PENGENALAN
ANALISIS KUANTITATIF, KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK
LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
|
Disusun
Oleh
Kelompok
II AgribisnisB
Arifatul Luthfiah
23040113140043
Zakkiyatus Syahadah 23040113190046
Arief Purwowinanto 23040113140068
Djuwita Rahmawati 23040113140074
Khotimatul Barki 23040113140078
Misbachul Umam 23040113190079

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

PENDAHULUAN
Analisis
data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah semua data
yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sehingga diperoleh
secara lengkap. Ketajaman
dan ketepatan dalam penggunaan alat analisis sangat menentukan keakuratan
pengambilan kesimpulan, karena itu kegiatan analisis data merupakan kegiatan
yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses penelitian. Kesalahan dalam
menentukan alat analisis dapat berakibat fatal terhadap kesimpulan yang
dihasilkan dan hal ini akan berdampak lebih buruk lagi terhadap penggunaan dan
penerapan hasil penelitian tersebut. Dengan demikian, pengetahuan dan pemahaman
tentang berbagai teknik analisis mutlak diperlukan bagi seorang peneliti agar
hasil penelitiannya mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi pemecahan
masalah sekaligus hasil tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Analisis
kuantitatif adalah suatu pendekatan sains yang dipergunakan dalam proses
pengambilan keputusan. Analisis kuantitatif ini bertujuan untuk menentukan
jumlah suatu zat atau komponen zat.
Tujuan
dari praktikum pengenalan analisis kuantitatif adalah untuk mengenal metode
analisis kuantitatif standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat standar dan
menetapkan kadar asam cuka. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan mampu
menghitung standarisasi NaOH dan dapat menetapkan kadar asam cuka.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Analisis Kuantitatif
Analisis berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari
kata “analusis” yang berarti melepaskan. Kata analusis sendiri terdiri dari dua
suku, yaitu ana yang berarti melepaskan sehingga analuein berarti melepas
analisis kuantitatif berkaitan dengan
penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam sampel. Analisis
kuantitatif menggunakan zat tertentu, zat yang ditetapkan tersebut seringkali
dinyatakan konstituen menyusun sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang
dianalisis (Harlout, 2003). Analisis kuantitatif bertujuan menentukan kadar ion atau molekul suatu
sampel (Sumardjo, 2006). Zat yang dianalisis harus tepat. Keberhasilan
Analisis Kuantitatif sangat tergantung pada indikator yang digunakan harus
tepat sehingga mampu menentukan titik akhir titrasi yang tepat (Ratna, 2008).
2.2. Macam- Macam Analisis Kuantitatif
2.2.1. Analisis gravimetri
Merupakan
cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan sederhana dibandingkan dengan pemeriksaan
zat lainnya. Analisis gravimetri adalah analisa yang menyangkut pengukuran
berat (Rivai, 2006). Proses pemisahan hendaknya
cukup sempurna hingga kualitas analit yang tak terendapkan secara analitis tak
dapat berdeteksi (Day dan Underwood, 2002).
2.2.2.
Analisis volumetri
Volumetri
merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur
volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu
mereaksikannya telah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan
konsentrsainya (Irfan, 2000). Analisis volumetri adalah analisis kuantitatif
yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan baru yang sudah
diketahui kadarnya. Analisis volumetri merupakan salah satu metode analisa
kuantitatif yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat
yang ada dalam larutan (Ratna, 2008).
2.2.3. Analisis titrimetri
Analisis Titrimetri
adalah salah satu divisi besar dalam kimia analitik. Perhitungan yang tercakup
didalamnya didasarkan pada hubungan sthoikiometri dari reaksi kimia yang
sederhana (Day dan Uderwood, 2002). Analisis titrimetri adalah pemeriksaan
jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang
dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan
(Rivai, 2006).
2.2.4. Analisis
instrumental
Analisis kuantitatif instrumental didasarkan pada interaksi energi
dengan materi. Juga didasarkan pada pengukuran besaran fisik pengukuran besaran
fisik untuk menentukan jumlah sel atau komponen yang dicari atau non
stokiometri. Diatas disebutkan interaksi materi. Energi ada bermacam-macam
antara lain cahaya, listrik, panas, maka instrumental ini juga bermacam-macam
menurut macam energi yang digunakan dan dalam penggunaan energi tertentu.
Istilah instrumental merujuk pada suatu instrument yang khusus dalam tahap-tahap
pengukuran suatu sampel (Day dan Underwood, 2002). Analisis instrumental lain
mecakup potensiometri, polarografi, kulometri, konduktimetri, polarimetri,
refraktometri, dan spektrometri massa (Day dan Underwood, 2002).

MATERI
DAN METODE
Praktikum Kimia Dasar dengan materi
Pengenalan Analisis Kuantitatif dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 5 Oktober
2013 pukul 11.00-13.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum
Analisis Kuantitatif adalah buret untuk meneteskan sejumlah reagen cair, statif
untuk menyangga buret, erlenmeyer 100 ml untuk mengukur dan mencampur bahan
analisa, labu ukur 250 ml dan 100 ml berfungsi sebagai tempat untuk
mengencerkan larutan, pipet volume 10 ml untuk
mengambil larutan dengan volume 10 ml, pipet tetes untuk mengambil cairan dalam
skala tetesan kecil, gelas ukur untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk
cair. Bahan yang digunakan dalam praktikum kimia analisis kuantitatif
adalah asam Oksalat 0,1 N, NaOH, Fenolftalein
1%, asam cuka (CH3COOH), dan
aquades.
3.2. Metode
3.2.1. Standarisasi
NaOH dengan larutan asam oksalat standar
Metode yang digunakan dalam
praktikum ini adalah menimbang 0,63 gram
Asam Oksalat dan melarutkan Asam Oksalat yang sudah ditimbang ke dalam aquades
dan mengencerkan menjadi 100 ml dalam labu takar. Memasukkan larutan Asam
Oksalat kedalam Buret. Memasukkan 10 ml
NaOH dan masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml kemudian teteskan 3 tetes Fenoftalein
(PP). Melarutkan 10 ml NaOH ke dalam erlenmeyer 100 ml dengan 3 tetes PP
menitrasi dengan asam oksalat standar sampai warna tepat hilang. Melakukan titrasi sebanyak 2 kali dan mencatat volume
asam oksalat.
3.2.2. Penetapan
kadar asam cuka
Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah mengisikan larutan NaOH yang telah diket\ahui
konsentrasinya ke dalam buret. Memasukkan 10 ml cuka Dixi ke dalam labu ukur,
mengencerkan dengan aquades sampai 250 ml. Mengambil campuran asam cuka yang
telah diencerkan dengan pipet volume sebanyak 10 ml dan masukkan ke dalam
tabung erlenmeyer. Meneteskan dengan 3
tetes Fenoftalein (PP). Menitrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH ,
menggojog sampai berubah warna menjadi merah muda yang konstan. Mencatat hasil
volume NaOH yang dibutuhkan setelah itu menghitung kadar asam cuka.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Berdasarkan praktikum
standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1.
Hasil Pengamatan Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Volume
Asam Oksalat (ml)
|
|
Titrasi
I
|
12
|
Titrasi
II
|
12,2
|
Rata
– rata
|
12,1
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
Berdasarkan hasil praktikum standarisasi
NaOH didapatkan bahwa titrasi I volume asam oksalat yang dibutuhkan yaitu 12 ml,
titrasi II volume asam oksalat yang dibutuhkan yaitu 0,121 N. Pada saat NaOH
ditetesi dengan indikator fenolfalein (PP) sebanyak 3 tetes, larutan NaOH
mengalami perubahan warna dari bening menjadi merah muda yang menunjukkan bahwa
NaOH merupakan larutan basa. Setelah dilakukan percobaan sebanyak 2 kali
didapat hasil yang tercantum dalam tabel pengamatan. Normalitas NaOH sebesar 12,1
N. Hal ini sesuai dengan pendapat Khopkar (2003) yang menyatakan
bahwa tercapainya titik akhir titrasi pada percobaan ini pada prinsipnya adalah
reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada penambahan tiap
titrasi. Pada
hasil standarisasi NaOH dengan larutan Asam Oksalat menggunakan analisis
volumetri yaitu analisis yang manambahkan sejumlah larutan baru yang sudah
diketahui kadarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Davidet et al., (2010) yang menyatakan bahwa analisis volumetri
menggunakan volume larutan.
4.2. Penetapan
Kadar Asam Cuka
Berdasarkan praktikum Penetapan
kadar Asam Cuka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2.
Hasil Pengamatan Penetepan Kadar Asam Cuka
Volume
NaOH (ml)
|
|
Titrasi
I
|
8
|
Titrasi
II
|
6,7
|
Rata
– rata
|
7,35
|
Sumber : Data
Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
Berdasarkan
hasil praktikum pengukuran kadar asam cuka didapatkan bahwa titrasi I volume
NaOH yang dibutuhkan adalah 8 ml dan pada titrasi II volume NaOH yang
dibutuhkan yaitu 6,7 ml. sehingga didapatkan rata-rata volume asam oksalat yang
dibutuhkan, yaitu 7,35 ml. Melalui pengukuran kadar asam cuka didapatkan hasil sebesar
13,34%.
Pada percobaan ini, setelah larutan asam cuka ditetesi dengan
fenolfalein (PP) sebanyak 3 tetes maka larutan mengalami perubahan warna dari
bening menjadi merah muda yang tetap yang disebut dengan titik ekivalen. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rivai (2006) bahwa titik akhir titrasi biasanya
ditetapkan dengan bantuan perubahan warna indikator asam-basa. Pada titrasi II perlu asam oksalat
lebih banyak karena reaksi yang terjadi lambat. Hal ini sesuai dengan pendapat
David (2009)
yang menyatakan bahwa titrasi umumnya lambat karena dibutuhkan waktu agar
pembacaan stabil terutama saat
didekat akhir titrasi.

SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Simpulan
dari praktikum Analisis
Kuantitatif ini adalah titrasi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu larutan
standar, indikator, saat equivalen, serta ketelitian dalam menghitung. Reaksi dalam titrasi harus berjalan tetap dan kuantitatif, keberhasilan
titrasi dapat dilihat dari perubahan warna pada larutan yang dititrasi. Pada
standarisasi NaOH reaksi sempurna ditandai dengan adanya suatu perubahan warna
yang disebabkan oleh larutan itu sendiri atau karena adanya penambahan suatu
larutan petunjuk. Pada titrasi asam asetat dengan NaOH sebagai larutan standar
akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
5.2. Saran
Diharapkan pada
praktikum ini, praktikan bisa lebih teliti dalam mengamati hasil percobaan agar
tidak terjadi kesalahan pada hasil akhir praktikum dan sebaiknya alat yang
digunakan bersih agar hasilnya baik.

Day and underwood. 2002. Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Khopkar, S. M.
2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Rivai, H. 2006.
Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta
: Penerbit Universitas Indonesia.
Sumardjo.
2006. Pengantar Kimia. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar