Jumat, 23 Mei 2014

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERTANIAN ORGANIK (2)


LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PERTANIAN ORGANIK




Disusun oleh:
Kelompok VIIIB


                               Regandhi Islam A. R     23040113140073
                               Djuwita Rahmawati      23040113140074
                               Khotimatul Barki          23040113140078
                               Siti Nur Azizah              23040113190082
                               Felicia Esterlita              23040113190083







  

JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Pertanian organik merupakan suatu teknologi yang  pada  penerapannya harus menyesuaikan  dengan lingkungan agar ekosistem tetap berjalan seperti apa adanya secara alami tanpa harus memutuskan salah satu mata rantai makhluk hidup. Salah satu penerapan pertanian organik adalah penggunaan pupuk organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanamanhewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jeramibrangkasan, tongkol jagung, ampas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternaklimbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).

Tujuan dari praktikum Pembuatan Pupuk Organik adalah untuk mengetahui proses pembuatan pupuk organik. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui dan menerapkan cara serta tahapan dalam proses pembuatan pupuk organik.

BAB III
MATERI DAN METODE
        Praktikum Pertanian Organik dengan materi Pembuatan Kompos dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 dan 9 Mei 2014, pukul 16.00 WIB di Green House, praktikum pH kompos dilaksanakan pada 24 Juni 014 di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.      Materi
Praktikum Pertanian Organik dengan materi pembuatan kompos menggunakan alat-alat seperti cangkul untuk membuat lubang, sekop untuk menaruh fases, ember sebagai tempat pembuatan kompos, tali untuk mengikat penutup media pembuatan kompos, label untuk menandai media pembuatan kompos, alat tulis untuk mencatat hasil praktikum, dan plastik untuk menutup kompos. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan kompos yaitu daun kering, feses ternak kering, abu, stardec, dan air.

3.2.      Metode
3.2.1.   Pemupukan kompos
Metode yang digunakan dalam acara pemupukan kompos yaitu mengumpulkan daun kering dan mengambil kotoran hewan yang sudah kering dari kandang, kemudian menggali lubang sedalam 20 cm. Memasukkan daun kering kedalam lubang kira-kira setinggi 5 cm, memasukkan kotoran hewan di atas daun kering, memasukkan abu gosok di atas kotoran hewan. Mengulangi memasukkan daun kering diatas lapisan abu gosok, tanah dan abu gosok, dan diaduk. Menutup dengan plastik dan menutup permukannya dengan tanah. Perlakuan kedua menggunakan media ember dengan perlakuan yang sama. Mengamati perubahan yang terjadi terhadap kompos setiap 2 minggu sekali.
3.2.2.   Mengukur pH kompos

Metode yang digunakan dalam acara Penentuan pH kompos dalam tanah yaitu dengan membentuk bulatan dan memasukan kertas lakmus kedalam bulatan tersebut. Mendiamkannya selama beberapa menit. Mengambil kertas lakmus tersebut dan mencocokannya dengan kertas pH. Sedangkan untuk menentukan pH kompos dalam ember yaitu dengan mengubur kertas lakmus di dalam kompos, kemudian mendiamkannya selama beberapa menit. Mengangkatnya dan mencocokannya dengan pengukur pH.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Uji Organoleptik
                                   
Sumber: Data Primer Praktikum
               Pertanian Organiak, 2014.
Sumber: Data Primer Praktikum
               Pertanian Organiak, 2014.
Ilustrasi 2. Kompos dalam Tanah dan Ember
            Berdasaran hasil praktikum, kompos yang dihasilkan dalam tanah dan ember mempunyai tekstur akhir yang sama yaitu sangat gembur, berwarna hitam, tidak berbau dan memiliki pH yaitu masing-masing 6 dan 7. Faktor yang mempengaruhi pengomposan ini antara lain ukuran dan jenis sumber bahan organik, keseimbangan nutrisi ( Rasio C : N ), suhu, kelembaban, sirkulasi udara, dan bioaktivator.





4.1.1.   Tekstur
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap tekstur kompos didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Tesktur Kompos
No
Perlakuan
Tekstur kompos pada umur (minggu)

2
4
6
8
1
Di dalam ember
Kasar
agak kasar
Gembur
sangat gembur
2
Di dalam tanah
Kasar
agak kasar
Gembur
sangat gembur
Sumber: Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Hasil pengamatan pada praktikum kompos pada dua minggu pertama didapatkan tekstur kompos bertekstur kasar, karena masih berupa dedaunan yang belum terdekomposisi secara sempurna. Minggu keempat kompos sedikit kasar, dedaunan sudah hampir terdekomposisi semuanya. Minggu keenam kompos telah gembur, hal ini menandakan kompos sudah hampir jadi. Kompos pada minggu kedelapan telah bertekstur sangat gembur menandakan kompos telah terdekomposisi semuanya dan telah menjadi pupuk kompos. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyono (2011) bahwa tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar. Pupuk organik yang matang biasanya terlihat seperti humus dengan testur yang stabil, remah, tidak berbau busuk, dan berwarna gelap. Murbandono (2000) menambahkan bahwa kompos dikatakan sudah matang apabila bahan berwarna coklat kehitam-hitaman dan tidak berbau busuk, berstruktur remah dan gembur (bahan menjadi rapuh dan lapuk, menyusut dan tidak menggumpal), mempunyai kandungan C/N rasio rendah, dan tidak berbau.
4.1.2.   Warna
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap warna kompos didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Pengamatan Warna Kompos
No
Perlakuan
Warna  kompos pada umur (minggu)

2
4
6
8
1
Di dalam ember
Coklat
Coklat Kehitaman
Hitam Sedikit Coklat
Hitam
2
Di dalam tanah
Coklat
Coklat Kehitaman
Hitam Sedikit Coklat
Hitam
Sumber: Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
            Hasil pengamatan dengan organoleptik didapatkan pada minggu ke dua warna kompos coklat, warna coklat dari daun-daun kering yang belum terdekomposisi. Minggu ke-empat kompos sudah banyak berubah menjadi lebih gelap, yaitu coklat kehitaman. Hingga pada minggu ke-delapan saat kompos telah matang, yaitu berwarna hitam namun tidak hitam pekat. Hal ini sesuai dengan pendapat Murbandono (2000)  bahwa kompos dikatakan sudah matang apabila bahan berwarna coklat kehitam-hitaman. Kompos yang matang ditandai dengan warna yang seperti tanah dan tidak bau, pada  dasarnya pengomposan adalah dekomposisi dengan menggunakan  aktivitas mikroba, oleh karena itu kecepatan dekomposisi dan kualitas kompos tergantung pada keadaan dan jenis mikroba yang aktif selama proses pengomposan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hermawan (2011) bahwa penguraian secara alami  memerlukan waktu yang cukup lama sampai terbentuknya kompos. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengubah sampah organik menjadi kompos, salah satunya adalah menggunakan bioaktivator.
4.1.3.   Bau
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap bau kompos didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Pengamatan Bau Kompos
No
Perlakuan
Warna  kompos pada umur (minggu)

2
4
6
8
  1
Di dalam ember
Bau Dedaunan
Segar
Segar
Segar seperti tanah
  2
Di dalam tanah
Bau Dedaunan
Segar
Segar
Segar seperti tanah
Sumber: Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Hasil praktikum dengan uji organoletik bau pada kompos didapatkan pada minggu ke 2, kompos masih berbau dedaunan karena proses dekomposisi belum sepenuhnya terjadi. Minggu ke-empat hingga minggu ke-delapan, bau kompos di dalam tanah segar, tidak berbau busuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Murbandono (2006) bahwa kompos dikatakan sudah matang apabila bahan berwarna coklat kehitam-hitaman dan tidak berbau busuk berstruktur remah dan gembur. Simamora (2006) menambahkan bahwa Kompos dikatakan bagus dan siap digunakan dapat dikenali dengan memperhatikan bentuk fisiknya, jika diraba, suhu tumpukan bahan yang dikomposkan sudah dingin, mendekati suhu ruang, tidak mengeluarkan bau busuk, bentuk fisiknya sudah menyerupai tanah yang berwarna hitam.




4.2.      pH
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pH kompos didapatkan hasil sebagai beikut:
Tabel 9. pH Kompos
Perlakuan
pH
Kompos pada ember
6
Kompos pada tanah
7
Sumber: Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
            Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan pH pada perlakuan menggunakan ember adalah 6 sedangkan pH menggunakan media tanah adalah 7. Kompos yang dibuat dalam ember bersifat asam dan kompos yang dibuat dalam tanah bersifat netral, namun keduanya dapat dikatakan kompos yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Simamora (2006) bahwa kompos yang sudah matang akan memiliki ciri yakni, tingkat keasaman (pH) kompos antara 6,5 – 7,5, memiliki rasio C/N sebesar 10 – 20, kapasitas tukar kation (KTK) tinggi, mencapai 110 mek/100 gram, daya absorbsi (penyerapan) air tinggi. pH sifat asam karena dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme yang ada didalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Djuarnani (2005) yang menyatakan bahwa mikroorganisme dari jenis lain akan mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati normal.



BAB V

 
SIMPULAN
5.1.     Kesimpulan
          Pembuatan kompos dilakukan selama delapan minggu dengan perlakuan anaerob. Pembuatan kompos yang baik akan menghasilkan kompos bertekstur gembur, berwarna hitam namun tidak pekat, dan berbau segar. Serta keberadaan organisme yang tidak terlalu banyak. Kompos yang telah jadi ini menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman dan memiliki daya ikat terhadap air. Kompos yang telah jadi atau matang dapat langsung digunakan untuk memupuk tanaman. Faktor yang mempengaruhi pengemposan antara lain kandungan oksigen dalam tanah, jumlah mikroorganisme dalam tanah, dan faktor mekanik seperti membulak balik kompos, dan lain-lain.
5.2.     Saran
           Praktikum pembuatan kompos telah dilaksanakan dengan baik dan lancar. Namun lebih baik apabila setiap anggota sering melakukan komunikasi untuk mengecek kompos setiap dua minggu. Meskipun begitu, setiap anggota kelompok telah melakukan tugasnya dengan baik. Semoga pelaksanaan praktikum kedepannya dapat berjalan dengan lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar