Kamis, 22 Mei 2014

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERTANIAN ORGANIK


LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PERTANIAN ORGANIK




Disusun oleh:
Kelompok VIIIB


                               Regandhi Islam A. R     23040113140073
                               Djuwita Rahmawati      23040113140074
                               Khotimatul Barki          23040113140078
                               Siti Nur Azizah              23040113190082
                               Felicia Esterlita              23040113190083











JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Pertanian organik sudah tidak asing bagi sebagian besar masyarakat pertanian di Indonesia saat ini. Pertanian organik memiliki pasar tersendiri bagi para konsumen. Penerapan pertanian secara organik yang menawarkan bebas bahan kimia dan pestisida membuat konsumen yang sadar akan kesehatan akan beralih ke bahan-bahan yang berasal dari pertanian organik. Hal ini yang menjadikan pertanian secara organik menarik untuk dipelajari dan dikembangkan sehingga banyak petani dan pengembang pada sektor agribisnis menerapkan pertanian ini.
Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu dengan cara mengotimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem, keragaman hayati, siklus biologi, dan aktifitas biologi secara alami sehingga menghasilkan pangan dengan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Sistem pertanian menggunakan bahan secara alami atau menghindari penggunaan pestisida, pupuk kimia atau zat/ hormon kimia.

Tujuan dari praktikum penanaman organik adalah untuk mengetahui cara-cara dan proses penanaman serta pertumbuhan tanaman secara organik. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui dan menerapkan cara serta tahapan dalam proses penanaman tanaman organik.


 
        BAB III
MATERI DAN METODE
        Praktikum Pertanian Organik dengan materi Penanaman Organik dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 April – 24 Juni 2014, pukul 16.00 WIB di Green House. Praktikum pengukuran kadar air dan kandungan  klorofil tanaman dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 Juni 2014 di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.      Materi
Praktikum pertanian organik dengan materi penanaman organik memerlukan alat-alat seperti cangkul untuk mengambil tanah, sekop untuk mengambil tanah dan kompos, timbangan analitik untuk menimbang kompos, polibag sebagai tempat media tanam, penggaris untuk mengukur pertumbuhan, oven untuk memanaskan contoh tanaman hingga tidak mengandung air, amplop untuk tempat tanaman yang akan dioven, alat chlorophyl meter untuk mengukur kandungan klorofil daun, serta alat tulis mencatat hasil pengamatan. Bahan yang digunakan yaitu, tanah, pupuk kompos, air, serta biji kacang panjang.

3.2.      Metode
3.2.1.   Penanaman kacang panjang
Metode yang digunakan pertanian organik dengan materi penanaman organik yaitu dengan menyiapkan 3 polibag untuk perlakuan I yaitu dengan mengisinya dengan tanah saja, 3 polibag untuk perlakuan II yaitu mengisi dengan tanah dan 200 gr pupuk kompos, 3 polibag untuk perlakuan III yaitu mengisi dengan tanah dan 700 gr pupuk kompos. Mengambil tanah dan mengisinya pada polibag. Menimbang kompos dan meletakannya pada polibag pada perlakuan I dan II. Meletakan tanah kembali di atas kompos pada perlakuan I dan II. Masing-masing polibag, 3 biji kacang panjang ditanamkan lalu menyiramnya dengan air secukupnya. Menyiram polibag serta setiap seminggu sekali mengukur tinggi tanaman dan jumlah daun setiap 2 hari sekali. Mengambil 1 tanaman untuk mengamati berat basah, kering, serta kandungan klorofilnya setiap 30 hari sekali.
3.2.2.   Pengukuran kadar air

Metode yang digunakan untuk mengukur kadar air tanaman kacang panjang yaitu dengan memanen tanaman kacang panjang di green house, menyiapkan amplop dan melubanginya. Menimbang amplop dengan timbangan analitik. Menimbang tanaman hasil panen dan memasukan tanaman tersebut ke dalam amplop namun sebelumnya tanaman tersebut dipotong kecil-kecil. Memasukkan amplop yang berisi tanaman kacang panjang ke dalam oven dan mengovennya pada suhu 105oC selama 24 jam. Mengangkat amplop dan menimbangnya dengan timbangan analitik. Menghitung kadar airnya dengan menggunakan rumus.
3.2.3.   Pengukuran kandungan klorofil
Metode yang digunakan untuk mengukur kandungan klorofil tanaman kacang panjang yaitu menyiapkan daun tanaman yang akan diuji kandungan klorofil. Mengukur dengan menggunakan alat Minolta chlorophyll meter. Memasukkan bagian tengah daun pada alat tersebut lalu ditekan. Mencatat hasil atau angka skala warna daun yang tampak pada alat tersebut..


 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Pertumbuhan
4.1.1.   Tinggi tanaman
Berdasarkan hasil praktikum pertumbuhan tinggi tanaman kacang panjang didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Umur (minggu)
Rata- rata tinggi tanaman (cm)
Tanpa pupuk
Pupuk 200 g
Pupuk 700g
1
20,67
22
21
2
33,77
32,76
35,84
3
39,6
75,6
67,5
4
60,87
67,5
84,27
5
70,67
90,33
91,67
6
82,33
104,33
107
Sumber: Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
                              
Sumber: Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.

Ilustrasi 1. Tanaman Kacang Panjang


Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman kacang panjang didapatkan bahwa pada awal tanam hingga umur 1 sampai 2 minggu pertumbuhan mengalami pertumbuhan yang lamban. Pada umur 3 sampai 6 minggu, tanaman mengalami pertumbuhan yang cepat. Pertumbuhan tanaman kacang panjang pada tanah dengan pupuk 700 g lebih cepat daripada tanaman kacang panjang yang ditanam di tanah tanpa pupuk. Pertumbuhan tanaman kacang panjang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah air. Hal ini sesuai dengan pendapat Samadi (2003) bahwa faktor terpenting yang berperan dalam pertumbuhan kacang panjang adalah kadar air. Pertumbuhan tanaman kacang panjang dapat diamati dalam waktu tertentu. Untuk mengamati pertumbuhan tinggi tanaman kacang panjang biasanya tanaman diukur dari ujung batang sampai ujung daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendriyani (2009) bahwa tinggi tanaman dapat  diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun (pucuk) dan biasanya dilakukan setelah pemanenan.
4.1.2.   Jumlah daun
Berdasarkan hasil praktikum pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang panjang didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Pertumbuhan Jumlah Daun
Umur (minggu)
Rata- rata jumlah daun (helai)
Tanpa pupuk
Pupuk 200 g
Pupuk 700g
1
5,3
5,7
5,3
2
6,7
5,8
7,3
3
9,3
7
10,3
4
11
10
11
5
15,6
15,7
13,3
6
18,6
16,6
16,6
Sumber: Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah daun kacang panjang didapatkan bahwa pertumbuahn jumlah daun tanaman kacang panjang setiap minggunya mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2002) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diantaranya adalah auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, dan etilen. Sedangkan faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain air, cahaya, suhu, dan kelembaban. Sutopo (2004) menambahkan bahwa hormon tumbuh seperti auksin, giberelin dan sitokinin dapat memacu pertumbuhan tanaman.

4.1.3.   Jumlah tanaman
Berdasarkan hasil praktikum pertumbuhan jumlah tanaman kacang panjang didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Pertumbuhan Jumlah Tanaman
Umur (minggu)
Rata- rata jumlah tanaman
Tanpa pupuk
Pupuk 200 g
Pupuk 700g
1
2,6
3
2,6
2
2,6
2
2,3
3
2,6
2,3
2,6
4
2,6
2,6
2,6
5
2,3
2,3
2,3
6
2,3
2
2,3
Sumber: Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman kacang panjang didapatkan bahwa dari minggu ke minggu kacang panjang mengalami pertambahan panjang dan jumlah tanmaman yang disebabkan oleh pembelahan sel. Pembelahan sel disebabkan oleh hormon yang dapat mempercepat pembelahan sel, yaitu hormon giberelin. Giberelin mempersempit waktu (interfase dalam proses pembelahan sel) atau waktu istirahat setelah membelah. Jadi sel akan membelah terus menerus tanpa istirahat. Hal ini sesuai dengan pendapat Istamar (2008) yang menyatakan bahwa pertumbuhan (penambahan jumlah sel) terjadi karena adanya pembelahan sel. Pada pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar (lingkungan).  Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury et al., (2002) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan terbagi menjadi dua yaitu faktor biotik terdiri dari hama, penyakit, gulma, mikroorganisme tanah dan faktor abiotik meliputi curah matahari, kelembaban udara, curah hujan, dan kesuburan tanah. 

4.2.      Produksi Bahan Segar dan Bahan Kering
Berdasarkan hasil praktikum Produksi Bahan Segar dan Bahan Kering didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Produksi Bahan Segar dan Bahan Kering
Perlakuan
Sampel tanaman
Amplop (gr)
Berat Segar (gr)
Berat setelah oven (gr)
Kadar Air (%)
Tanpa pupuk
A1
5,5
12,5
8
20
A2
5,5
31,5
9,5
12,7
Pemberian pupuk 200 g
B1
5,5
13
7,5
15,4
B2
5,5
13
7,5
15,4
Pemberian pupuk 700 g
C1
5,5
14,5
8
17,2
C2
6
21
7,5
7,1
Sumber: Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum produksi bahan segar dan bahan kering kacang panjang didapatkan bahwa setelah dioven selama 24 jam terlihat perubahan pada berat sampel. Tanaman kacang panjang dengan perlakuan P3 memperlihatkan pertumbuhan yang cenderung lebih bagus daripada tanaman dengan perlakuan P1 dan P2 Tanaman dengan perlakuan P1 mempunyai tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat basah dan berat kering yang cenderung lebih besar dari tanaman P2 dan P3. Perbandingan antara P2 dan P3 menunjukkan bahwa tanaman P2 mempunyai tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat basah dan berat kering yang cenderung lebih besar daripada tanaman P3. Hasil ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman kacang panjang paling optimal adalah ada tanaman dengan perlakuan P3. Perananan kadar air tanaman sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap viabilitas dan kenampakan umum dari tanaman tersebut. Proses pengeringan dipengaruhi beberapa faktor yaitu sifat fisik dan kimia dari produk, sifat-sifat fisik dari lingkungan alat pengering (suhu, kelembaban, dan kecepatan udara) dan karakteristik alat pengering (Efisiensi pemindahan panas). Hal ini sesuai dengan pendapat Wirakartakusumah et al. (1992) yang menyatakan bahwa proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan pengeringan yang tidak merata yaitu bagian luar kering sedangkan bagian dalam masih banyak mengandung air. Kekurangan air didalam sel tanaman yang dapat menyebabkan berbagai kerusakan pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Haryati (2003) yang menyatakan bahwa jika tumbuhan terjadi peristiwa kekurangan air hal ini akan menyebabkan kecepatan absorbsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi tanaman.
4.3.      Kandungan klorofil
Berdasarkan hasil praktikum kandungan klorofil didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Kandungan Klorofil
Umur (minggu)
Rata- rata Kandungan Klorofil
Tanpa pupuk
(P1)
Pupuk 200g
(P2)
Pupuk 700 g
(P3)
4
25,7
19,4
23,2
6
20,8
24,8
30,53
Sumber: Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum kandungan klorofil  pada kacang panjang didapatkan bahwa pada perlakuan P3 kandungan klorofil cenderung lebih banyak daripada perlakuan P1 dan P2. Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. Klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury et al. (2002) bahwa proses fotosintesis membutuhkan klorofil, maka klorofil umumnya disintesis pada daun untuk menangkap cahaya matahari yang jumlahnya berbeda pada tiap spesies tergantung dari faktor lingkungan dan genetiknya. Faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Hal ini sesuai dengan pendapat Hendriyani (2009) bahwa Unsur N merupakan unsur hara makro dan digunakan tanaman sebagai penyusun klorofil.

BAB V
SIMPULAN
5.1.      Kesimpulan
              Berdasakan praktikum mengenai Penanaman tanaman organik, dapat disimpulkan bahwa tanaman dengan perlakuan P3 yaitu tanah dengan pupuk 700 g lebih cepat pertumbuhannya daripada perlakuan P1 dan P2. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan terbagi menjadi dua yaitu faktor biotik terdiri dari hama, penyakit, gulma, mikroorganisme tanah dan faktor abiotik meliputi curah matahari, kelembaban udara, curah hujan, dan kesuburan tanah. Kadar klorofil dan kadar air pada perlakuan P3 lebih tinggi daripada tanaman perlakuan P1 dan P2. Faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Pupuk organik sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
5.2.      Saran
Berdasarkan praktikum penanaman tanaman kacang panjang sebaiknya memahami prosedur kerja degan baik dalam praktikum agar mendapatkan hasil yang baik dan sesuai dengan konsep.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar