LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
Disusun
oleh:
Kelompok
IIIB
Deaz Arga P 23040113190018
Hanna Hanifah 23040113140024
Agnes Christhina S 23040113140032
Angel Dita S 23040113190041
Djuwita Rahmawati 23040113140074
Khotimatul Barki 23040113140078

PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS
JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
|
2014
|
BAB
I
PENDAHULUAN
Indonesia
merupakan suatu negara kepulauan yang begitu luas. Luas daratan sekitar 188,20
juta ha dan memiliki kandungan sumber daya lahan yang sangat bervariasi (jenis
tanah, bahan induk, fisiografi dan bentuk wilayah, ketinggian tempat dan
iklim). Dari luas daratan tersebut, yang dapat digunakan dalam bidang pertanian
sekitar 100,7 juta yang meliputi lahan sawah, tegalan, lahan tanaman tahunan.
Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu
tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian khususnya tanaman
pangan karena besarnya jumlah penduduk berkaitan langsung dengan
penyediaan pangan. Meningkatnya jumlah penduduk berpotensi meningkatkan
jumlah permintaan pangan khususnya padi.
Padi
(oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Padi
merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi secara umum oleh masyarakat Indonesia.
Keadaan pangan di suatu Negara dapat menjadi tidak stabil apabila antara
kebutuhan dan penyediaan tidak seimbang . Hal ini akan mendorong para petani
untuk lebih
giat mengerjakan sawahnya, ditanami padi.
Tujuan praktikum pengenalan jenis tanaman
pangan yaitu untuk mempelajari, mengenali dan memahami sejarah,
klasifikasi, syarat tumbuh, dan teknik budidaya padi. Manfaat
praktikum ini adalah dapat mengetahui sejarah, klasifikasi, syarat tumbuh,
dan teknik budidaya padi.

MATERI
DAN METODE
Praktikum Budidaya Tanaman
Pangan dengan materi Teknologi Produksi Benih Padi dilaksanakan pada hari
Kamis, tanggal 27 November 2014 di Kebun Benih Padi Tegalgondo dan BPSB Jawa
Tengah.
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum Budidaya Tanaman Pangan adalah kamera
untuk mengambil gambar dan buku catatan sebagai alat mencatat.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum Budidaya Tanaman
Pangan dengan materi Teknologi Produksi Benih Padi adalah mengunjungi Kebun
Benih Padi Tegalgondo, mendengarkan presentasi mengenai teknik produksi benih
padi dan profil BPSB serta mengunjungi BPSB Jawa Tengah.

HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengenalan Jenis Tanaman Pangan
Berdasarkan hasil observasi
yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tanaman pangan yang ada di Kebun
Benih Tanaman Padi Tegalgondo adalah tanaman padi. Salah satu jenis padi yang
ditanam di Kebun tersebut adalah jenis padi unggul karena di perkebunan
tersebut menghasilkan benih dengan varietas CIHERANG, IR. 64, Situbagendit,
Pepe dan Memberamo. Varietas tersebut dipilih karena memiliki hasil produksi
yang cukup tinggi, tahan terhadap beberapa hama dan penyakit, dan tahan
terhadap kerontokan dan kerebahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1990)
yang menyatakan bahwa varietas unggul dapat tercermin pada sifat pembawaannya
yang dapat menghasilkan buah yang produksi tinggi, mempunyai banyak anakan,
respon terhadap pemupukan, dan tahan terhadap hama dan penyakit termasuk virus.
Potensi produksi benih padi di Tegalgondo cukup baik karena sudah memenuhi
syarat tumbuh tanaman. Daerah Sukoharjo merupakan daerah panas dan cocok untuk
ditanami padi sehingga berpotensi untuk berproduksi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Djoehna (2003) yang menyatakan bahwa tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang
berhawa panas dan banyak mengandung uap air dengan curah hujan rata-rata 200
mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan.
4.2.
Penyiapan Lahan
Berdasarkan hasil observasi
yang telah dilaksanakan diketahui bahwa lahan yang digunakan untuk produksi
padi pada lahan baru diawali dengan
pembersihan vegetasi yang ada. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suparyono (1993) yang menyatakan bahwa untuk
lahan baru, persiapan pertanaman bisa diawali dengan pembersihan vegetasi yang
ada. Pengolahan
tanah dapat dengan membajak dua kali, serta
digaru. Hal ini sesuai dengan pendapat Herawati (2013) yang menyatakan
bahwa tanah diolah secara sempurna, yaitu
dibajak pertama, digenangi selama dua hari dan dikeringkan selama 7 hari, lalu
dibajak yang kedua, digenang selama dua hari dan dikeringkan lagi selama 7 hari, terakhir tanah digaru
untuk pelumpuran dan perataan.
4.3.
Penanaman dan Pemeliharaan
4.3.1. Penanaman
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada diperoleh hasil bahwa
mencakup penanaman produksi Breeder Seed, penanaman produksi Benih Dasar yang
mencapai 4-5 bulan dan dilanjutkan dengan penyulaman.
Penanaman dilakukan saat bibit berumur 15 hingga 21 hari, dengan satu bibit per
lubang pada kedalaman 1-2 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Didit (2008) yang
menyatakan bahwa hal - hal yang harus diperhatikan
dalam penanaman bibit padi adalah adalah sistem larikan (cara tanam), jarak
tanam, hubungan tanaman, jumlah tanaman tiap lobang, kedalam menanam bibit dan
cara menanam. Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15 hingga 21 hari,
dengan satu bibit per lubang pada kedalaman satu atau dua sentimeter.
Pada proses penanaman, jarak tanam
juga harus diperhatikan. Jarak tanam yang digunakan pada proses penanaman padi
yaitu jajar legowo. Jarak tanam jajar legowo ada dua yaitu jajar legowo 2:1 dan
jajar legowo 4:1. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosyid
(1994) yang menyatakan bahwa untuk
mempermudah dalam pemeliharan dan untuk meningkatkan produksi gunakan jarak
tanam dengan sistem jajar legowo 2:1 (40 x (20×10) cm, jajar legowo 4:1 (40x
(20x20x20x10) cm.
4.3.2. Pemeliharaan
Berdasarkan
pengaatan yang telah dilakukan peeliharaan meliputi , pengairan, penyiangan dan
roughing. Pemupukan dilakukan menggunakan KCl dan SP 36 yang dosisnya
disesuaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Herawati (2013) yang meyatakan
bahwa dosis pupuk anjuran adalah 200kg/ ura/ha,
75-100 kg SP-36/ha dan 75-100 kg KCl/ha.
Pengairan
yang dilakukan pada penanaman padi adalah pengairan berselang. Pengairan
berselang adalah pengairan pada lahan kering sesuai kondisi lahan dan fase
pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Purwono (2007) yang menyatakan bahwa
sejak saat tanam hingga seminggu kemudian, air perlu
tersedia secara cukup untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Pengairan berselang ini dilakukan karena penggenangan
yang terus menerus disamping pemborosan dalam penggunaan air juga memberikan
dampak kurang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan padi. Menurut Berkelaar (2001),
air yang menggenang membuat sawah menjadi hypoxic (kekurangan oksigen) bagi
akar dan
tidak ideal untuk pertumbuhan.
Sistem
pengairan berselang yang dipakai menyebabkan adanya gulma yang sering
mengganggu tanaman padi. Gulma tumbuh karena lahan yang tersedia kurang
tergenang air atau kering. Hal ini sesuai pendapat Suparyono (1993) yang
menyatakan bahwa penggenangan merupakan cara yang sangat efektif untuk menekan
gulma. Untuk menekan pertumbuhan gulma perlu dilakukan penyiangan. Penyiangan
dilakukan dengan menggunakan herbisida. Hal ini sesuai dengan pendapat Herawati
(2013) yang menyatakan bahwa penyiangan bisa secara manual dengan mencabut
rerumputan yang ada pada pertanaman atau dengan menggunakan herbisida. Roughing
juga termasuk kedalam pemeliharaan produksi benih. Roughing dilakukan dengan
mencabut tanaman yang tidak dikehendaki. Hal ini sesuai dengan pendapat Djoehna
(2003) yang menyatakan bahwa rouging adalah kegiatan membuang rumpun-rumpun
tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman
yang benihnya diproduksi.
4.4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan hama yang sering menyerang tanaman padi
adalah keong mas, penggerek batang dan hama wereng yang membawa virus kerdil
hampa padi pada tanaman. Penyakit yang sering menyerang yaitu kerdil hampa padi
dan tungro. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pemberian pestisida nabati pada keong mas.
Hal ini sesuai dengan pendapat Purwono (2007) yang menyatakan bahwa beberapa
bahan nabati pun bisa digunakan sebagai pestisida nabati atau moluskisida untuk
keong mas. Untuk mengendalikan hama
wereng dapat menggunakan insektisida. Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1990)
yang menyatakan bahwa pencegahan dan pengendalian wereng bisa dilakukan dengan
berbagai cara, seperti melalui cara brcocok tanam, penggunaan varietas tahan,
sanitasi, cara biologis dan kimiawi. Herawati (2013) menambahkan pengendalian
hama wereng dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida sesuai anjuran. Untuk
pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan dengan pemberian pestisida. Hal
ini sesuai dengan pendapat Harahap (1994) yang menyatakan bahwa cara
pengendaian hama yang palling populer adalah penggunaan pestisida karena
caranya yang mudah dan hasilnya dapat segera dirasakan.
4.5. Panen dan Pasca Panen
4.5.1. Panen
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, panen untuk benih padi megacu
pada kemasakan. Panen dilakukan sekitar 90% malai telah menguning. Hal ini
sesuai dengan pendapat Aak (1990) yang menyatakan bahwa kadar air dan warna
kuning gabah digunakan sebagai parameter atau patokan umur panen tanaman padi.
Herawati (2013) menambahkan bahwa panen dilakukan apabila mencapai minimal 80%
butir gabah sudah menguning dan tangkai buah sudah merunduk dengan kadar air
gabah sekitar 23-25%. Pemanenan dilakukan menggunakan alat perontok padi, mesin
panen dan karung untuk menyimpan hasil panen. Hal ini sesuai dengan pendapat
Herawati (2013) yang menyatakan bahwa perontokan dilakukan dengan cara
dibanting (gebot) atau dengan mesin perontok (thresher).
4.5.2. Pasca Panen
Berdasarkan
hasil pengamatan yangg telah dilakukan teknologi pasca panen yang diterapkan
pada tanaman padi meliputi pengeringan, pengolahan
benih dan pengemasan benih. Pengeringan
dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu penjemuran dengan sinar matahari
secara langsung dan menggunakan mesin.
Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1990) yang menyatakann bahwa proses
pengeringan ada dua macam yaitu pengeringan alami atau dengan sinar matahari
dan pengeringan buatan atau pengeringan dengan menggunakan mesin atau alat
pengering. Herawati (2013) menambahkan bahwa pengeringan dapat dilakukan dengan
cara dijemur atau dengan mesin pengeringan (drayer).
Pengolahan benih dilakukan mulai dari
pembersihan benih sampai pemilahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwono
(2007) yang menyatakan bahwa pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan
benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Benih dikemas
ke dalam karung plastik dan alat penyimpan benih yang terbuat dari kotak besi
yang dapat menyimpan benih hingga 2 ton sehingga cara ini lebih efisien.
Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih dinyatakan
lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak. Label benih dimasukan ke dalam
kemasan sebelum di-sealed. Hal ini sesuai dengan pendapat Utomo (1999) yang
menyatakan bahwa pengemasan benih selain bertujuan untuk mempermudahkan di
dalam penyaluran/transportasi benih, juga untuk melindungi benih selama
penyimpanan terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan
insektsida. Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau
setelah selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan label selesai
dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong
plastik di bagian dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran benih,
benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong plastik tebal 0.08 mm atau
lebih dan di-sealed/ dikelim rapat. Pengemasan dilakukan setelah hasil
uji lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai
dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan
dan pemasangan label benih harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu
menghindari adanya tindak pemalsuan.
cantumin dong pustakanya. trus klo nulis laporan harus jelas.. ih
BalasHapus