Minggu, 04 Januari 2015

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA PERKEBUNAN

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BUDIDAYA PERKEBUNAN





Disusun oleh:
Kelompok IIIB


Deaz Arga P                          23040113190018
Hanna Hanifah                      23040113140024
Agnes Christhina S               23040113140032
Angel Dita S                           23040113190041
Djuwita Rahmawati              23040113140074
Khotimatul Barki                  23040113140078



Description: Description: Description: Description: C:\Users\sony\Downloads\New folder\logo-undip-bw-256x300.jpg


PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS
JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2014

BAB I
PENDAHULUAN

            Tanaman karet (Hevea brasiliensis)  merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer  Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui hal-hal mengenai karet dari proses penanaman hingga penangan pasca panen. Manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk memberi pengetahuan kepada mahasiswa tentang budidaya tanaman karet.

BAB III
MATERI METODA
Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan dengan materi Budidaya Tanaman Karet dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27 November 2014 di PT. Perkebunan Nusantara IX (Kebun Ngobo) Kecamatan Bergas, Jawa Tengah.
3.1.      Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum klimatologi adalah kamera untuk mengambil gambar tanaman karet dan alat tulis sebagai alat untuk mencatat.
3.2.      Metode
            Metode yang digunakan dalam  praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan dengan materi Budidaya Tanaman Karet adalah dengan mengunjungi Perkebunan Ngobo, melihat tanaman karet mulai dari proses penyadapan sampai proses sortasi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Varietas Tanaman Karet
            Perkebunan PT. Perkebunan Nasional IX ( Kebun Ngobo) Kecamatan Bergas, Semarang menanam tiga jenis komoditas perkebunan yaitu karet, kopi dan pala. Tanaman karet yang ditanam di Kebun Ngobo ini adalah tanaman karet dari Klon BPM 1. Sesuai dengan pendapat Badan Litbang Pertanian (2010) bahwa jenis klon karet yang unggul yang dianjurkan adalah PB 260, RRIC 100, BPM 1, dan RRIM 600. Selain itu, BPM 24. Semua jenis klon tersebut memberikan hasil yang baik, pertumbuhan batang yang cepat. Hal ini diperkuat dengan pendapat Chairil (2007)  yang menyatakan bahwa jenis klon karet PB 260, RRIC 100, BPM 1 dan RRIM 600 memberikan hasil yang baik, pertumbuhan batang yang cepat, dan mudah beradatasi.
            Pemilihan klon tanaman karet disesuaikan dengan jenis lahan yang akan ditanam serta produk karet yang hendak dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Setyamidjaja (1999) Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.


4.2.      Syarat Tumbuh Tanaman Karet
            Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik di perkebunan Ngobo karena suhu di Kebun Ngobo berkisar 34O C. Hal ini sesuai dengan pendapat Setyamidjaja (1993) bahwa untuk pertumbuhan karet yang baik memerlukan suhu antara 25o – 35o C, dengan suhu optimal rata-rata 28oC.  Intesitas matahari di Kabun Ngobo sesuai dengan intensitas yang dibutuhkan tanaman karet, menurut Sianturi (2001) dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup paling tinggi antara 5 – 7 jam. Tanaman karet termasuk tanaman perkebunan yang mempunyai toleransi cukup tinggi terhadap kesuburan tanah. Tanaman ini tidak menuntut kesuburan tanah yang terlalu tinggi. Menurut  Setiawan (2000) tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik pada kisaran pH 3,5 – 7,5. Meskipun demikian, tanaman karet akan berproduksi maksimal pada tanah yang subur dengan pH antara 5 – 6. Lahan tanam tanaman karet di Kebun Ngobo tidak berbukit sehingga cocok untuk tanaman karet, pendapat tersebut sesuai dengan Nazarrudin et al, (2006) bahwa topografi tanah sedikit banyak juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet, akan lebih baik apabila tanah yang dijadikan tempat tumbuhnya pohon karet datar dan tidak berbukit – bukit.
4.3.      Budidaya Tanaman Karet
4.3.1.   Persiapan Lahan      
            Persiapan lahan penanaman yang akan digunakan sebagai lokasi penanaman tanaman karet  juga diperlukan pelaksanaan dalam berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Persiapan lahan yang dilakukan di Kebun Ngobo pertama kali adalah pembukaan lahan yakni pembersihan lahan tanam karet dari sisa tumbuhan. Pendapat tersebut sesuai dengan Anwar (2001) Pembukaan lahan (Land Clearing) yaitu lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan  sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan  meliputi  pembabadan semak belukar,  penebangan pohon, perencanaan dan pemangkasan, pendongkelan akar kayu, penumpukan dan pembersihan. Pernyataan tersebut didukung oleh Sugito (2007) bahwa kegiatan persiapan lahan pertanaman karet di antaranya  pemberantasan alang-alang dan gulma lain. Menurut Anwar (2001) seiring dengan pembukaan lahan tersebut dilakukan penataan lahan dalam  blok-blok, penataan jalan-jalan kebun  dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.
4.3.2.   Pembibitan
            Pembibitan tanaman karet di Kebun Ngobo membutuhkan waktu sekitar dua tahun karena menurut Khaidir (1996) persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman.  Bahan tanaman yang perlu disiapkan adalah batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam. Syarat teknis mencakup persiapan  tanah  pembibitan, penanganan benih,  perkecambahan,  penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan.
            Pembibitan dimulai dengan persemaian benih karet dan perkecambahkan benih dengan waktu enam hari. Setelah benih berkecambah, benih memasuki tahap pembibitan lapangan 1 dengan kedalaman tanah 60cm. Pembibitan lapangan 1 dilakukan selama 1 tahun. Pada tahap ini tanaman mengalami proses okulasi. Menurut Khaidir (1996) Okulasi merupakan salah  satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Menurut Sianturi (2001) yang diharapkan dari proses okulasi adalah  sifat perakaran batang bawah secara umum baik. Selanjutnya pembibitan lapangan 2 adalah pemindahan hasil okulasi kedalam polybag. Proses ini sesuai dengan Santosa (2007) bahwa hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa bibit dalam polybag. Pembibitan lapangan 2 dilakukan selama satu tahun.
4.3.3.   Penanaman
            Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di lapang. Penanaman di Kebun Ngobo dilakukan pada akhir tahun yakni antara bulan November atau Desember karena pada bulan tersebut adalah awal musim penghujan. Pendapat ini sesuai dengan Anwar (2001) pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan antara September sampai Desember curah hujan cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pendapat tersebut didukung oleh Rosyid (1994) yang berpendapat bahwa waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan, dikarenakan jika penanaman pada awal musim hujan sumber air tersedia, sehingga tanaman tidak mengalami kekeringan. Awal tahun yakni pada bulan Januari sudah memasuki tahap Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 1. Pada tahap TBM 1 diharapkan dalam waktu satu tahun diameter batang sudah mencapai 8 cm. Menurut Anwar (2001) pada waktu membuat lubang tanam, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam. Menurut Cahyono (2010) Pada dasarnya pengajiran adalah untuk menentukan tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan. 
4.3.4.   Pemeliharaan Tanaman
4.3.4.1 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan ( TBM )
            Masa Tanaman belum menghasilkan (TBM) berlangsung selama lima tahun yang terbagi atas TBM 1, TBM 2, TBM 3, TBM 4 dan TBM 5. Pemeliharaan tanaman karet pada tahap TBM 1, 2 dan 3 memerlukan perilaku khusus karena pada tahap ini usia tanaman karet masih terlalu muda sehingga mudah terserang hama penyakit serta kerusakan lain yang dapat diakibatkan cuaca seperti angin. Hal ini sesuai dengan pendapat Setyamidjaja (1993) Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin kencang. Sependapat dengan Sianturi (2001) angin yang bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang. Pemupukan dilakukan tidak pada musim penghujan karena menurut Ilahang (2009) pemupukan tanaman karet sebaiknya tidak dilakukan pada pertengahan musim hujan karena pupuk mudah tercuci air hujan. Pupuk yang digunakan diantaranya KCl, Urea, TSP. Penyiangan di Kebun Ngobo dilakukan secara manual dan kimiawi. Menurut Sugito (2007) pemberantasan alang-alang dan gulma tanaman dapat menggunakan Herbisida  kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Penyiangan dalam budidaya karet bertujuan membebaskan tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Menurut   Andoko et al (2005) kegiatan  penyiangan sebenarnya bisa dilakukan setiap saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu  perkembangan  tanaman karet. Meskipun demikian, umumnya  penyiangan  dilakukan  3 kali  dalam  setahun untuk menghemat tenaga. Selama pertumbuhan TBM batang tanaman diberi simbol (-) , (X), dan (+) pada batang tanaman. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ukuran diameter batang tanaman karet. Simbol (-) untuk diameter batang Kurang dari 45 cm, simbol (X) untuk diameter tanaman antara 42cm – 45cm, dan simbol (+) untuk diameter tanaman lebih dari 45 cm. Pohon dengan diameter lebih dari 45 cm sudah dapat disadap getahnya. Sebanyak 60% pohon yang memasuki masa TBM 5 memiliki diameter lebih dari 45 cm, sehingga pada masa ini pohon siap disadap. Hal ini sesuai dengan pendapat Santosa (2007) kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun.
4.3.4.2.Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
            Pemeliharaan pada masa tanaman menghasilkan (TM) hampir sama dengan pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM). Pada masa ini pemeliharaan yang dilakukan adalah pemupukan dan penyiangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosyid (1994) yang menyatakan bahwa pemeliharaan tanaman pada masa produksi ini hanya meliputi penyiangan dan pemupukan. Penyiangan yang paling efektif adalah secara kimiawi menggunakan herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma, baik kontak maupun sistemik. Pemupukan tanaman karet pada masa produksi dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada pergantian musim. Dosis pemupukan tergantung pada jenis tanah tempat karet dibudidayakan. Menurut Djoehana (2003) Pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) mempunyai dua tujuan yaitu untuk meningkatkan hasil dan mempertahankan serta memperbaiki kesehatan dan kesuburan pertumbuhan tanaman pokok. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali setiap tahun.
4.3.4.3 Pengendalian Hama dan Penyakit
            Hama yang menyerang tanaman karet di Kebun Ngobo adalah hama rayap. Menurut Rosyid (1994) rayap menyerang tanaman karet dengan cara menggerek batang dari ujung daun sampai ke akar dan memakan akar. Sependapat dengan Rosyid, Santosa (2007) Rayap menyerang tanaman karet dari akar yang mati serta pangkal kayu yang ada disekitar batang karet. Serangan rayap seringkali dijumpai pada tanaman yang sudah terserang penyakit jamur akar putih (JAP) sehingga keberadaanya mempercepat kematian tanaman.
Penyakit yang menyerang tanaman karet di Kebun Ngobo adalah penyakit embung tepung. Menurut Haryono (1999) embun tepung menyebabkan gugurnya daun-daun muda yang baru terbentuk sesudah tanaman meranggas (masa gugur daun tahunan). Gugurnya daun-daun baru karena embun tepung sering disebut gugur daun sekunder. Jika cuaca membantu, embun tepung dapat menyebabkan gugur daun beberapa kali. Tanaman terpaksa membentuk daun muda berulang-ulang dengan memakai banyak cadangan pati yang terdapat dalam batang. Ini dapat melemahkan tanaman, yang seterusnya dapat mengurangi produksi lateks, menghamabat perkembangan lilit batang dan pemulihan kulit. Dengan demikian embun tepung dapat menimbulkan kerugian yang berkepanjangan. Cara menanggulangi penyakit ini adalah dengan menyemprotkan cairan blerang pada tanaman yang terserang penyakit. Penyemprotan dilakukan pada malam hari pukul 24.00 hingga pukul 01.00. hal ini bertujuan agar saat proses penyemprotan kondisi udara tenang dan tidak mengganggu aktifitas warga.
4.3.5.   Pemanenan
            Tanaman karet dikatakan dapat dipanen ketika diameter batang pohon sudah mencapai 45 cm. Pemanenan tanaman karet dilakukan dengan proses penyadapan getah karet. Menurut Andoko et al (2005) Penyadapan adalah salah satu kegiatan membuka pembuluh lateks agar lateks yang berada di dalam pembuluh tanaman karet keluar. Hal tersebut dapat di-lakukan dengan cara mengiris kulit dengan ketebalan tertentu yang arahnya tegak lurus dengan pembuluh lateks. Menurut pendapat Santosa (2007) kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Pendapat tersebut didukung oleh Anwar (2001) bahwa kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ke-tinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.
            Produksi lateks pada tanaman karet dipengaruhi oleh keadaan tanah sebagai lahan tanaman tanaman, selain itu dipengaruhi oleh klon tanaman dan faktor lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Anwar (2001) produksi lateks dari tanaman karet selain ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Menurut Andoko et al (2005) penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit pohon. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang karena kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang.
                Proses penyadapan di Kebun Ngobo dilakukan pada pagi hari karena pada pagi hari tekanan turgor dalam batang pohon tinggi sehingga dapat memproduksi lateks lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazaruddin et al (1998) waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikiran bahwa  Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang. Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel.
4.3.6.   Penanganan Pasca Panen
            Penanganan pasca panen getah karet di Kebun Ngobo ini diawali dengan pengumpulan lateks kebun oleh penyadap. Menurut Ghoni (2008) prinsip penanganan bahan olah karet di antaranya adalah menjaga kebersihan setiap peralatan yang digunakan dalam proses penyadapan sampai pengangkutan ke pabrik.  Selain itu, penambahan bahan pengawet juga harus sesuai dengan jenis produk yang akan dihasilkan. Djoehna (2003) lateks kebun adalah getah yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) melalui pelukaan kulit, berupa cairan berwarna  putih dan berbau segar. Lateks kebun mempunyai komposisi berupa campuran partikel karet dan bahan karet. Lateks kebun dikumpulkan pekerja kedalam ember dan diletakkan di tangki tempat pengumpulan hasil (TPH). Lateks diberi campuran ammonia dengan dosis 1 : 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Ghoni (2008) penyimpanan lateks kebun adalah dengan menggunakan tangki dan dicampur dengan  amonia yang di larutkan dalam 400 – 600 cc zat anti basi yang berfungsi untuk mencegah koagulasi (penggumpalan). Lateks di bawa menuju pabrik menggunakan kendaraan. Lateks dialiri air dengan tujuan pembersihan lateks dari zat-zat asing ataupun kotoran dari kebun. Setelah dialiri air lateks diambil sampel sebanyak 100 cc untuk mengukur kadar karet kering (KKK) menurut Ilahang (2009) Kadar karet kering adalah kandungan padatan karet per satuan berat (%), sangat penting untuk diketahui karena selain dapat digunakan sebagai pedoman penentuan  harga, juga merupakan standar dalam pemberian bahan kimia untuk pengolahan RSS (Ribbed Smoked Sheet), TPC dan lateks pekat. Lateks kemudian diberi penggumpal berupa asam semut. Menurut (Heru, 2005) lateks yang sengaja digumpalkan disebut dengan Slab adalah gumpalan yang berasal dari lateks kebun yang sengaja digumpalkan dengan asam semut atau bahan penggumpal lain. Lembaran lateks yang menggumpal kemudian digiling dengan mesin manual dan otomatis. Hal ini sesuai dengan pendapat Heru (2005) yang menyatakan bahwa pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan butir butir karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi satu gumpalan atau koagulum. Tahap selanjutnya koagulum dibentuk menjadi lembaran-lembaran yang dicetak dalam mesin pencetak lembaran yang terdiri dari 76 lembar koagulum. Koagulum dibekukan selama 5-6 jam dan cetak menjadi lembaran. Setelah berbentuk lembaran berwarna putih koagulum di giling dalam mesin sheeter dengan tujuan untuk membuang kadar air dan menipiskan lembaran. Setelah menjadi lembaran yang lebih tipis lembaran lateks dibawa ke kama pengasapan selama lima hari dengan suhu tertentu. Pada hari pertama suhu kamar pengasapan adalah 45O C dan pada hari ke lima maksimal adalah 60O C. Pengasapan bertujuan untuk menghilangkan jamur pada lateks. Sesuai dengan Djoehna (2003) yang menyatakan bahwa pengeringan bertujuan untuk mengawetkan sheet supaya tahan lama saat disimpan karena dengan menggunakan asap yang mengandung fenol akan dapat mencegah tumbuhnya mikroorganisme dalam sheet, untuk mengeringkan sheet supaya tida mudah diserang mikroorganisme, untuk memberikan warna coklat muda dengan asap sehingga mutunya meningkat. Selanjutnya lateks dibawa ke ruang sortasi untuk di kelompokkan sesuai dengan grade masing-masih kualitas lateks. Lateks yang telah dikeringkan dikelompokkan atas beberapa grade yaitu RSS (Ribbed Smoked Sheet) RSS 1, RSS 1, RSS 2, RSS 3 dan RSS 4.
4.3.7.   Pemasaran
            Produk Lateks dari Kebun Ngobo ini banyak di pasarkan ke luar negeri yakni ke negara-negara penghasil otomotif karena bahan lateks ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan ban kendaraan. Hasil produksi 70% di ekspor ke luar negeri sedangkan sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. hal ini sesuai dengan pendapat  Heru (2005) bahwa produk karet di Indonesia sudah banyak dipasakan atau diekspor ke luar negeri seperti negara-negara di benua Asia dan Eropa. Menurut Sugito (2007) Manfaat karet alam dapat digunakan untuk industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri penggerak seperti mesin-mesin penggerak.  Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan, sepatu, karet, sabuk, penggerak mesin besar dan kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam. Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran misalnya shockbreaker. Karet juga dapat digunakan untuk tahanan dudukan mesin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar