|
PRAKTIKUM PERTANIAN
ORGANIK
Disusun
oleh:
Kelompok
VIIIB
Regandhi Islam A.
R 23040113140073
Djuwita Rahmawati 23040113140074
Khotimatul Barki 23040113140078
Siti Nur Azizah 23040113190082
Felicia
Esterlita 23040113190083
JURUSAN
PERTANIAN
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
Pertanian
organik sudah tidak asing bagi sebagian besar masyarakat pertanian di Indonesia
saat ini. Pertanian organik memiliki pasar tersendiri bagi para konsumen.
Penerapan pertanian secara organik yang menawarkan bebas bahan kimia dan pestisida
membuat konsumen yang sadar akan kesehatan akan beralih ke bahan-bahan yang
berasal dari pertanian organik. Hal ini yang menjadikan pertanian secara
organik menarik untuk dipelajari dan dikembangkan sehingga banyak petani dan
pengembang pada sektor agribisnis menerapkan pertanian ini.
Pertanian organik merupakan sistem produksi
pertanian yang holistik dan terpadu dengan cara mengotimalkan kesehatan dan
produktivitas agroekosistem, keragaman hayati, siklus biologi, dan aktifitas
biologi secara alami sehingga menghasilkan pangan dengan serat yang cukup,
berkualitas dan berkelanjutan. Sistem pertanian menggunakan bahan secara alami
atau menghindari penggunaan pestisida, pupuk kimia atau zat/ hormon kimia.
Tujuan dari
praktikum penanaman organik adalah untuk mengetahui cara-cara
dan proses penanaman serta pertumbuhan tanaman secara organik. Manfaat dari praktikum
ini adalah praktikan dapat mengetahui dan menerapkan cara serta tahapan dalam proses penanaman
tanaman organik.
|
BAB III
MATERI
DAN METODE
Praktikum Pertanian Organik dengan
materi Penanaman Organik dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 April – 24 Juni 2014, pukul 16.00 WIB di
Green House. Praktikum
pengukuran kadar air dan kandungan
klorofil tanaman dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 24 Juni 2014 di Laboratorium Ekologi dan Produksi
Tanaman,
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Praktikum pertanian organik dengan materi penanaman
organik memerlukan alat-alat seperti cangkul untuk mengambil tanah, sekop untuk
mengambil tanah dan kompos, timbangan analitik untuk menimbang kompos, polibag sebagai tempat media tanam, penggaris
untuk mengukur pertumbuhan, oven untuk memanaskan contoh
tanaman hingga tidak
mengandung air,
amplop untuk tempat tanaman yang akan dioven, alat chlorophyl meter untuk mengukur kandungan klorofil daun, serta
alat tulis mencatat hasil pengamatan. Bahan yang digunakan
yaitu, tanah, pupuk kompos, air, serta biji kacang panjang.
3.2. Metode
3.2.1. Penanaman
kacang panjang
Metode yang digunakan pertanian organik
dengan materi penanaman organik yaitu dengan menyiapkan 3 polibag untuk
perlakuan I yaitu dengan mengisinya dengan tanah saja, 3 polibag untuk
perlakuan II yaitu mengisi dengan tanah dan 200 gr pupuk kompos, 3 polibag
untuk perlakuan III yaitu mengisi dengan tanah dan 700 gr pupuk kompos. Mengambil tanah dan mengisinya pada
polibag. Menimbang
kompos dan meletakannya pada polibag pada perlakuan I dan II. Meletakan tanah kembali di atas
kompos pada perlakuan I dan II. Masing-masing
polibag, 3 biji kacang panjang ditanamkan lalu menyiramnya dengan air
secukupnya. Menyiram
polibag serta setiap seminggu sekali mengukur tinggi tanaman dan jumlah daun setiap 2 hari sekali. Mengambil 1 tanaman untuk mengamati
berat basah, kering, serta kandungan klorofilnya setiap
30 hari sekali.
3.2.2. Pengukuran kadar air
Metode yang digunakan untuk mengukur kadar air tanaman
kacang panjang yaitu dengan memanen tanaman kacang panjang di green house,
menyiapkan amplop dan melubanginya. Menimbang amplop dengan timbangan analitik.
Menimbang tanaman hasil panen dan memasukan tanaman tersebut ke dalam amplop
namun sebelumnya tanaman tersebut dipotong kecil-kecil. Memasukkan amplop yang
berisi tanaman kacang panjang ke dalam oven dan mengovennya pada suhu 105oC
selama 24 jam. Mengangkat amplop dan menimbangnya dengan timbangan analitik. Menghitung
kadar airnya dengan menggunakan rumus.
3.2.3. Pengukuran kandungan klorofil
Metode yang digunakan untuk mengukur kandungan
klorofil tanaman kacang panjang yaitu menyiapkan daun tanaman yang akan diuji
kandungan klorofil. Mengukur dengan menggunakan alat Minolta chlorophyll meter. Memasukkan bagian
tengah daun pada alat tersebut lalu ditekan. Mencatat hasil atau angka skala
warna daun yang tampak pada alat tersebut..
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pertumbuhan
4.1.1. Tinggi tanaman
Berdasarkan hasil praktikum pertumbuhan tinggi tanaman kacang panjang
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.
Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Umur (minggu)
|
Rata- rata tinggi tanaman (cm)
|
||
Tanpa pupuk
|
Pupuk 200 g
|
Pupuk 700g
|
|
1
|
20,67
|
22
|
21
|
2
|
33,77
|
32,76
|
35,84
|
3
|
39,6
|
75,6
|
67,5
|
4
|
60,87
|
67,5
|
84,27
|
5
|
70,67
|
90,33
|
91,67
|
6
|
82,33
|
104,33
|
107
|
Sumber:
Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
![]() |
Sumber: Data
Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
|
Ilustrasi
1. Tanaman Kacang
Panjang
Berdasarkan hasil
pengamatan tinggi tanaman kacang panjang didapatkan bahwa pada awal tanam hingga umur 1 sampai 2 minggu
pertumbuhan mengalami pertumbuhan yang lamban. Pada umur 3 sampai 6 minggu,
tanaman mengalami pertumbuhan yang cepat. Pertumbuhan tanaman kacang panjang
pada tanah dengan pupuk 700 g lebih cepat daripada tanaman kacang panjang yang ditanam di tanah tanpa
pupuk. Pertumbuhan tanaman kacang panjang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah air. Hal ini sesuai
dengan
pendapat Samadi (2003) bahwa
faktor terpenting yang berperan dalam pertumbuhan kacang panjang adalah kadar
air. Pertumbuhan tanaman kacang panjang dapat diamati dalam waktu tertentu.
Untuk mengamati pertumbuhan tinggi tanaman kacang panjang biasanya tanaman
diukur dari ujung batang sampai ujung daun. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hendriyani (2009) bahwa tinggi tanaman dapat
diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun (pucuk) dan biasanya
dilakukan setelah pemanenan.
4.1.2. Jumlah daun
Berdasarkan hasil praktikum pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang panjang
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel
2. Pertumbuhan Jumlah Daun
Umur (minggu)
|
Rata- rata jumlah daun (helai)
|
||
Tanpa pupuk
|
Pupuk 200 g
|
Pupuk 700g
|
|
1
|
5,3
|
5,7
|
5,3
|
2
|
6,7
|
5,8
|
7,3
|
3
|
9,3
|
7
|
10,3
|
4
|
11
|
10
|
11
|
5
|
15,6
|
15,7
|
13,3
|
6
|
18,6
|
16,6
|
16,6
|
Sumber:
Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Berdasarkan hasil
pengamatan jumlah daun kacang panjang didapatkan bahwa pertumbuahn jumlah daun tanaman kacang panjang
setiap minggunya mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Campbell (2002) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas hormon-hormon
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diantaranya adalah
auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, dan etilen. Sedangkan faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain air, cahaya,
suhu, dan kelembaban. Sutopo (2004) menambahkan bahwa hormon tumbuh seperti
auksin, giberelin dan sitokinin dapat memacu pertumbuhan tanaman.
4.1.3. Jumlah tanaman
Berdasarkan hasil praktikum pertumbuhan jumlah tanaman kacang panjang
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.
Pertumbuhan Jumlah Tanaman
Umur (minggu)
|
Rata- rata jumlah tanaman
|
||
Tanpa pupuk
|
Pupuk 200 g
|
Pupuk 700g
|
|
1
|
2,6
|
3
|
2,6
|
2
|
2,6
|
2
|
2,3
|
3
|
2,6
|
2,3
|
2,6
|
4
|
2,6
|
2,6
|
2,6
|
5
|
2,3
|
2,3
|
2,3
|
6
|
2,3
|
2
|
2,3
|
Sumber:
Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Berdasarkan hasil
pengamatan tinggi tanaman kacang panjang didapatkan bahwa dari
minggu ke minggu kacang panjang mengalami pertambahan panjang dan jumlah
tanmaman yang disebabkan oleh pembelahan sel. Pembelahan sel disebabkan oleh
hormon yang dapat mempercepat pembelahan sel, yaitu hormon giberelin. Giberelin
mempersempit waktu (interfase dalam proses pembelahan sel) atau waktu istirahat
setelah membelah. Jadi sel akan membelah terus menerus tanpa istirahat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Istamar (2008) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
(penambahan jumlah sel) terjadi karena adanya pembelahan sel. Pada pertumbuhan
dan perkembangan suatu tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar
(lingkungan). Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury et al., (2002) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan.
Faktor lingkungan terbagi menjadi dua yaitu faktor biotik terdiri dari hama,
penyakit, gulma, mikroorganisme tanah dan faktor abiotik meliputi curah
matahari, kelembaban udara, curah hujan, dan kesuburan tanah.
4.2. Produksi
Bahan Segar dan Bahan Kering
Berdasarkan hasil praktikum Produksi Bahan Segar dan Bahan Kering didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.
Produksi Bahan Segar dan Bahan
Kering
Perlakuan
|
Sampel tanaman
|
Amplop
(gr)
|
Berat
Segar (gr)
|
Berat
setelah oven (gr)
|
Kadar
Air (%)
|
Tanpa pupuk
|
A1
|
5,5
|
12,5
|
8
|
20
|
A2
|
5,5
|
31,5
|
9,5
|
12,7
|
|
Pemberian pupuk 200 g
|
B1
|
5,5
|
13
|
7,5
|
15,4
|
B2
|
5,5
|
13
|
7,5
|
15,4
|
|
Pemberian pupuk 700 g
|
C1
|
5,5
|
14,5
|
8
|
17,2
|
C2
|
6
|
21
|
7,5
|
7,1
|
Sumber:
Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Berdasarkan hasil
pengamatan praktikum produksi
bahan segar dan bahan kering kacang
panjang didapatkan bahwa setelah dioven selama 24 jam terlihat perubahan pada
berat sampel. Tanaman kacang panjang dengan perlakuan P3 memperlihatkan
pertumbuhan yang cenderung lebih bagus daripada tanaman dengan perlakuan P1
dan P2 Tanaman dengan perlakuan P1 mempunyai tinggi
tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat basah dan berat kering yang
cenderung lebih besar dari tanaman P2 dan P3.
Perbandingan antara P2 dan P3 menunjukkan bahwa tanaman P2
mempunyai tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat basah dan
berat kering yang cenderung lebih besar daripada tanaman P3. Hasil
ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman kacang panjang paling optimal adalah
ada tanaman dengan perlakuan P3. Perananan kadar air tanaman sangat
penting karena dapat berpengaruh terhadap viabilitas dan kenampakan umum dari
tanaman tersebut. Proses pengeringan dipengaruhi beberapa faktor yaitu sifat fisik dan kimia dari produk, sifat-sifat fisik dari
lingkungan alat pengering (suhu, kelembaban, dan kecepatan udara) dan
karakteristik alat pengering (Efisiensi pemindahan panas). Hal ini sesuai
dengan pendapat Wirakartakusumah et al. (1992) yang menyatakan bahwa proses
pengeringan sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang tinggi dapat
mengakibatkan pengeringan yang tidak merata yaitu bagian luar kering sedangkan
bagian dalam masih banyak mengandung air. Kekurangan air didalam sel tanaman
yang dapat menyebabkan berbagai kerusakan pada tanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Haryati (2003) yang menyatakan bahwa jika tumbuhan terjadi peristiwa
kekurangan air hal ini akan menyebabkan kecepatan absorbsi tidak dapat
mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi tanaman.
4.3. Kandungan
klorofil
Berdasarkan hasil praktikum kandungan klorofil didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Kandungan Klorofil
Umur (minggu)
|
Rata- rata Kandungan Klorofil
|
||
Tanpa pupuk
(P1)
|
Pupuk 200g
(P2)
|
Pupuk 700 g
(P3)
|
|
4
|
25,7
|
19,4
|
23,2
|
6
|
20,8
|
24,8
|
30,53
|
Sumber:
Data Primer Pratikum Pertanian Organik, 2014.
Berdasarkan hasil
pengamatan praktikum kandungan
klorofil pada kacang
panjang didapatkan bahwa pada perlakuan P3
kandungan klorofil cenderung lebih banyak daripada perlakuan P1 dan
P2. Tumbuhan menangkap cahaya
menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna
hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas.
Klorofil menyerap
cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Salisbury et al.
(2002) bahwa proses fotosintesis membutuhkan klorofil, maka klorofil umumnya disintesis pada daun untuk
menangkap cahaya matahari yang jumlahnya berbeda pada tiap spesies tergantung
dari faktor lingkungan dan genetiknya. Faktor
utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Hal ini sesuai dengan pendapat Hendriyani (2009)
bahwa Unsur N merupakan unsur hara makro dan digunakan tanaman
sebagai penyusun klorofil.

SIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasakan
praktikum mengenai Penanaman
tanaman organik, dapat disimpulkan bahwa tanaman dengan perlakuan P3 yaitu tanah
dengan pupuk 700 g lebih cepat pertumbuhannya daripada perlakuan P1
dan P2. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi
oleh
faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan terbagi menjadi dua
yaitu faktor biotik terdiri dari hama, penyakit, gulma, mikroorganisme tanah
dan faktor abiotik meliputi curah matahari, kelembaban udara, curah hujan, dan
kesuburan tanah. Kadar
klorofil dan kadar air pada perlakuan P3 lebih tinggi daripada
tanaman perlakuan P1 dan P2. Faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N).
Pupuk organik sangat
berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
5.2. Saran
Berdasarkan praktikum penanaman tanaman kacang panjang
sebaiknya memahami prosedur kerja degan baik dalam praktikum agar mendapatkan
hasil yang baik dan sesuai dengan konsep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar