|
PRAKTIKUM PERTANIAN
ORGANIK
Disusun
oleh:
Kelompok
VIIIB
Regandhi Islam A.
R 23040113140073
Djuwita Rahmawati 23040113140074
Khotimatul Barki 23040113140078
Siti Nur Azizah 23040113190082
Felicia
Esterlita 23040113190083
JURUSAN
PERTANIAN
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
Pertanian organik merupakan suatu teknologi
yang pada penerapannya harus menyesuaikan dengan lingkungan
agar ekosistem tetap berjalan seperti apa adanya secara alami tanpa harus
memutuskan salah satu mata rantai makhluk hidup. Salah satu penerapan pertanian
organik adalah penggunaan pupuk organik.
Pupuk organik adalah
pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar
haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang,
sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, ampas tebu, dan sabut
kelapa), limbah
ternak, limbah
industri yang menggunakan bahan pertanian,
dan limbah kota (sampah).
Tujuan dari
praktikum Pembuatan
Pupuk Organik
adalah untuk mengetahui proses pembuatan pupuk organik. Manfaat dari praktikum
ini adalah praktikan dapat mengetahui dan menerapkan cara serta tahapan dalam proses pembuatan
pupuk
organik.
BAB
III
MATERI
DAN METODE
Praktikum Pertanian Organik dengan materi Pembuatan Kompos dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 5 dan 9 Mei 2014, pukul 16.00 WIB di Green House, praktikum pH kompos dilaksanakan
pada 24 Juni 014 di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman,
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Praktikum Pertanian Organik dengan materi pembuatan
kompos menggunakan alat-alat seperti cangkul untuk membuat lubang, sekop untuk
menaruh fases, ember sebagai tempat pembuatan kompos, tali untuk mengikat penutup media pembuatan kompos,
label untuk menandai
media pembuatan kompos,
alat
tulis untuk mencatat
hasil praktikum, dan plastik untuk menutup kompos. Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum pembuatan kompos yaitu daun kering, feses ternak kering, abu, stardec, dan air.
3.2. Metode
3.2.1. Pemupukan kompos
Metode yang digunakan
dalam acara pemupukan kompos yaitu mengumpulkan daun kering dan mengambil
kotoran hewan yang sudah kering dari kandang, kemudian menggali lubang sedalam
20 cm.
Memasukkan daun kering kedalam
lubang kira-kira setinggi 5 cm, memasukkan kotoran hewan di atas daun kering,
memasukkan abu gosok di atas kotoran hewan. Mengulangi memasukkan daun kering diatas lapisan abu
gosok, tanah dan abu gosok, dan diaduk. Menutup dengan plastik dan menutup permukannya dengan tanah. Perlakuan
kedua menggunakan media ember dengan perlakuan yang sama. Mengamati perubahan
yang terjadi terhadap kompos setiap 2 minggu sekali.
3.2.2. Mengukur pH kompos
Metode yang digunakan
dalam acara Penentuan pH kompos dalam tanah yaitu dengan membentuk
bulatan dan memasukan kertas lakmus kedalam bulatan tersebut. Mendiamkannya
selama beberapa menit. Mengambil kertas lakmus tersebut dan mencocokannya
dengan kertas pH. Sedangkan untuk menentukan pH kompos dalam ember yaitu dengan
mengubur kertas lakmus di dalam kompos, kemudian mendiamkannya selama beberapa
menit. Mengangkatnya dan mencocokannya dengan pengukur pH.

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Organoleptik
![]() |
![]() |
Sumber:
Data Primer Praktikum
Pertanian
Organiak, 2014.
|
Sumber:
Data Primer Praktikum
Pertanian
Organiak, 2014.
|
Ilustrasi 2. Kompos dalam
Tanah dan Ember
Berdasaran hasil praktikum, kompos yang dihasilkan
dalam tanah dan ember mempunyai tekstur akhir yang sama yaitu sangat gembur,
berwarna hitam, tidak berbau dan memiliki pH yaitu masing-masing 6 dan 7.
Faktor yang mempengaruhi pengomposan ini antara lain ukuran dan
jenis sumber bahan organik, keseimbangan nutrisi ( Rasio C : N ), suhu,
kelembaban, sirkulasi udara, dan bioaktivator.
4.1.1. Tekstur
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap tekstur kompos didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Tesktur Kompos
No
|
Perlakuan
|
Tekstur
kompos pada umur (minggu)
|
|||
|
2
|
4
|
6
|
8
|
|
1
|
Di
dalam ember
|
Kasar
|
agak
kasar
|
Gembur
|
sangat gembur
|
2
|
Di
dalam tanah
|
Kasar
|
agak
kasar
|
Gembur
|
sangat gembur
|
Sumber:
Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Hasil
pengamatan pada praktikum kompos pada dua minggu pertama didapatkan tekstur
kompos bertekstur kasar, karena masih berupa dedaunan yang belum terdekomposisi secara sempurna. Minggu
keempat kompos sedikit kasar, dedaunan sudah hampir terdekomposisi semuanya.
Minggu keenam kompos telah gembur, hal ini menandakan kompos sudah hampir jadi.
Kompos pada minggu kedelapan telah bertekstur sangat gembur menandakan kompos telah
terdekomposisi semuanya dan telah menjadi pupuk kompos. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wahyono (2011) bahwa tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia
daripada tanah bertekstur kasar. Pupuk organik
yang matang biasanya terlihat seperti humus dengan testur yang stabil, remah,
tidak berbau busuk, dan berwarna gelap. Murbandono
(2000)
menambahkan bahwa kompos
dikatakan sudah matang apabila bahan berwarna coklat kehitam-hitaman dan tidak
berbau busuk, berstruktur remah dan gembur (bahan menjadi rapuh dan lapuk,
menyusut dan tidak menggumpal), mempunyai kandungan C/N rasio rendah, dan tidak berbau.
4.1.2. Warna
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap warna kompos
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Pengamatan Warna Kompos
No
|
Perlakuan
|
Warna kompos pada umur (minggu)
|
|||
|
2
|
4
|
6
|
8
|
|
1
|
Di
dalam ember
|
Coklat
|
Coklat Kehitaman
|
Hitam Sedikit Coklat
|
Hitam
|
2
|
Di
dalam tanah
|
Coklat
|
Coklat Kehitaman
|
Hitam Sedikit Coklat
|
Hitam
|
Sumber:
Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Hasil pengamatan dengan organoleptik
didapatkan pada minggu ke dua warna kompos coklat, warna coklat dari daun-daun
kering yang belum terdekomposisi. Minggu ke-empat kompos sudah banyak berubah
menjadi lebih gelap, yaitu coklat kehitaman. Hingga pada minggu ke-delapan saat
kompos telah matang, yaitu berwarna hitam namun tidak hitam pekat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Murbandono (2000) bahwa kompos
dikatakan sudah matang apabila bahan berwarna coklat kehitam-hitaman. Kompos yang matang ditandai dengan warna yang
seperti tanah dan tidak bau, pada
dasarnya pengomposan adalah dekomposisi dengan menggunakan aktivitas mikroba, oleh karena itu kecepatan
dekomposisi dan kualitas kompos tergantung pada keadaan dan jenis mikroba yang
aktif selama proses pengomposan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hermawan (2011)
bahwa penguraian secara alami memerlukan
waktu yang cukup lama sampai terbentuknya kompos. Ada beberapa cara yang bisa
kita lakukan untuk mengubah sampah organik menjadi kompos, salah satunya adalah
menggunakan bioaktivator.
4.1.3. Bau
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan terhadap bau kompos didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Pengamatan Bau Kompos
No
|
Perlakuan
|
Warna kompos pada umur (minggu)
|
|||
|
2
|
4
|
6
|
8
|
|
1
|
Di
dalam ember
|
Bau Dedaunan
|
Segar
|
Segar
|
Segar seperti tanah
|
2
|
Di
dalam tanah
|
Bau Dedaunan
|
Segar
|
Segar
|
Segar seperti tanah
|
Sumber:
Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Hasil praktikum dengan uji organoletik bau pada kompos
didapatkan pada minggu ke 2, kompos masih berbau dedaunan karena proses
dekomposisi belum sepenuhnya terjadi. Minggu ke-empat hingga minggu ke-delapan,
bau kompos di dalam tanah segar, tidak berbau busuk. Hal ini
sesuai dengan pendapat Murbandono (2006) bahwa kompos dikatakan sudah matang apabila bahan berwarna
coklat kehitam-hitaman dan tidak berbau busuk berstruktur remah dan gembur. Simamora (2006)
menambahkan bahwa
Kompos dikatakan bagus dan siap digunakan dapat dikenali dengan
memperhatikan bentuk fisiknya, jika diraba, suhu tumpukan bahan yang
dikomposkan sudah dingin, mendekati suhu ruang, tidak mengeluarkan bau busuk,
bentuk fisiknya sudah menyerupai tanah yang berwarna hitam.
4.2. pH
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap
pH kompos didapatkan hasil sebagai beikut:
Tabel 9. pH Kompos
Perlakuan
|
pH
|
Kompos
pada ember
|
6
|
Kompos
pada tanah
|
7
|
Sumber:
Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Berdasarkan
hasil praktikum yang didapatkan pH pada perlakuan menggunakan ember adalah 6
sedangkan pH menggunakan media tanah adalah 7. Kompos yang dibuat dalam ember bersifat
asam dan kompos yang dibuat dalam tanah bersifat netral, namun keduanya dapat
dikatakan kompos yang baik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Simamora
(2006) bahwa kompos yang sudah matang akan memiliki ciri yakni, tingkat
keasaman (pH) kompos antara 6,5 – 7,5, memiliki rasio C/N sebesar 10 – 20,
kapasitas tukar kation (KTK) tinggi, mencapai 110 mek/100 gram, daya absorbsi
(penyerapan) air tinggi. pH sifat asam karena dipengaruhi oleh aktivitas
mikroorganisme yang ada didalamnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Djuarnani (2005)
yang menyatakan bahwa mikroorganisme dari jenis lain akan mengkonversikan asam
organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang
tinggi dan mendekati normal.
BAB V
|
SIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Pembuatan kompos dilakukan selama
delapan minggu dengan perlakuan anaerob. Pembuatan kompos yang baik akan
menghasilkan kompos bertekstur gembur, berwarna hitam namun tidak pekat, dan
berbau segar. Serta keberadaan organisme yang tidak terlalu banyak. Kompos yang
telah jadi ini menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman dan memiliki daya ikat
terhadap air. Kompos yang telah jadi atau matang dapat langsung digunakan untuk
memupuk tanaman. Faktor yang mempengaruhi pengemposan antara lain
kandungan oksigen dalam tanah, jumlah mikroorganisme dalam tanah, dan faktor
mekanik seperti membulak balik kompos, dan lain-lain.
5.2. Saran
Praktikum
pembuatan kompos telah dilaksanakan dengan baik dan lancar. Namun lebih baik
apabila setiap anggota sering melakukan komunikasi untuk mengecek kompos setiap
dua minggu. Meskipun begitu, setiap anggota kelompok telah melakukan tugasnya
dengan baik. Semoga pelaksanaan praktikum kedepannya dapat berjalan dengan
lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar