Jumat, 30 Mei 2014

LAPORAN PRAKTIKUM MANJEMEN PEMASARAN

LAPORAN PRAKTIKUM
MANJEMEN PEMASARAN







Disusun oleh
Zian Zaenul Laily                  23040113140023
Yuliana                                   23040131140036
Ilham Akbar                          23040113140040
Arifatul Luthfia                    23040113140043
Mentari Nurtriszkianny       23040113190048
Khotimatul Barki                  23040113140078













FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
         Setiap perusahaan tidak lepas dari kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran dilakukan untuk memasarkan produk yang dijual. Kegiatan pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan semakin gencar dalam memasarkan produknya agar menarik dan mempertahankan minat konsumen. Berbagai cara ditempuh perusahaan agar produknya tetap diminati oleh konsumen salah satunya adalah dengan mengembangkan kegiatan bauran pemasaran (marketing mix). Kegiatan bauran pemasaran bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilkan keuntungan. Hal itu akan membuat suatu produk dikenal luas oleh masyarakat sehingga akan meningkatkan daya beli masyarakat. Adanya rencana pemasaran yang baik menghasilkan kegiatan dan sumber daya bisnis secara efisien sehingga kebutuhan dapat terpenuhi dan menghasilkan keuntungan.

1.2.  Rumusan Masalah
a.    Bagaimana penerapan bauran pemasaran pada suatu perusahaan ?
b.    Bagaimana pemasaran suatu perusahaan ?
c.    Bagaimana profitabilitas suatu perusahaan ?

1.3.  Tujuan Penulisan
a.    Mengetahui bauran pemasaran pada suatu perusahaan
b.    Mengetahui pemasaran perusahaan
c.    Mampu menghitung profitabilitas suatu perusahaan

BAB III
METODOLOGI
      Praktikum Manajemen Pemasaran dilakukan pada tanggal 27 Mei 2014 di Perusahaan Hortikultura ”Kebunku”, Desa Ngablak, Salatiga.
3.1.  Metode
        Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam praktikum Manajemen Pemasaran adalah observasi, studi pustaka dan wawancara. Observasi dilakukan secara langsung di Perusahaan HortikulturaKebunku”, Desa Ngablak, Salatiga. Penulis mencari studi pustaka dari buku referensi dan internet. Wawancara dilakukan secara langsung ke narasumber mengenai hal-hal yang terkait dengan perusahaan dan data yang diperlukan.
 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Bauran Pemasaran
 Perusahaan Hortikultura”Kebunku” menggunakan 4 variabel dalam marketing mix yaitu produk, harga, saluran distribusi, dan promosi. Bauran pemasaran yang dilakukan untuk usaha pemasaran edamame. Perusahaan Hortikultura “Kebunku” sudah menjangkau pasar secara lokal di sebagian wilayah pulau Jawa khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
4.1.1.  Produk
 Perusahaan Hortikultura “Kebunku” memfokuskan pada pengolahan tanaman edamame. Selain edamame terdapat juga beberapa  jenis tanaman lain seperti kubis, kentang, cabai, bayam dan talas namun lebih cenderung pada tanaman edamame. Perusahaan Hortikultura “Kebunku” memproduksi dengan permintaan konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2009) bahwa produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli agar pemasaran produk berhasil. Pembuatan produk lebih diutamakan pada keinginan pasar atau selera konsumen. Pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan ketahanan, wujud dan kegunaan. Setiap jenis produk mempunyai strategi bauran pemasaran yang sesuai. Perusahaan kebunku memberikan kemasan yang berbeda dalam memasarkan produknya. Edamame dikemas dalam bentuk beku atau dalam bentuk segar.
Edamame dalam bentuk segar dikemas menggunakan plastik yang berkapasitas 21 kg dan ditutup dengan cara diikat. Sebelum dimasukkan ke truk untuk didistrbusikan, plastik yang sudah terisi edamame diperiksa kembali untuk mendeteksi adanya “benda ikutan”. Truk yang digunakan didalamnya terdapat pendingin dengan suhu 4° - 11°C. Selain itu produk edamame segar ini juga diberi chitosan. Chitosan merupakan pengawet yang bisa memperpanjang umur simpan. Chitosan ini diproduksi sendiri oleh Perusahaan Hortikultura “Kebunku”. Chitosan dapat melapisi bagian luar produk dengan menggunakan kulit udang yang dilembutkan dengan teknologi nano sehingga tidak mengubah kualitas dari produk itu sendiri. Produk edamame segar mempunyai umur simpan selama 3 – 4 hari.
Edamame dalam bentuk beku terdapat beberapa proses antara lain blanching, pendinginan, penirisan dan pembekuan. Blanching merupakan perlakuan panas sedang tetapi bukanlah metode untuk pengawetan. Pada proses blanching aktivitas enzim dan mikroba yang ada di edamame dapat dinonaktifkan sehingga dapat tahan lebih lama. Tekstur edamame akan berubah menjadi lebih lunak sehingga siap untuk dikonsumsi.  Proses blanching terdapat 2 macam yaitu long blanching dan salt long lanching. Long blanching (LB) merupakan proses blanching untuk rasa original. Proses LB edamame hanya dilewatkan ke mesin blanching selama 2 menit 30 detik. Salt Long Blanching (SLB) adalah proses blanching dengan rasa asin. Edamame di blanching selama 20 menit kemudian direndam dengan larutan garam selama 24 – 45 menit dan di blanching lagi. Pendinginan edamame dilakukan melalui 2 tahap yaitu pendinginan I dan pendinginan II. Pendinginan I dilakukan dengan memasukkan edamame ke dalam air distilasi dengan suhu 25˚ – 27°C selama 30 detik. Pendinginan II dilakukan dengan memasukkan air distilasi pendinginan I ke mesin Chiller dengan suhu 5˚ – 12°C selama 2 menit. Proses pendinginan bertujuan untuk membuat edamame tidak mengalami perubahan suhu. Setelah proses pendinginan dilakukan penirisan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air pada edamame menggunakan blower. Pembekuan edamame dilakukan dengan menggunakan mesin IQF (Individual Quick Freezing). Mesin IQF memiliki prinsip kerja membekukan edamame dengan bantuan cairan pendingin dalam waktu yang singkat dan hasil dari pembekuannya terpisah-pisah. Suhu yang digunakan dalam proses pembekuan sekitar -30°C. Proses pembekuan berlangsung selama 6 – 8 menit. Edamame yang sudah dalam bentuk beku kemudian dikemas. Kemasan edamame beku biasanya dikemas dengan ukuran 500 gram per pack. Edamame dalam bentuk beku tersedia dalam 2 varian yaitu original dan salted (asin). Hal ini sesuai dengan pendapat  Fuad (2000) bahwa konsep produk berpegang teguh pada anggapan konsumen akan menyenangi produk yang menawarkan mutu, penampilan, maupun keistimewaan dibandingkan produk sejenis.
4.1.2.  Harga
            Perusahaan Hortikultura “Kebunku” merupakan pihak yang sepenuhnya berhak dalam penentuan harga edamame di pasar sehingga tidak memerlukan strategi khusus dalam penentuan harga. Hal ini dikarenakan Perusahaan Hortikultura “Kebunku” adalah satu – satunya perusahaan yang menghasilkan produk edamame di Jawa Tengah dan Yogyakarta selain MitraTani 27. Harga (price) merupakan penawaran yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Hal ini sesuai denga pendapat Fuad (2000) yang menyatakan bahwa harga harus mendukung beberapa biaya antara lain biaya operasi, administrasi dan riset serta biaya pemasaran. Harga produk edamame di Perusahaan Hortikultura “Kebunku” biasanya dipengaruhi oleh Mitra Tani 27. Hal ini disebabkan karena Perusahaan Hortikultura “Kebunku”  menggunakan Mitra Tani 27 sebagai acuan dalam penentuan harga. Strategi penentuan harga sangat berpengaruh terhadap image produk dan keputusan konsumen untuk membeli. Hal ini sesuai dengan pendapat Lupiyoadi (2001) yang menyatakan bahwa keputusan penentuan harga penting dilakukan dalam menentukan penilaian terhadap jasa yang diberikan dan berpengaruh dalam proses membangun citra. Perusahaan Hortikultura “Kebunku” harga produk edamame yang dipasarkan sekitar Rp 13.000,00 per kg. Harga tersebut berbeda dengan harga yang dijual oleh pemasok seperti Giant mematok harga sebesar Rp 20.000,- per 500 gram.
4.1.3.  Saluran Distribusi
            Pemasarannya Perusahaan Hortikultura “Kebunku” tidak memiliki strategi khusus. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang memproduksi produk edamame di Indonesia hanyalah Perusahaan Hortikultura “Kebunku” terutama daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Perusahaan Hortikultura “Kebunku” tidak hanya berada di Ngablak tetapi juga terdapat di Jember dan Wonosobo dengan skala yang lebih besar. Produk yang dihasilkan oleh Perusahaan Hortikultura “Kebunku” dipasarkan ke beberapa wilayah diantaranya Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta dan Bogor. Saluran distribusi yang dilakukan Perusahaan Hortikultura “Kebunku” memiliki marjin pemasaran yang cukup kecil. Hal ini disebabkan karena produk langsung disalurkan ke konsumen sehingga tidak ada pihak lain yang menampung terlebih dahulu. Apabila nilai marjin pemasaran kecil maka efisiensi pemasaran secara ekonomis cukup baik. Saluran distribusi (place) membentuk tingkatan saluran untuk menentukan panjangnya saluran pemasaran. Saluran distribusi dibagi menjadi 4 tingkat yaitu tingkat 0, 1, 2 dan 3. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2009) yang menyatakan bahwa saluran pemasaran tingkat 0 dimulai dari produsen ke konsumen. Tingkat 0 tidak mempunyai perantara sehingga tidak ada margin pemasaran. Saluran tingkat 1 mempunyai satu tingkat pedagang perantara seperti pengecer. Saluran tingkat 2 mempunyai dua tingkat pedagang perantara melalui grosir ke pengecer. Saluran tingkat 3 mempunyai tiga tingkat pedagang perantara, seperti “jobbers” berada diantara grosir dan pengecer. Pemasaran yang dilakukan belum banyak mendapat kendala karena Perusahaan Hortikultura “Kebunku” baru berjalan di Indonesia. Ada beberapa faktor yang memperngaruhi distribusi antara lain jenis saluran, perantara, lokasi outlet, transportasi, penyimpanan dan mengelola saluran. Dalam hal ini, perlakuan yang diterapkan dalam distribusi produk edamame adalah dengan menggunakan truk yang didalamnya terdapat pendingin dengan suhu 4-11°C. Selain itu, produk edamame diberi chitosan. Chitosan adalah pengawet yang terbuat dari kulit udang guna memperpanjang umur simpan produk. Chitosan diproduksi sendiri oleh Perusahaan Hortikultura “Kebunku”. Selain itu penentuan lokasi yang tepat bagi perusahaan juga harus diperhatikan agar dapat beroperasi dengan efisien dan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fuad (2000) yang menyatakan bahwa dalam memilih lokasi, perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya, kecepatan waktu, kemudahan sarana yang diperlukan.
4.1.4.  Promosi
            Promosi yang dilakukan oleh Perusahaan Hortikultura “Kebunku” tidak menggunakan strategi khusus. Saat produksi edamame di Perusahaan Hortikultura “Kebunku” belum memiliki konsumen tetap, pihak perusahaan melakukan promosi secara langsung ke konsumen. Perusahaan “Kebunku” mengundang dari berbagai pihak supermarket seperti Superindo, Giant dan Carefour saat panen untuk dijelaskan mengenai produk yang ingin dipasarkan. Promosi tersebut dilakukan untuk mendapatkan konsumen tetap dari produk edamame dan penerapan promosi secara langsung dapat memperkecil marjin pemasaran. Perusahaan Hortikultura “Kebunku” saat ini telah memiliki konsumen tetap antara lain Superindo, Giant dan Carefour di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta karena strategi promosi yang tepat dan produk edamame sangat diminati oleh konsumen. Kegiatan promosi mempunyai tujuan tersendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Graffin (2000) yang menyatakan bahwa kegiatan promosi dalam upaya pemasaran dilakukan sebagai pemberi informasi dengan tujuan untuk mendorong konsumen memulai pembelian produk atau jasa perusahaan pada harga tertentu. Selain itu ada pula faktor yang mempengaruhi kegiatan promosi. Kotler (2009) menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi promosi antara lain tenaga pelayanan. Jumlah seleksi, pelatihan intensif, media iklan dan bauran promosi.
4.2.  Analisis Usahatani Edamame
        Analisis Usahatani Edamame di Perusahaan Hortikultura “Kebunku” tahun 2014. Skala usaha          : 1 ha
Tabel 1. Analisis Usahatani Edamame di Perusahaan Hortikultura “Kebunku” tahun 2014 (luas 1 ha).
No.
Uraian
Volume
Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1.
Penerimaan
a.     Produksi (kg)
b.    Harga (Rp / kg)
Jumlah

8.000


13.000



104.000.000
2.
Biaya Tetap (FC)
a.    Prasarana
-  Sewa tanah
-  Saung dan gudang
b.    Sarana
-  Tanki Sprayer
-  Drum plastik
-  Ember plastik
-  Garu
-  Gembor
-  Cangkul
-  Sekop
-  Peralatan lainnya
c.    Overhead Proyek
-  Manajemen proyek
-  Administrasi proyek
-  Ops taktis
Jumlah


1 ha
2 unit

4 buah
4 buah
8 buah
4 buah
4 buah
4 buah
4 buah
2 buah

1 unit
1 orang
1 ops


5.000.000
500.000

480.000
95.000
3.250
6.000
25.000
25.000
25.000
50.000

800.000
300.000
200.000


5.000.000
500.000

1.920.000
380.000
26.000
24.000
100.000
100.000
100.000
100.000

800.000
300.000
200.000
9.550.000
3.
Biaya Variabel (VC)
a.    Benih Edamame
b.    Pestisida
-  Furadan
-  Complesal D
-  Complesal B
-  Multimikro
-  Fertical
-  ZPT
-  Insektisida
-  Fungisida
c.     Pupuk
-  ZA
-  NPK
-  KCL
-  Pupuk kandang
-  Nutrisi saputra (NS)
d.   Tenaga Tidak Tetap
-  Pembersihan lahan
-  Pengolahan tanah
-  Pembuatan bedengan
-  Pemberian pupuk kandang
-  Pemberian pupuk kimia dasar
-  Perapihan bedengan
-  Pengangkutan bibit
-  Penanaman
-  Penyulaman
-  Perempelan
-  Pemupukan susulan
-  Penyemprotan pupuk daun dan ZPT
-  Pengendalian hama dan penyakit
-  Penyiraman
-  Pemetikan
-  Sortir dan pengemasan
-  Transportasi
Jumlah

100 kg

30 kg
3 kg
3 kg
2 L
2 L
3 botol
10 L
10 kg

200 kg
100 kg
100 kg
8.000 kg
12 kg

16 HOK
32 HOK
78 HOK
24 HOK

24 HOK

12 HOK
12 HOK
84 HOK
12 HOK
84 HOK
48 HOK
4 HOK

48 HOK

30 HOK
28 HOK
224 HOK
7 unit

60.000

17.000
18.000
18.000
23.000
27.500
16.000
45.000
45.000

1.500
1.700
2.400
1.000
100.000

25.000
25.000
25.000
20.000

20.000

25.000
25.000
20.000
20.000
20.000
20.000
25.000

25.000

20.000
25.000
20.000
400.000

6.000.000

510.000
54.000
54.000
46.000
55.000
48.000
450.000
450.000

300.000
170.000
240.000
8.000.000
1.200.000

400.000
800.000
1.950.000
480.000

480.000

300.000
300.000
1.680.000
240.000
1.680.000
960.000
100.000

1.200.000

600.000
700.000
4.480.000
2.800.000
36.727.000
4.
Total Biaya Produksi (TC)


46.277.000
5.
Pendapatan (Rp)


57.723.000
6.
Break Event Point (BEP)
a.    BEP Unit (kg)
b.    BEP Harga



1.135
5.784
7.
Profitabilitas


45%

      Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat diperoleh hasil penerimaan sebesar Rp 104.000.000, total biaya produksi sebesar Rp 46.727.000 dan pendapatan sebesar Rp 57.723.000. Hasil analisis Usahatani Edamame diperoleh BEP unit sebesar 1.135 kg. Hal tersebut berarti modal akan kembali jika produksi Edamame dapat mencapai produksi yang ditargetkan sebesar 1.135 kg. Pengamatan di Perusahaan Hortikultura “Kebunku” menunjukkan produksi sebesar 8.000 kg, sehingga usahatani Edamame layak diusahakan karena produksi lebih besar dari BEP Unit. BEP harga pada usahatani edamame sebesar Rp 5.784,- artinya modal akan kembali jika produksi Edamame dapat dijual dengan harga jual sebesar Rp 5.784,- . Harga satuan edamame sebesar Rp 13.000,-  sehingga lebih besar dari  BEP Harga sebesar Rp 5.784,- maka usaha  Edamame layak diusahakan. Profitabilitas produk edamame sebesar 45% dari produksi edamame. Keuntungan yang didapat sebesar Rp 11.446.000,-. Margin pemasaran sebesar Rp 7.000,- dan efisiensi pemasaran sebesar 0,00061. Jumlah efisiensi pemasaran menunjukan jumlah yang efisien karena kurang dari 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Downey dan Erickson (1992) yang mengatakan bahwa efisiensi pemasaran produk pertanian dikatakan efisien bila kurang dari 1 dan tidak efisien bila lebih dari 1.





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
      Berdasarkan hasil praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan memiliki pemasaran yang berbeda. Tujuan perusahaan dapat tercapai jika perusahaan memilki strategi pemasaran yang baik. Strategi pemasaran atau bauran pemasaran terdiri dari 4 konsep yaitu produk, harga, saluran distribusi dan promosi. Produk edamame dipasarkan dalam bentuk beku dan segar. Penentuan harga produk edamame tidak memiliki strategi khusus karena satu-satunya produsen yang memproduksi edamame. Pemasaran produk edamame dilakukan secara langsung ke konsumen. Promosi yang dilakukan pada perusahaan adalah promosi langsung.
      Sebaiknya lebih dicermati kembali saat proses pengumpulan data karena berpengaruh pada data yang dibuat. Data yang dibuat harus cepat, tepat dan akurat.