Sabtu, 17 Januari 2015

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN PANGAN





Disusun oleh:
Kelompok IIIB


Deaz Arga P                          23040113190018
Hanna Hanifah                      23040113140024
Agnes Christhina S               23040113140032
Angel Dita S                           23040113190041
Djuwita Rahmawati              23040113140074
Khotimatul Barki                  23040113140078



Description: Description: Description: Description: C:\Users\sony\Downloads\New folder\logo-undip-bw-256x300.jpg


PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS
JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG


 
2014


 
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang begitu luas. Luas daratan sekitar 188,20 juta ha dan memiliki kandungan sumber daya lahan yang sangat bervariasi (jenis tanah, bahan induk, fisiografi dan bentuk wilayah, ketinggian tempat dan iklim). Dari luas daratan tersebut, yang dapat digunakan dalam bidang pertanian sekitar 100,7 juta yang meliputi lahan sawah, tegalan, lahan tanaman tahunan. Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian khususnya tanaman pangan karena besarnya jumlah penduduk berkaitan langsung dengan  penyediaan pangan. Meningkatnya jumlah penduduk berpotensi meningkatkan  jumlah permintaan pangan khususnya padi.
 Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia.  Padi merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi secara umum oleh masyarakat Indonesia. Keadaan pangan di suatu Negara dapat menjadi tidak stabil apabila antara kebutuhan dan penyediaan tidak seimbang . Hal ini akan mendorong para petani untuk lebih giat mengerjakan sawahnya, ditanami padi.
Tujuan praktikum pengenalan jenis tanaman pangan yaitu untuk mempelajari, mengenali dan memahami sejarah, klasifikasi, syarat tumbuh, dan teknik budidaya padi. Manfaat praktikum ini adalah dapat mengetahui sejarah, klasifikasi, syarat tumbuh, dan teknik budidaya padi.

BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Budidaya Tanaman Pangan dengan materi Teknologi Produksi Benih Padi dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27 November 2014 di Kebun Benih Padi Tegalgondo dan BPSB Jawa Tengah.
3.1.      Materi
            Alat yang digunakan dalam praktikum Budidaya Tanaman Pangan adalah kamera untuk mengambil gambar dan buku catatan sebagai alat mencatat.
3.2.      Metode
            Metode yang digunakan dalam praktikum Budidaya Tanaman Pangan dengan materi Teknologi Produksi Benih Padi adalah mengunjungi Kebun Benih Padi Tegalgondo, mendengarkan presentasi mengenai teknik produksi benih padi dan profil BPSB serta mengunjungi BPSB Jawa Tengah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Pengenalan Jenis Tanaman Pangan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tanaman pangan yang ada di Kebun Benih Tanaman Padi Tegalgondo adalah tanaman padi. Salah satu jenis padi yang ditanam di Kebun tersebut adalah jenis padi unggul karena di perkebunan tersebut menghasilkan benih dengan varietas CIHERANG, IR. 64, Situbagendit, Pepe dan Memberamo. Varietas tersebut dipilih karena memiliki hasil produksi yang cukup tinggi, tahan terhadap beberapa hama dan penyakit, dan tahan terhadap kerontokan dan kerebahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1990) yang menyatakan bahwa varietas unggul dapat tercermin pada sifat pembawaannya yang dapat menghasilkan buah yang produksi tinggi, mempunyai banyak anakan, respon terhadap pemupukan, dan tahan terhadap hama dan penyakit termasuk virus. Potensi produksi benih padi di Tegalgondo cukup baik karena sudah memenuhi syarat tumbuh tanaman. Daerah Sukoharjo merupakan daerah panas dan cocok untuk ditanami padi sehingga berpotensi untuk berproduksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Djoehna (2003) yang menyatakan bahwa tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan.


4.2.      Penyiapan Lahan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan diketahui bahwa lahan yang digunakan untuk produksi padi pada lahan baru diawali dengan pembersihan vegetasi yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparyono (1993) yang menyatakan bahwa untuk lahan baru, persiapan pertanaman bisa diawali dengan pembersihan vegetasi yang ada. Pengolahan tanah dapat dengan membajak dua kali, serta  digaru. Hal ini sesuai dengan pendapat Herawati (2013) yang menyatakan bahwa tanah diolah secara sempurna, yaitu dibajak pertama, digenangi selama dua hari dan dikeringkan selama 7 hari, lalu dibajak yang kedua, digenang selama dua hari dan dikeringkan lagi selama 7 hari, terakhir tanah digaru untuk pelumpuran dan perataan.
4.3.      Penanaman dan Pemeliharaan
4.3.1.   Penanaman
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada diperoleh hasil bahwa mencakup penanaman produksi Breeder Seed, penanaman produksi Benih Dasar yang mencapai 4-5 bulan dan dilanjutkan dengan penyulaman. Penanaman dilakukan saat bibit berumur 15 hingga 21 hari, dengan satu bibit per lubang pada kedalaman 1-2 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Didit (2008) yang menyatakan bahwa hal - hal yang harus diperhatikan dalam penanaman bibit padi adalah adalah sistem larikan (cara tanam), jarak tanam, hubungan tanaman, jumlah tanaman tiap lobang, kedalam menanam bibit dan cara menanam. Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15 hingga 21 hari, dengan satu bibit per lubang pada kedalaman satu atau dua sentimeter.
            Pada proses penanaman, jarak tanam juga harus diperhatikan. Jarak tanam yang digunakan pada proses penanaman padi yaitu jajar legowo. Jarak tanam jajar legowo ada dua yaitu jajar legowo 2:1 dan jajar legowo 4:1. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosyid (1994) yang menyatakan bahwa untuk mempermudah dalam pemeliharan dan untuk meningkatkan produksi gunakan jarak tanam dengan sistem jajar legowo 2:1 (40 x (20×10) cm, jajar legowo 4:1 (40x (20x20x20x10) cm.
4.3.2.   Pemeliharaan
            Berdasarkan pengaatan yang telah dilakukan peeliharaan meliputi , pengairan, penyiangan dan roughing. Pemupukan dilakukan menggunakan KCl dan SP 36 yang dosisnya disesuaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Herawati (2013) yang meyatakan bahwa dosis pupuk anjuran adalah 200kg/ ura/ha, 75-100 kg SP-36/ha dan 75-100 kg KCl/ha.
            Pengairan yang dilakukan pada penanaman padi adalah pengairan berselang. Pengairan berselang adalah pengairan pada lahan kering sesuai kondisi lahan dan fase pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Purwono (2007) yang menyatakan bahwa sejak saat tanam hingga seminggu kemudian, air perlu tersedia secara cukup untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Pengairan berselang ini dilakukan karena penggenangan yang terus menerus disamping pemborosan dalam penggunaan air juga memberikan dampak kurang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan padi. Menurut Berkelaar (2001), air yang menggenang membuat sawah menjadi hypoxic (kekurangan oksigen) bagi akar dan
tidak ideal untuk pertumbuhan.
            Sistem pengairan berselang yang dipakai menyebabkan adanya gulma yang sering mengganggu tanaman padi. Gulma tumbuh karena lahan yang tersedia kurang tergenang air atau kering. Hal ini sesuai pendapat Suparyono (1993) yang menyatakan bahwa penggenangan merupakan cara yang sangat efektif untuk menekan gulma. Untuk menekan pertumbuhan gulma perlu dilakukan penyiangan. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan herbisida. Hal ini sesuai dengan pendapat Herawati (2013) yang menyatakan bahwa penyiangan bisa secara manual dengan mencabut rerumputan yang ada pada pertanaman atau dengan menggunakan herbisida. Roughing juga termasuk kedalam pemeliharaan produksi benih. Roughing dilakukan dengan mencabut tanaman yang tidak dikehendaki. Hal ini sesuai dengan pendapat Djoehna (2003) yang menyatakan bahwa rouging adalah kegiatan membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang benihnya diproduksi.
4.4.      Pengendalian Hama dan Penyakit
            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan hama yang sering menyerang tanaman padi adalah keong mas, penggerek batang dan hama wereng yang membawa virus kerdil hampa padi pada tanaman. Penyakit yang sering menyerang yaitu kerdil hampa padi dan tungro. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara  pemberian pestisida nabati pada keong mas. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwono (2007) yang menyatakan bahwa beberapa bahan nabati pun bisa digunakan sebagai pestisida nabati atau moluskisida untuk keong mas. Untuk mengendalikan hama wereng dapat menggunakan insektisida. Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1990) yang menyatakan bahwa pencegahan dan pengendalian wereng bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti melalui cara brcocok tanam, penggunaan varietas tahan, sanitasi, cara biologis dan kimiawi. Herawati (2013) menambahkan pengendalian hama wereng dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida sesuai anjuran. Untuk pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan dengan pemberian pestisida. Hal ini sesuai dengan pendapat Harahap (1994) yang menyatakan bahwa cara pengendaian hama yang palling populer adalah penggunaan pestisida karena caranya yang mudah dan hasilnya dapat segera dirasakan.
4.5.      Panen dan Pasca Panen      
4.5.1.   Panen
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, panen untuk benih padi megacu pada kemasakan. Panen dilakukan sekitar 90% malai telah menguning. Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1990) yang menyatakan bahwa kadar air dan warna kuning gabah digunakan sebagai parameter atau patokan umur panen tanaman padi. Herawati (2013) menambahkan bahwa panen dilakukan apabila mencapai minimal 80% butir gabah sudah menguning dan tangkai buah sudah merunduk dengan kadar air gabah sekitar 23-25%. Pemanenan dilakukan menggunakan alat perontok padi, mesin panen dan karung untuk menyimpan hasil panen. Hal ini sesuai dengan pendapat Herawati (2013) yang menyatakan bahwa perontokan dilakukan dengan cara dibanting (gebot) atau dengan mesin perontok (thresher).
4.5.2.   Pasca Panen
            Berdasarkan hasil pengamatan yangg telah dilakukan teknologi pasca panen yang diterapkan pada tanaman padi meliputi pengeringan, pengolahan benih dan pengemasan benih. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu penjemuran dengan sinar matahari secara langsung dan menggunakan mesin. Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1990) yang menyatakann bahwa proses pengeringan ada dua macam yaitu pengeringan alami atau dengan sinar matahari dan pengeringan buatan atau pengeringan dengan menggunakan mesin atau alat pengering. Herawati (2013) menambahkan bahwa pengeringan dapat dilakukan dengan cara dijemur atau dengan mesin pengeringan (drayer).
Pengolahan benih dilakukan mulai dari pembersihan benih sampai pemilahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwono (2007) yang menyatakan bahwa pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Benih dikemas ke dalam karung plastik dan alat penyimpan benih yang terbuat dari kotak besi yang dapat menyimpan benih hingga 2 ton sehingga cara ini lebih efisien. Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Hal ini sesuai dengan pendapat Utomo (1999) yang menyatakan bahwa pengemasan benih selain bertujuan untuk mempermudahkan di dalam penyaluran/transportasi benih, juga untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insektsida. Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau setelah selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan label selesai dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong plastik di bagian dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran benih, benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong plastik tebal 0.08 mm atau lebih dan di-sealed/ dikelim rapat.  Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan dan pemasangan label benih harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari adanya tindak pemalsuan.

1 komentar:

  1. cantumin dong pustakanya. trus klo nulis laporan harus jelas.. ih

    BalasHapus