh tanaman. Daerah Sukoharjo merupakan daerah panas dan cocok untuk ditanami padi sehingga berpotensi untuk berproduksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Djoehna (2003) yang menyatakan bahwa tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan.


4.2.      Penyiapan Lahan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan diketahui bahwa lahan yang digunakan untuk produksi padi pada lahan baru diawali dengan pembersihan vegetasi yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparyono (1993) yang menyatakan bahwa untuk lahan baru, persiapan pertanaman bisa diawali dengan pembersihan vegetasi yang ada. Pengolahan tanah dapat dengan membajak dua kali, serta  digaru. Hal ini sesuai dengan pendapat Herawati (2013) yang menyatakan bahwa tanah diolah secara sempurna, yaitu dibajak pertama, digenangi selama dua hari dan dikeringkan selama 7 hari, lalu dibajak yang kedua, digenang selama dua hari dan dikeringkan lagi selama 7 hari, terakhir tanah digaru untuk pelumpuran dan perataan.
4.3.      Penanaman dan Pemeliharaan
4.3.1.   Penanaman
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada diperoleh hasil bahwa mencakup penanaman produksi Breeder Seed, penanaman produksi Benih Dasar yang mencapai 4-5 bulan dan dilanjutkan dengan penyulaman. Penanaman dilakukan saat bibit berumur 15 hingga 21 hari, dengan satu bibit per lubang pada kedalaman 1-2 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Didit (2008) yang menyatakan bahwa hal - hal yang harus diperhatikan dalam penanaman bibit padi adalah adalah sistem larikan (cara tanam), jarak tanam, hubungan tanaman, jumlah tanaman tiap lobang, kedalam menanam bibit dan cara menanam. Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15 hingga 21 hari, dengan satu bibit per lubang pada kedalaman satu atau dua sentimeter.
            Pada proses penanaman, jarak tanam juga harus diperhatikan. Jarak tanam yang digunakan pada proses penanaman padi yaitu jajar legowo. Jarak tanam jajar legowo ada dua yaitu jajar legowo 2:1 dan jajar legowo 4:1. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosyid (1994) yang menyatakan bahwa untuk mempermudah dalam pemeliharan dan untuk meningkatkan produksi gunakan jarak tanam dengan sistem jajar legowo 2:1 (40 x (20×10) cm, jajar legowo 4:1 (40x (20x20x20x10) cm.
4.3.2.   Pemeliharaan
            Berdasarkan pengaatan yang telah dilakukan peeliharaan meliputi , pengairan, penyiangan dan roughing. Pemupukan dilakukan menggunakan KCl dan SP 36 yang dosisnya disesuaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Herawati (2013) yang meyatakan bahwa dosis pupuk anjuran adalah 200kg/ ura/ha, 75-100 kg SP-36/ha dan 75-100 kg KCl/ha.
            Pengairan yang dilakukan pada penanaman padi adalah pengairan berselang. Pengairan berselang adalah pengairan pada lahan kering sesuai kondisi lahan dan fase pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Purwono (2007) yang menyatakan bahwa sejak saat tanam hingga seminggu kemudian, air perlu tersedia secara cukup untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Pengairan berselang ini dilakukan karena penggenangan yang terus menerus disamping pemborosan dalam penggunaan air juga memberikan dampak kurang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan padi. Menurut Berkelaar (2001), air yang menggenang membuat sawah menjadi hypoxic (kekurangan oksigen) bagi akar dan
tidak ideal untuk pertumbuhan.
            Sistem pengairan berselang yang dipakai menyebabkan adanya gulma yang sering mengganggu tanaman padi. Gulma tumbuh karena lahan yang tersedia kurang tergenang air atau kering. Hal ini sesuai pendapat Suparyono (1993) yang menyatakan bahwa penggenangan merupakan cara yang sangat efektif untuk menekan gulma. Untuk menekan pertumbuhan gulma perlu dilakukan penyiangan. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan herbisida. Hal ini sesuai dengan pendapat Herawati (2013) yang menyatakan bahwa penyiangan bisa secara manual dengan mencabut rerumputan yang ada pada pertanaman atau dengan menggunakan herbisida. Roughing juga termasuk kedalam pemeliharaan produksi benih. Roughing dilakukan dengan mencabut tanaman yang tidak dikehendaki. Hal ini sesuai dengan pendapat Djoehna (2003) yang menyatakan bahwa rouging adalah kegiatan membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang benihnya diproduksi.
4.4.      Pengendalian Hama dan Penyakit
            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan hama yang sering menyerang tanaman padi adalah keong mas, penggerek batang dan hama wereng yang membawa virus kerdil hampa padi pada tanaman. Penyakit yang sering menyerang yaitu kerdil hampa padi dan tungro. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara  pemberian pestisida nabati pada keong mas. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwono (2007) yang menyatakan bahwa beberapa bahan nabati pun bisa digunakan sebagai pestisida nabati atau moluskisida untuk keong mas. Untuk mengendalikan hama wereng dapat menggunakan insektisida. Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1990) yang menyatakan bahwa pencegahan dan pengendalian wereng bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti melalui cara brcocok tanam, penggunaan varietas tahan, sanitasi, cara biologis dan kimiawi. Herawati (2013) menambahkan pengendalian hama wereng dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida sesuai anjuran. Untuk pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan dengan pemberian pestisida. Hal ini sesuai dengan pendapat Harahap (1994) yang menyatakan bahwa cara pengendaian hama yang palling populer adalah penggunaan pestisida karena caranya yang mudah dan hasilnya dapat segera dirasakan.
4.5.      Panen dan Pasca Panen      
4.5.1.   Panen
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, panen untuk benih padi megacu pada kemasakan. Panen dilakukan sekitar 90% malai telah menguning. Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1990) yang menyatakan bahwa kadar air dan warna kuning gabah digunakan sebagai parameter atau patokan umur panen tanaman padi. Herawati (2013) menambahkan bahwa panen dilakukan apabila mencapai minimal 80% butir gabah sudah menguning dan tangkai buah sudah merunduk dengan kadar air gabah sekitar 23-25%. Pemanenan dilakukan menggunakan alat perontok padi, mesin panen dan karung untuk menyimpan hasil panen. Hal ini sesuai dengan pendapat Herawati (2013) yang menyatakan bahwa perontokan dilakukan dengan cara dibanting (gebot) atau dengan mesin perontok (thresher).
4.5.2.   Pasca Panen
            Berdasarkan hasil pengamatan yangg telah dilakukan teknologi pasca panen yang diterapkan pada tanaman padi meliputi pengeringan, pengolahan benih dan pengemasan benih. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu penjemuran dengan sinar matahari secara langsung dan menggunakan mesin. Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1990) yang menyatakann bahwa proses pengeringan ada dua macam yaitu pengeringan alami atau dengan sinar matahari dan pengeringan buatan atau pengeringan dengan menggunakan mesin atau alat pengering. Herawati (2013) menambahkan bahwa pengeringan dapat dilakukan dengan cara dijemur atau dengan mesin pengeringan (drayer).
Pengolahan benih dilakukan mulai dari pembersihan benih sampai pemilahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwono (2007) yang menyatakan bahwa pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Benih dikemas ke dalam karung plastik dan alat penyimpan benih yang terbuat dari kotak besi yang dapat menyimpan benih hingga 2 ton sehingga cara ini lebih efisien. Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Hal ini sesuai dengan pendapat Utomo (1999) yang menyatakan bahwa pengemasan benih selain bertujuan untuk mempermudahkan di dalam penyaluran/transportasi benih, juga untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insektsida. Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan label selesai dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong plastik di bagian dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran benih, benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong plastik tebal 0.08 mm atau lebih dan di-sealed/ dikelim rapat.  Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan dan pemasangan label benih harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari adanya tindak pemalsuan.