LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM USAHATANI
“Usahatani Tanaman Obat Keluarga
Kelurahan Jabungan
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”
Disusun oleh:
Kelompok IIIB
Adilla Trisna
Khairunnisa 23040113140008
Ratih Asri M 23040113140035
Taufan
Daniarta S 23040113190037
Dita Nora Oktaviana 23040113140059
Khotimatul Barki 23040113140078

PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS
JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usahatani
merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber
daya yang secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi
pada waktu tertentu. Kegiatan
usahatani merupakan kegiatan yang mengupayakan pengelolaan unsur-unsur
produksi, baik Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), maupun modal
dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di bidang pertanian. Usahatani
dilakukan oleh petani guna untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya seperti memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Inti dari pertanian adalah usaha tani
(farming) karena usaha tani menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam
budidaya. Dalam
usahatani, terdapat perhitungan untuk memperoleh suatu keuntungan yang akan
diterima. Perhitungan tersebut seperti analisis biaya, pendapatan, BEP (Break
Event Point), dan R/C ratio. Perhitungan-perhitungan itu digunakan agar
orang yang melakukan usahatani mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan
untuk usahatani, apakah biaya-biaya tersebut melebihi atau memenuhi target
keuntungan yang diinginkan. Peningkatan produksi harus
seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan
pengelolaan usaha tani secara intensif.
1.2. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang diatas, maka
rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara budidaya tanaman obat keluarga (toga)?
2.
Berapa
besar biaya dan pendapatan petani dari usahatani toga?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum
ini, yaitu:
1. Untuk
menganalisis biaya dan pendapatan Petani dari usahatani toga di Kelurahan
Jabungan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
2. Untuk
memahami aspek sosial ekonomi usahatani yang dilakukan oleh petani dan
kendala-kendala yang dihadapi petani dalam berusahatani.
3. Untuk
melaksanakan survei dan mengambil data primer rumah tangga petani.
4. Untuk
melengkapi tugas mata kuliah Usahatani.
1.4. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah
manambah wawasan dan pengetahuan mengenai budidaya tanaman obat keluarga
(toga), mengetahui biaya dan pendapatan petani dari usahatani toga di daerah
Jabungan serta memperoleh pelajaran langsung dari petani mengenai praktek
usahatani.

MATERI
DAN METODE
Praktikum
Usahatani dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21 November 2014 di Kelurahan
Jabungan, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam Praktikum Usahatani adalah quisioner, alat
tulis, dan kamera. Bahan yang digunakan adalah hasil wawancara dari petani
tanaman obat keluarga (TOGA).
3.2.
Metode
Metode yang digunakan
dalam praktikum ini adalah melakukan survei langsung di Kelurahan Jabungan,
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Lokasi yang menjadi
sampel penelitian dipilih secara purposive
(sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan wilayah yang sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang membudidayakan
tanaman tanaman obat keluarga. Mengumpulkan data primer dan menganalisis data.
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada petani dan
keluarganya dengan mengisi kuisioner yang telah diberikan. Analisis data yang
dilakukan adalah analisis pendapatan, yaitu analisis yang dilakukan untuk
mengetahui nilai pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih
antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.
|
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Identitas Responden
Nama :
Soemono
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Umur :
65 tahun
Pendidikan formal :
SMK
Pengalaman berusahatani :
Sejak tahun 1971
Pekerjaan utama :
Petani
Pekerjaan sampingan :
Ketua kelompok tani dan ketua Asosiasi
Status penguasaan lahan :
Pemilik dan penggarap
Petani dalam praktikum ini adalah petani yang membudidayakan tanaman
obat keluarga di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Karakteristik petani dapat
dilihat dari segi umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dalam
berusahatani, dan status penguasaan lahan yang digunakan dalam berusaha tani karena aspek-aspek tersebut
sangat erat kaitannya dengan usahatani tanaman obat keluarga (TOGA).
4.2. Karakteristik dan Pendapatan Rumah Tangga
Responden
Jumlah anggota keluarga berjumlah tujuh orang, dimana hampir seluruhnya
sudah berpenghasilan dan berkeluarga. Petani, Bapak Soemono sebagai kepala
rumah tangga memiliki pekerjaan sebagai petani sekaligus sebagai ketua kelompok
tani TOGA Jabungan dan merupakan Ketua Asosiasi yang bergerak di bidang
pertanian. Bersama dengan istrinya, Ibu Tarsini, petani responden menggarap
lahan milik sendiri yang rata- rata ditanam berbagai jenis tanaman obat
keluarga seperti temulawak, kunyit, temu ireng, temugiring, kencur, dan daun
sambiloto. Ibu Tarsini, lebih senang dianggap sebagai ibu rumah tangga yang setiap
harinya membantu Bapak Soemono di tegalan dan beliau juga membuka balai
pengobatan herbal gratis di sekitar tempat tinggal. Kelima anak beliau sudah berumah tangga dan
memiliki pekerjaan sehingga beliau tidak memiliki tanggungan anak. Tanggungan
keluarga merupakan anggota keluarga yang memiliki beban hidup bagi petani yang bersangkutan,
sedangkan anggota keluarga adalah orang yang dapat berfungsi sebagai tenaga
kerja dalam keluarga.
4.3. Kepemilikan Lahan
Petani memiliki luas lahan pribadi sebesar 1 hektar. Lahan tersebut
merupakan lahan milik sendiri dan petani berperan sebagai penggarapnya. Petani juga memiliki luas lahan yang dikelola
bersama- sama dengan para petani yang bergabung dalam kelompok tani TOGA daerah
Jabungan sebesar 10 hektar. Petani adalah pemilik penggarap sehingga tidak
mengeluarkan biaya untuk sewa lahan karena lahan milik sendiri dan tidak
membayar pajak.
4.4. Keadaan Usahatani Tanaman Obat Keluarga
Jenis lahan yang digunakan dalam berusaha tani adalah tegalan. Pemilihan
lahan ini karena disesuaikan dengan komoditas yang digunakan, yaitu tanaman
obat keluarga. Jenis TOGA yang ditanam adalah temulawak, kunyit, temugiring,
temu ireng, kencur, dan sambiloto. Benih yang digunakan adalah benih hasil
sendiri. Penggunaan benih setiap musim tanam menyesuaikan dengan luas lahan
yang ingin ditanami TOGA. Cara penanaman benih toga ini hanya dengan diatur
lurus dengan jarak tanam 40 cm x 40cm. Teknik pengolahan lahan yang dilakukan
oleh petani adalah pengolahan lahan dengan teknik zero tillage. Pengolahan
lahan zero tillage ini sering disebut sistem tanpa olah tanah yang merupakan
teknik penaburan benih TOGA pada tegalan bekas penanaman tanpa pengolahan tanah
terlebih dahulu. Alat pengolahan lahan yang digunakan adalah cangkul.
Pada proses pemupukan, petani
hanya menggunakan pupuk kandang sebanyak 35 kg/ tahun untuk satu kali
musim tanam, sedangkan untuk pemeliharaan tanaman, petani tidak melakukan
penyiangan serta tidak menggunakan herbisida dan pestisida. Petani tidak
mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja karena tahap tersebut ia lakukan sendiri.
Tahap pengolahan lahan, petani tidak mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja
karena sistem yang digunakan merupakan zero tiggale. Pada tahap penanaman,
petani mendapat bantuan tenaga kerja harian
(buruh) dengan jumlah satu orang laki- laki dan satu orang perempuan dengan
biaya yang dikeluarkan adalah Rp 100.000,00. Pada tahap pemupukan, petani
mendapat bantuan tenaga kerja harian (buruh) dengan jumlah satu orang laki-
laki dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 50.000,00. Pada tahap panen dan
pasca panen, petani mendapat bantuan
tenaga kerja harian (buruh) dengan jumlah satu orang laki- laki dan dua orang
perempuan dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 150.000,00. Masing-masing dari petani buruh diberi upah Rp 50.000 rupiah selama 1 hari kerja
dengan jam kerja
antara 4-5 jam setiap harinya.
Hasil penyusutan dari peralatan yang digunakan untuk melakukan
usahatani. Alat yang digunakan tersebut adalah cangkul. Umur ekonomis dari
masing-masing alat adalah 15 tahun. Harga beli baru dari cangkul Rp 150.000,00
dengan nilai penyusutan Rp 10.000,00.
Hasil produksi temulawak yang dihasilkan untuk setiap 1 hektar tegalan yaitu
35 ton dengan harga
jual Rp 1500 per kilogram. Komoditi tanaman kunyit, dalam 1 hektar tegalan, rata-rata memproduksi sekitar 15 ton dengan harga jual
Rp 2500 per kilogram. Komoditi tanaman temugiring, setiap 1 hektar
dapat memproduksi
sekitar 20 ton, dengan harga jual Rp 5000 per kilogram. Untuk
komoditi tanaman temuireng
dan daun sambiloto, setiap 1
hektar rata-rata memproduksi sekitar 20 ton, dengan harga
jual Rp 4000 per kilogram. Sementara untuk komoditi tanaman
kencur, setiap 1 hektar rata- rata
memproduksi sekitar 15 ton, dengan harga jual Rp 1500 per kilogramnya.
4.5. Kebutuhan Modal dan Pemenuhan Kebutuhan
Saprodi
Benih dan bibit yang digunakan yaitu sumber benih dan bibit dengan
cara menggunakan benih sendiri. Benih
yang digunakan merupakan hasil dari mengumpulkan anakan tanaman TOGA yang sudah
matang dari tanaman obat yang ada di tegalan atau dari tanaman obat yang sudah
dipanen. Hal ini
dikarenakan setelah proses panen, lahan langsung digarap kembali untuk proses
penanaman musim selanjutnya. Selain itu penyediaan bibit secara mandiri akan
menekan biaya pengeluaran untuk membeli input dari luar, termasuk biaya
transportasi maupun biaya yang lainnya.
Kelompok petani
tanaman obat di kelurahan Jabungan dibawah arahan petani
menggunakan pupuk alami
yaitu pupuk kandang dan kompos yang didapat dari kelompok tani
sendiri. Untuk membeli saprodi yang dibutuhkan tidak menggunakan transportasi
umum melainkan berjalan kaki. Jumlah input yang dibutuhkan tidak selalu
tersedia. Apabila tidak
mendapatkan pupuk organik, tanaman obat miliknya sengaja tidak diberi pupuk dan
dibiarkan tumbuh alami. Sementara untuk pestisida, petani
beserta para petani yang bergabung dalam kelompok tani TOGA menggunakan air tembakau yang dicampur setengah
cangkir bubuk bawang putih, satu cangkir kompos, untuk disemprotkan ke tanaman-tanaman obatnya. Hal
ini dilakukan karena air campuran tembakau tersebut mempunyai fungsi untuk
mencegah tanaman terserang hama, kutu daun, maupun kutu penggerek.
4.6. Pengeluaran
Pangan
Berdasarkan pengamatan pengeluaran
pangan yang dilakukan bahwa Ketahanan Pangan Rumah tangga oleh petani dalam
satu hari petani menanak nasi sebanyak 0,8 ons setiap kali menanak. Petani
membeli beras seharga Rp 9000/kilogram dalam satu hari petani memasak nasi dengan
pengeluaran sekitar Rp 9000 dan lauk pauk sekitar Rp 12000. Dalam satu minggu
pengeluaran pangan petani sebesar Rp 114.000. Proporsi pengeluaran pangan rumah
tangga petani sebesar Rp 15000/hari atau Rp 400.000/bulan. Harga komoditi yang
dikonsumsi petani sehari – hari seperti harga gula sebesar Rp 11000/kg, untuk
harga sayur sebesar Rp 10.000/hari dan harga minyak goreng Rp 11.000/liter.
4.7. Pengeluaran Non Pangan
Berdasarkan pengamtan terhadap pengeluaran non-pangan yang dikeluarkan
oleh keluarga petani yaitu didapatkan hasil bahwa pengeluaran perumahan dan
fasilitas rumah seperti rekening listrik sebesar Rp 125.000,00 dan kebutugan
gas Rp 54.000,00. Pengeluaran aneka barang dan jasa seperti bensin sebesar Rp
25.000,00. Kedua jenis pengeluaran tersebut dikeluarkan secara berkala
per-bulannya, sedangkan pengeluaran pajak PBB sebesar Rp 100.000,00 dikeluarkan
per-tahunnya.
4.8. Perhitungan Biaya dan Pendapatan Usahatani
Total penerimaan dari
hasil panen tanamn toga sebenarnya sejumlah kurang lebih Rp 31.000.000,00 ,
namun yang dijual hanya setengah panen yaitu sejumlah Rp 15.500.000,00.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
jumlah total penerimaan petani yaitu Rp 15.590.000,00/tahun, pengeluaran Rp 840.000,00/
tahun sehingga diperoleh pendapatan bersih petani Rp 15.110.000,00/ tahun.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data yaitu pengeluaran pangan
sebesar Rp 328.000,00/ bulan dan pengeluaran non-pangan sebesar Rp 204.000,00/ bulan
sehingga diperoleh pengeluaran konsumsi pangan dan non-pangan sebesar Rp 532.000,00/
bulan. Jadi pengeluaran konsumsi per-tahunnya sebesar Rp 6.384.000,00. Analisis
ekonomi perlu dilakukan pada semua unit usahatani yang dikerjakan, untuk
memberikan bahwa usahatani yang dilakukan memberikan keuntungan atau tidak,
oleh karena itu dilakukan anlisis pendapatan, melalui analisis ini seluruh
pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan semua diperhitungkan, ada biaya-biaya
yang secara riil tidak dikeluarkan, tetapi diperhitungkan seperti upah tenaga
kerja karena keluarga sendiri yang turut bekerja.