LAPORAN
PRAKTIKUM
MANJEMEN
PEMASARAN
Disusun oleh
Zian Zaenul Laily 23040113140023
Yuliana 23040131140036
Ilham Akbar 23040113140040
Arifatul Luthfia
23040113140043
Mentari Nurtriszkianny 23040113190048
Khotimatul Barki 23040113140078
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap perusahaan tidak lepas dari kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran dilakukan untuk memasarkan
produk yang dijual. Kegiatan pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi
dan memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai dengan baik. Persaingan
bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan semakin gencar dalam memasarkan
produknya agar menarik dan mempertahankan minat konsumen. Berbagai cara
ditempuh perusahaan agar produknya tetap diminati oleh konsumen salah satunya adalah
dengan mengembangkan kegiatan bauran
pemasaran (marketing mix). Kegiatan
bauran pemasaran bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilkan
keuntungan. Hal itu akan membuat suatu produk
dikenal luas oleh masyarakat sehingga akan meningkatkan daya beli masyarakat. Adanya rencana
pemasaran yang baik menghasilkan kegiatan dan sumber daya bisnis secara efisien
sehingga kebutuhan dapat terpenuhi dan menghasilkan keuntungan.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penerapan bauran pemasaran pada suatu
perusahaan ?
b. Bagaimana pemasaran suatu perusahaan ?
c. Bagaimana profitabilitas suatu perusahaan ?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui bauran pemasaran pada suatu perusahaan
b. Mengetahui pemasaran perusahaan
c. Mampu menghitung profitabilitas suatu perusahaan
METODOLOGI
Praktikum Manajemen Pemasaran dilakukan pada tanggal
27 Mei 2014 di Perusahaan Hortikultura ”Kebunku”, Desa
Ngablak, Salatiga.
3.1. Metode
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam praktikum Manajemen
Pemasaran adalah observasi, studi pustaka dan wawancara. Observasi dilakukan
secara langsung di Perusahaan Hortikultura “Kebunku”, Desa Ngablak, Salatiga.
Penulis mencari studi pustaka dari buku referensi dan internet. Wawancara
dilakukan secara langsung ke narasumber mengenai hal-hal yang terkait dengan
perusahaan dan data yang diperlukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Bauran Pemasaran
Perusahaan
Hortikultura”Kebunku” menggunakan 4 variabel dalam marketing mix yaitu produk, harga,
saluran distribusi, dan promosi. Bauran pemasaran yang dilakukan untuk usaha pemasaran
edamame. Perusahaan Hortikultura “Kebunku” sudah menjangkau pasar secara lokal di
sebagian wilayah pulau Jawa khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
4.1.1. Produk
Perusahaan Hortikultura “Kebunku” memfokuskan
pada pengolahan tanaman edamame. Selain edamame terdapat juga beberapa jenis tanaman lain seperti kubis, kentang,
cabai, bayam dan talas namun lebih cenderung pada tanaman edamame. Perusahaan
Hortikultura “Kebunku” memproduksi dengan permintaan konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2009) bahwa produk
harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli agar pemasaran
produk berhasil. Pembuatan produk lebih diutamakan pada keinginan pasar atau
selera konsumen. Pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan ketahanan, wujud
dan kegunaan. Setiap jenis produk mempunyai strategi bauran pemasaran yang
sesuai.
Perusahaan kebunku
memberikan kemasan yang berbeda dalam memasarkan produknya. Edamame dikemas
dalam bentuk beku atau dalam bentuk segar.
Edamame dalam bentuk segar
dikemas menggunakan plastik yang berkapasitas 21 kg dan ditutup dengan cara
diikat. Sebelum dimasukkan ke truk untuk didistrbusikan, plastik yang sudah
terisi edamame diperiksa kembali untuk mendeteksi adanya “benda ikutan”. Truk
yang digunakan didalamnya terdapat pendingin dengan
suhu 4° - 11°C.
Selain itu produk edamame segar ini juga diberi chitosan. Chitosan merupakan pengawet
yang bisa memperpanjang umur simpan. Chitosan ini diproduksi sendiri oleh
Perusahaan Hortikultura “Kebunku”. Chitosan dapat melapisi bagian luar produk
dengan menggunakan kulit udang yang dilembutkan dengan teknologi nano sehingga
tidak mengubah kualitas dari produk itu sendiri. Produk edamame segar mempunyai
umur simpan selama 3 – 4 hari.
Edamame
dalam bentuk beku terdapat beberapa proses antara lain blanching, pendinginan, penirisan dan pembekuan. Blanching merupakan perlakuan panas sedang
tetapi bukanlah metode untuk pengawetan. Pada proses blanching
aktivitas enzim dan mikroba yang ada di edamame dapat dinonaktifkan sehingga
dapat tahan lebih lama. Tekstur edamame
akan berubah menjadi lebih lunak sehingga siap untuk dikonsumsi. Proses blanching terdapat 2 macam yaitu long blanching dan salt long lanching. Long blanching (LB)
merupakan proses blanching untuk rasa
original. Proses LB edamame hanya dilewatkan ke mesin blanching selama 2 menit 30 detik. Salt Long Blanching
(SLB) adalah proses blanching dengan
rasa asin. Edamame di blanching selama 20 menit
kemudian direndam dengan larutan garam selama 24 – 45 menit dan di blanching lagi. Pendinginan edamame
dilakukan melalui 2 tahap yaitu pendinginan I dan pendinginan II. Pendinginan I
dilakukan dengan memasukkan edamame ke dalam air distilasi dengan suhu 25˚ – 27°C selama 30 detik. Pendinginan II dilakukan dengan
memasukkan air distilasi pendinginan I ke mesin Chiller dengan suhu 5˚ – 12°C selama 2 menit. Proses pendinginan bertujuan untuk
membuat edamame tidak mengalami perubahan suhu. Setelah proses pendinginan
dilakukan penirisan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air pada edamame
menggunakan blower. Pembekuan edamame dilakukan dengan menggunakan mesin IQF (Individual
Quick Freezing). Mesin IQF
memiliki prinsip kerja membekukan edamame
dengan bantuan cairan pendingin dalam waktu yang singkat dan hasil dari
pembekuannya terpisah-pisah. Suhu yang digunakan dalam proses
pembekuan sekitar -30°C. Proses pembekuan berlangsung selama 6 – 8
menit. Edamame yang sudah dalam bentuk beku kemudian dikemas.
Kemasan
edamame beku biasanya dikemas dengan ukuran 500 gram per pack. Edamame dalam bentuk beku tersedia dalam
2 varian yaitu original dan
salted (asin). Hal ini sesuai dengan pendapat Fuad (2000) bahwa konsep produk berpegang
teguh pada anggapan konsumen akan menyenangi produk yang menawarkan mutu,
penampilan, maupun keistimewaan dibandingkan produk sejenis.
4.1.2. Harga
Perusahaan Hortikultura
“Kebunku” merupakan pihak yang sepenuhnya berhak dalam penentuan harga edamame
di pasar sehingga tidak memerlukan strategi khusus dalam penentuan harga. Hal
ini dikarenakan Perusahaan Hortikultura “Kebunku” adalah satu – satunya
perusahaan yang menghasilkan produk edamame di Jawa Tengah dan Yogyakarta
selain MitraTani 27. Harga (price)
merupakan penawaran yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang
atau jasa. Hal ini sesuai denga pendapat Fuad (2000) yang menyatakan
bahwa harga harus mendukung
beberapa biaya antara lain biaya operasi, administrasi dan riset serta biaya
pemasaran. Harga produk
edamame di Perusahaan Hortikultura “Kebunku” biasanya dipengaruhi oleh Mitra
Tani 27. Hal ini disebabkan karena
Perusahaan Hortikultura “Kebunku” menggunakan Mitra Tani 27 sebagai acuan dalam
penentuan harga. Strategi penentuan
harga sangat berpengaruh terhadap image
produk dan keputusan konsumen untuk membeli. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lupiyoadi (2001) yang menyatakan bahwa keputusan
penentuan harga penting dilakukan dalam menentukan penilaian terhadap jasa yang
diberikan dan berpengaruh dalam proses membangun citra. Perusahaan Hortikultura “Kebunku” harga produk edamame yang dipasarkan sekitar Rp 13.000,00 per kg. Harga tersebut berbeda dengan harga yang
dijual oleh pemasok seperti Giant mematok harga sebesar Rp 20.000,- per 500
gram.
4.1.3. Saluran Distribusi
Pemasarannya Perusahaan
Hortikultura “Kebunku” tidak memiliki
strategi khusus. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang memproduksi produk edamame
di Indonesia hanyalah Perusahaan Hortikultura “Kebunku”
terutama daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Perusahaan Hortikultura “Kebunku” tidak hanya berada di Ngablak tetapi juga terdapat
di Jember dan Wonosobo dengan skala yang lebih besar. Produk yang dihasilkan oleh
Perusahaan Hortikultura “Kebunku” dipasarkan ke beberapa wilayah diantaranya Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jakarta dan Bogor. Saluran distribusi yang dilakukan Perusahaan Hortikultura
“Kebunku” memiliki marjin pemasaran yang cukup kecil. Hal ini disebabkan karena
produk langsung disalurkan ke konsumen sehingga tidak ada pihak lain yang
menampung terlebih dahulu. Apabila nilai marjin pemasaran kecil maka efisiensi
pemasaran secara
ekonomis cukup baik. Saluran
distribusi (place) membentuk
tingkatan saluran untuk menentukan panjangnya saluran pemasaran. Saluran
distribusi dibagi menjadi 4 tingkat yaitu tingkat 0, 1, 2 dan 3. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kotler (2009) yang menyatakan bahwa saluran
pemasaran tingkat 0 dimulai dari produsen ke konsumen. Tingkat 0 tidak
mempunyai perantara sehingga tidak ada margin pemasaran. Saluran tingkat 1
mempunyai satu tingkat pedagang perantara seperti pengecer. Saluran tingkat 2 mempunyai
dua tingkat pedagang perantara melalui grosir ke pengecer. Saluran tingkat 3 mempunyai tiga tingkat pedagang perantara, seperti “jobbers” berada diantara grosir dan
pengecer. Pemasaran yang dilakukan belum banyak mendapat
kendala karena Perusahaan Hortikultura “Kebunku”
baru berjalan di Indonesia. Ada beberapa faktor yang memperngaruhi distribusi antara lain jenis saluran, perantara, lokasi outlet, transportasi, penyimpanan dan mengelola saluran. Dalam hal ini,
perlakuan
yang diterapkan dalam distribusi produk edamame adalah dengan menggunakan truk
yang didalamnya terdapat pendingin dengan suhu 4-11°C. Selain itu, produk edamame
diberi chitosan. Chitosan adalah pengawet yang terbuat dari kulit udang guna
memperpanjang umur simpan produk. Chitosan diproduksi sendiri oleh Perusahaan Hortikultura “Kebunku”.
Selain
itu penentuan lokasi yang tepat bagi perusahaan juga harus diperhatikan agar dapat beroperasi dengan efisien dan dapat mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fuad (2000) yang
menyatakan bahwa dalam
memilih lokasi, perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
biaya, kecepatan waktu, kemudahan sarana yang diperlukan.
4.1.4. Promosi
Promosi yang dilakukan oleh Perusahaan Hortikultura “Kebunku” tidak menggunakan strategi khusus. Saat produksi edamame di Perusahaan
Hortikultura “Kebunku” belum memiliki konsumen tetap, pihak perusahaan
melakukan promosi secara langsung ke konsumen. Perusahaan “Kebunku” mengundang
dari berbagai pihak supermarket seperti Superindo, Giant dan Carefour saat
panen untuk dijelaskan mengenai produk yang ingin dipasarkan. Promosi tersebut
dilakukan untuk mendapatkan konsumen tetap dari produk edamame dan
penerapan promosi secara langsung dapat memperkecil marjin pemasaran. Perusahaan
Hortikultura “Kebunku” saat ini telah memiliki konsumen tetap antara lain Superindo, Giant dan Carefour di
wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta karena strategi promosi yang tepat dan produk
edamame sangat diminati oleh konsumen. Kegiatan
promosi mempunyai tujuan tersendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Graffin
(2000) yang menyatakan bahwa kegiatan promosi dalam
upaya pemasaran dilakukan sebagai pemberi informasi dengan tujuan untuk
mendorong konsumen memulai pembelian produk atau jasa perusahaan pada harga
tertentu. Selain itu ada
pula faktor yang mempengaruhi kegiatan promosi. Kotler (2009) menyatakan bahwa
faktor
– faktor yang mempengaruhi promosi antara lain tenaga pelayanan. Jumlah
seleksi, pelatihan intensif, media iklan dan bauran promosi.
4.2. Analisis Usahatani Edamame
Analisis
Usahatani Edamame
di Perusahaan Hortikultura “Kebunku” tahun
2014. Skala usaha :
1 ha
Tabel 1. Analisis Usahatani Edamame di Perusahaan
Hortikultura “Kebunku” tahun
2014 (luas 1 ha).
No.
|
Uraian
|
Volume
|
Harga satuan (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
1.
|
Penerimaan
a. Produksi (kg)
b. Harga (Rp / kg)
Jumlah
|
8.000
|
13.000
|
104.000.000
|
2.
|
Biaya
Tetap (FC)
a. Prasarana
- Sewa tanah
- Saung dan gudang
b. Sarana
- Tanki Sprayer
- Drum plastik
- Ember plastik
- Garu
- Gembor
- Cangkul
- Sekop
- Peralatan lainnya
c. Overhead Proyek
- Manajemen proyek
- Administrasi proyek
- Ops taktis
Jumlah
|
1 ha
2 unit
4 buah
4 buah
8 buah
4 buah
4 buah
4 buah
4 buah
2 buah
1 unit
1 orang
1 ops
|
5.000.000
500.000
480.000
95.000
3.250
6.000
25.000
25.000
25.000
50.000
800.000
300.000
200.000
|
5.000.000
500.000
1.920.000
380.000
26.000
24.000
100.000
100.000
100.000
100.000
800.000
300.000
200.000
9.550.000
|
3.
|
Biaya
Variabel (VC)
a. Benih Edamame
b. Pestisida
- Furadan
- Complesal D
- Complesal B
- Multimikro
- Fertical
- ZPT
- Insektisida
- Fungisida
c. Pupuk
- ZA
- NPK
- KCL
- Pupuk kandang
- Nutrisi saputra (NS)
d. Tenaga Tidak Tetap
- Pembersihan lahan
- Pengolahan tanah
- Pembuatan bedengan
- Pemberian pupuk kandang
- Pemberian pupuk kimia dasar
- Perapihan bedengan
- Pengangkutan bibit
- Penanaman
- Penyulaman
- Perempelan
- Pemupukan susulan
- Penyemprotan pupuk daun dan ZPT
- Pengendalian hama dan penyakit
- Penyiraman
- Pemetikan
- Sortir dan pengemasan
- Transportasi
Jumlah
|
100 kg
30 kg
3 kg
3 kg
2 L
2 L
3 botol
10 L
10 kg
200 kg
100 kg
100 kg
8.000 kg
12 kg
16 HOK
32 HOK
78 HOK
24 HOK
24 HOK
12 HOK
12 HOK
84 HOK
12 HOK
84 HOK
48 HOK
4 HOK
48 HOK
30 HOK
28 HOK
224 HOK
7 unit
|
60.000
17.000
18.000
18.000
23.000
27.500
16.000
45.000
45.000
1.500
1.700
2.400
1.000
100.000
25.000
25.000
25.000
20.000
20.000
25.000
25.000
20.000
20.000
20.000
20.000
25.000
25.000
20.000
25.000
20.000
400.000
|
6.000.000
510.000
54.000
54.000
46.000
55.000
48.000
450.000
450.000
300.000
170.000
240.000
8.000.000
1.200.000
400.000
800.000
1.950.000
480.000
480.000
300.000
300.000
1.680.000
240.000
1.680.000
960.000
100.000
1.200.000
600.000
700.000
4.480.000
2.800.000
36.727.000
|
4.
|
Total
Biaya Produksi (TC)
|
|
|
46.277.000
|
5.
|
Pendapatan
(Rp)
|
|
|
57.723.000
|
6.
|
Break Event Point (BEP)
a. BEP Unit (kg)
b. BEP Harga
|
|
|
1.135
5.784
|
7.
|
Profitabilitas
|
|
|
45%
|
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan, dapat diperoleh hasil penerimaan sebesar Rp 104.000.000, total biaya produksi
sebesar Rp 46.727.000
dan pendapatan sebesar Rp 57.723.000. Hasil analisis Usahatani Edamame
diperoleh BEP unit sebesar 1.135 kg. Hal tersebut berarti modal akan kembali
jika produksi Edamame dapat mencapai produksi yang ditargetkan sebesar 1.135
kg. Pengamatan di Perusahaan Hortikultura “Kebunku”
menunjukkan
produksi sebesar 8.000 kg, sehingga usahatani Edamame layak diusahakan karena
produksi lebih besar dari BEP Unit. BEP harga pada usahatani edamame sebesar Rp
5.784,- artinya modal akan kembali jika produksi Edamame dapat dijual dengan
harga jual sebesar Rp 5.784,- . Harga satuan edamame sebesar Rp 13.000,- sehingga lebih besar dari BEP Harga sebesar Rp 5.784,- maka usaha Edamame
layak diusahakan. Profitabilitas produk edamame sebesar 45% dari produksi
edamame. Keuntungan yang
didapat sebesar Rp 11.446.000,-. Margin pemasaran sebesar Rp 7.000,- dan
efisiensi pemasaran sebesar 0,00061. Jumlah efisiensi pemasaran menunjukan jumlah
yang efisien karena kurang dari 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Downey
dan Erickson (1992) yang mengatakan bahwa efisiensi pemasaran produk
pertanian dikatakan efisien bila kurang dari 1 dan tidak efisien bila lebih
dari 1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan
memiliki pemasaran yang berbeda. Tujuan perusahaan dapat tercapai jika perusahaan
memilki strategi pemasaran yang baik. Strategi pemasaran atau bauran pemasaran
terdiri dari 4 konsep yaitu produk, harga, saluran distribusi dan promosi.
Produk edamame dipasarkan dalam bentuk beku dan segar. Penentuan harga produk
edamame tidak memiliki strategi khusus karena satu-satunya produsen yang
memproduksi edamame. Pemasaran
produk edamame dilakukan secara langsung ke konsumen. Promosi yang dilakukan
pada perusahaan adalah promosi langsung.
Sebaiknya lebih dicermati kembali saat proses pengumpulan data karena
berpengaruh pada data yang dibuat. Data yang dibuat harus cepat, tepat dan
akurat.