Selasa, 20 Januari 2015

LAPORAN PRAKTIKUM USAHATANI

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM USAHATANI

“Usahatani Tanaman Obat Keluarga Kelurahan Jabungan
 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”






Disusun oleh:
Kelompok IIIB

Adilla Trisna Khairunnisa   23040113140008
Ratih Asri M                          23040113140035
Taufan Daniarta S                23040113190037
Dita Nora Oktaviana            23040113140059
Khotimatul Barki                  23040113140078






Description: Description: Description: Description: C:\Users\sony\Downloads\New folder\logo-undip-bw-256x300.jpg








PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS
JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG


2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Kegiatan usahatani merupakan kegiatan yang mengupayakan pengelolaan unsur-unsur produksi, baik Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), maupun modal dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di bidang pertanian. Usahatani dilakukan oleh petani guna untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya seperti memenuhi kebutuhan sehari-hari. Inti dari pertanian adalah usaha tani (farming) karena usaha tani menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Dalam usahatani, terdapat perhitungan untuk memperoleh suatu keuntungan yang akan diterima. Perhitungan tersebut seperti analisis biaya, pendapatan, BEP (Break Event Point), dan R/C ratio. Perhitungan-perhitungan itu digunakan agar orang yang melakukan usahatani mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan untuk usahatani, apakah biaya-biaya tersebut melebihi atau memenuhi target keuntungan yang diinginkan. Peningkatan produksi harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usaha tani secara intensif.


1.2.  Rumusan Masalah
        Sesuai latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana cara budidaya tanaman obat keluarga (toga)?
2.    Berapa besar biaya dan pendapatan petani dari usahatani toga?
1.3.  Tujuan
        Adapun tujuan diadakannya praktikum ini, yaitu:
1.    Untuk menganalisis biaya dan pendapatan Petani dari usahatani toga di Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
2.    Untuk memahami aspek sosial ekonomi usahatani yang dilakukan oleh petani dan kendala-kendala yang dihadapi petani dalam berusahatani.
3.    Untuk melaksanakan survei dan mengambil data primer rumah tangga petani.
4.    Untuk melengkapi tugas mata kuliah Usahatani.

1.4.  Manfaat
        Manfaat dari praktikum ini adalah manambah wawasan dan pengetahuan mengenai budidaya tanaman obat keluarga (toga), mengetahui biaya dan pendapatan petani dari usahatani toga di daerah Jabungan serta memperoleh pelajaran langsung dari petani mengenai praktek usahatani.

BAB III
MATERI DAN METODE
            Praktikum Usahatani dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21 November 2014 di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.

3.1.  Materi
        Alat yang digunakan dalam Praktikum Usahatani adalah quisioner, alat tulis, dan kamera. Bahan yang digunakan adalah hasil wawancara dari petani tanaman obat keluarga (TOGA).

3.2.  Metode
        Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah melakukan survei langsung di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Lokasi yang menjadi sampel penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan wilayah yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang membudidayakan tanaman tanaman obat keluarga. Mengumpulkan data primer dan menganalisis data. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada petani dan keluarganya dengan mengisi kuisioner yang telah diberikan. Analisis data yang dilakukan adalah analisis pendapatan, yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui nilai pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.


 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Identitas Responden
        Nama                                           : Soemono
        Jenis Kelamin                              : Laki-laki
        Umur                                           : 65 tahun
        Pendidikan formal                      : SMK
        Pengalaman berusahatani            : Sejak tahun 1971
        Pekerjaan utama                          : Petani
        Pekerjaan sampingan                   : Ketua kelompok tani dan ketua Asosiasi
        Status penguasaan lahan             : Pemilik dan penggarap
       
        Petani dalam praktikum ini adalah petani yang membudidayakan tanaman obat keluarga di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Karakteristik petani dapat dilihat dari segi umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dalam berusahatani, dan status penguasaan lahan yang digunakan dalam  berusaha tani karena aspek-aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan usahatani tanaman obat keluarga (TOGA).




4.2.  Karakteristik dan Pendapatan Rumah Tangga Responden
       Jumlah anggota keluarga berjumlah tujuh orang, dimana hampir seluruhnya sudah berpenghasilan dan berkeluarga. Petani, Bapak Soemono sebagai kepala rumah tangga memiliki pekerjaan sebagai petani sekaligus sebagai ketua kelompok tani TOGA Jabungan dan merupakan Ketua Asosiasi yang bergerak di bidang pertanian. Bersama dengan istrinya, Ibu Tarsini, petani responden menggarap lahan milik sendiri yang rata- rata ditanam berbagai jenis tanaman obat keluarga seperti temulawak, kunyit, temu ireng, temugiring, kencur, dan daun sambiloto. Ibu Tarsini, lebih senang dianggap sebagai ibu rumah tangga yang setiap harinya membantu Bapak Soemono di tegalan dan beliau juga membuka balai pengobatan herbal gratis di sekitar tempat tinggal.  Kelima anak beliau sudah berumah tangga dan memiliki pekerjaan sehingga beliau tidak memiliki tanggungan anak. Tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang memiliki beban hidup bagi petani yang bersangkutan, sedangkan anggota keluarga adalah orang yang dapat berfungsi sebagai tenaga kerja dalam keluarga.
4.3.  Kepemilikan Lahan
         Petani memiliki luas lahan pribadi sebesar 1 hektar. Lahan tersebut merupakan lahan milik sendiri dan petani berperan sebagai penggarapnya.  Petani juga memiliki luas lahan yang dikelola bersama- sama dengan para petani yang bergabung dalam kelompok tani TOGA daerah Jabungan sebesar 10 hektar. Petani adalah pemilik penggarap sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk sewa lahan karena lahan milik sendiri dan tidak membayar pajak.
4.4.  Keadaan Usahatani Tanaman Obat Keluarga
         Jenis lahan yang digunakan dalam berusaha tani adalah tegalan. Pemilihan lahan ini karena disesuaikan dengan komoditas yang digunakan, yaitu tanaman obat keluarga. Jenis TOGA yang ditanam adalah temulawak, kunyit, temugiring, temu ireng, kencur, dan sambiloto. Benih yang digunakan adalah benih hasil sendiri. Penggunaan benih setiap musim tanam menyesuaikan dengan luas lahan yang ingin ditanami TOGA. Cara penanaman benih toga ini hanya dengan diatur lurus dengan jarak tanam 40 cm x 40cm. Teknik pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani adalah pengolahan lahan dengan teknik zero tillage. Pengolahan lahan zero tillage ini sering disebut sistem tanpa olah tanah yang merupakan teknik penaburan benih TOGA pada tegalan bekas penanaman tanpa pengolahan tanah terlebih dahulu. Alat pengolahan lahan yang digunakan adalah cangkul.
        Pada proses pemupukan, petani  hanya menggunakan pupuk kandang sebanyak 35 kg/ tahun untuk satu kali musim tanam, sedangkan untuk pemeliharaan tanaman, petani tidak melakukan penyiangan serta tidak menggunakan herbisida dan pestisida. Petani tidak mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja karena tahap tersebut ia lakukan sendiri. Tahap pengolahan lahan, petani tidak mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja karena sistem yang digunakan merupakan zero tiggale. Pada tahap penanaman, petani  mendapat bantuan tenaga kerja harian (buruh) dengan jumlah satu orang laki- laki dan satu orang perempuan dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 100.000,00. Pada tahap pemupukan, petani mendapat bantuan tenaga kerja harian (buruh) dengan jumlah satu orang laki- laki dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 50.000,00. Pada tahap panen dan pasca panen, petani   mendapat bantuan tenaga kerja harian (buruh) dengan jumlah satu orang laki- laki dan dua orang perempuan dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 150.000,00. Masing-masing dari petani buruh diberi upah Rp 50.000 rupiah selama 1 hari kerja dengan jam kerja antara 4-5 jam setiap harinya.
         Hasil penyusutan dari peralatan yang digunakan untuk melakukan usahatani. Alat yang digunakan tersebut adalah cangkul. Umur ekonomis dari masing-masing alat adalah 15 tahun. Harga beli baru dari cangkul Rp 150.000,00 dengan nilai penyusutan Rp 10.000,00.
        Hasil produksi temulawak yang dihasilkan untuk setiap 1 hektar tegalan yaitu 35 ton dengan harga jual Rp 1500 per kilogram. Komoditi tanaman kunyit, dalam 1 hektar tegalan, rata-rata memproduksi sekitar 15 ton dengan harga jual Rp 2500 per kilogram. Komoditi tanaman temugiring, setiap 1 hektar dapat memproduksi sekitar 20 ton, dengan harga jual Rp 5000 per kilogram. Untuk  komoditi tanaman temuireng dan daun sambiloto, setiap 1 hektar rata-rata memproduksi sekitar 20 ton, dengan harga jual Rp 4000 per kilogram. Sementara untuk komoditi tanaman kencur, setiap  1 hektar rata- rata memproduksi sekitar 15 ton, dengan harga jual Rp 1500 per kilogramnya.
4.5.  Kebutuhan Modal dan Pemenuhan Kebutuhan Saprodi
        Benih dan bibit yang digunakan yaitu sumber benih dan bibit dengan cara  menggunakan benih sendiri. Benih yang digunakan merupakan hasil dari mengumpulkan anakan tanaman TOGA yang sudah matang dari tanaman obat yang ada di tegalan atau dari tanaman obat yang sudah dipanen. Hal ini dikarenakan setelah proses panen, lahan langsung digarap kembali untuk proses penanaman musim selanjutnya. Selain itu penyediaan bibit secara mandiri akan menekan biaya pengeluaran untuk membeli input dari luar, termasuk biaya transportasi maupun biaya yang lainnya.
        Kelompok petani tanaman obat di kelurahan Jabungan dibawah arahan petani menggunakan pupuk alami yaitu pupuk kandang dan kompos yang didapat dari kelompok tani sendiri. Untuk membeli saprodi yang dibutuhkan tidak menggunakan transportasi umum melainkan berjalan kaki. Jumlah input yang dibutuhkan tidak selalu tersedia. Apabila tidak mendapatkan pupuk organik, tanaman obat miliknya sengaja tidak diberi pupuk dan dibiarkan tumbuh alami. Sementara untuk pestisida, petani beserta para petani yang bergabung dalam kelompok tani TOGA menggunakan air tembakau yang dicampur setengah cangkir bubuk bawang putih, satu cangkir kompos, untuk disemprotkan ke tanaman-tanaman obatnya. Hal ini dilakukan karena air campuran tembakau tersebut mempunyai fungsi untuk mencegah tanaman terserang hama, kutu daun, maupun kutu penggerek.
4.6.      Pengeluaran Pangan
Berdasarkan pengamatan pengeluaran pangan yang dilakukan bahwa Ketahanan Pangan Rumah tangga oleh petani dalam satu hari petani menanak nasi sebanyak 0,8 ons setiap kali menanak. Petani membeli beras seharga Rp 9000/kilogram dalam satu hari petani memasak nasi dengan pengeluaran sekitar Rp 9000 dan lauk pauk sekitar Rp 12000. Dalam satu minggu pengeluaran pangan petani sebesar Rp 114.000. Proporsi pengeluaran pangan rumah tangga petani sebesar Rp 15000/hari atau Rp 400.000/bulan. Harga komoditi yang dikonsumsi petani sehari – hari seperti harga gula sebesar Rp 11000/kg, untuk harga sayur sebesar Rp 10.000/hari dan harga minyak goreng Rp 11.000/liter.
4.7.  Pengeluaran Non Pangan
        Berdasarkan pengamtan terhadap pengeluaran non-pangan yang dikeluarkan oleh keluarga petani yaitu didapatkan hasil bahwa pengeluaran perumahan dan fasilitas rumah seperti rekening listrik sebesar Rp 125.000,00 dan kebutugan gas Rp 54.000,00. Pengeluaran aneka barang dan jasa seperti bensin sebesar Rp 25.000,00. Kedua jenis pengeluaran tersebut dikeluarkan secara berkala per-bulannya, sedangkan pengeluaran pajak PBB sebesar Rp 100.000,00 dikeluarkan per-tahunnya.

4.8.  Perhitungan Biaya dan Pendapatan Usahatani
        Total penerimaan dari hasil panen tanamn toga sebenarnya sejumlah kurang lebih Rp 31.000.000,00 , namun yang dijual hanya setengah panen yaitu sejumlah Rp 15.500.000,00.
        Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa jumlah total penerimaan petani yaitu Rp 15.590.000,00/tahun, pengeluaran Rp 840.000,00/ tahun sehingga diperoleh pendapatan bersih petani Rp 15.110.000,00/ tahun.
        Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data yaitu pengeluaran pangan sebesar Rp 328.000,00/ bulan dan pengeluaran non-pangan sebesar Rp 204.000,00/ bulan sehingga diperoleh pengeluaran konsumsi pangan dan non-pangan sebesar Rp 532.000,00/ bulan. Jadi pengeluaran konsumsi per-tahunnya sebesar Rp 6.384.000,00. Analisis ekonomi perlu dilakukan pada semua unit usahatani yang dikerjakan, untuk memberikan bahwa usahatani yang dilakukan memberikan keuntungan atau tidak, oleh karena itu dilakukan anlisis pendapatan, melalui analisis ini seluruh pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan semua diperhitungkan, ada biaya-biaya yang secara riil tidak dikeluarkan, tetapi diperhitungkan seperti upah tenaga kerja karena keluarga sendiri yang turut bekerja. 

1 komentar: