Senin, 11 November 2013

LAPORAN KIMIA ANALISIS KUANTITATIF

PENGENALAN ANALISIS KUANTITATIF, KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK



LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA DASAR



Disusun Oleh
Kelompok II AgribisnisB

Arifatul Luthfiah                  23040113140043
Zakkiyatus Syahadah           23040113190046
Arief Purwowinanto             23040113140068
Djuwita Rahmawati              23040113140074
Khotimatul Barki                  23040113140078
Misbachul Umam                  23040113190079












FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2013

BAB I
PENDAHULUAN
            Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sehingga diperoleh secara lengkap. Ketajaman dan ketepatan dalam penggunaan alat analisis sangat menentukan keakuratan pengambilan kesimpulan, karena itu kegiatan analisis data merupakan kegiatan yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses penelitian. Kesalahan dalam menentukan alat analisis dapat berakibat fatal terhadap kesimpulan yang dihasilkan dan hal ini akan berdampak lebih buruk lagi terhadap penggunaan dan penerapan hasil penelitian tersebut. Dengan demikian, pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai teknik analisis mutlak diperlukan bagi seorang peneliti agar hasil penelitiannya mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi pemecahan masalah sekaligus hasil tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Analisis kuantitatif adalah suatu pendekatan sains yang dipergunakan dalam proses pengambilan keputusan. Analisis kuantitatif ini bertujuan untuk menentukan jumlah suatu zat atau komponen zat.
            Tujuan dari praktikum pengenalan analisis kuantitatif adalah untuk mengenal metode analisis kuantitatif standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat standar dan menetapkan kadar asam cuka. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan mampu menghitung standarisasi NaOH dan dapat menetapkan kadar asam cuka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Pengertian Analisis Kuantitatif
Analisis berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata “analusis” yang berarti melepaskan. Kata analusis sendiri terdiri dari dua suku, yaitu ana yang berarti melepaskan sehingga analuein berarti melepas analisis kuantitatif  berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam sampel. Analisis kuantitatif menggunakan zat tertentu, zat yang ditetapkan tersebut seringkali dinyatakan konstituen menyusun sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis (Harlout, 2003). Analisis kuantitatif bertujuan menentukan kadar ion atau molekul suatu sampel (Sumardjo, 2006). Zat yang dianalisis harus tepat. Keberhasilan Analisis Kuantitatif sangat tergantung pada indikator yang digunakan harus tepat sehingga mampu menentukan titik akhir titrasi yang tepat (Ratna, 2008).
2.2.      Macam- Macam Analisis Kuantitatif
2.2.1.   Analisis gravimetri
            Merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan sederhana dibandingkan dengan pemeriksaan zat lainnya. Analisis gravimetri adalah analisa yang menyangkut pengukuran berat (Rivai,  2006). Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna hingga kualitas analit yang tak terendapkan secara analitis tak dapat berdeteksi (Day dan Underwood, 2002).
2.2.2.  Analisis volumetri
Volumetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya telah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrsainya (Irfan, 2000). Analisis volumetri adalah analisis kuantitatif yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan baru yang sudah diketahui kadarnya. Analisis volumetri merupakan salah satu metode analisa kuantitatif yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan (Ratna, 2008).

2.2.3.   Analisis titrimetri
Analisis Titrimetri adalah salah satu divisi besar dalam kimia analitik. Perhitungan yang tercakup didalamnya didasarkan pada hubungan sthoikiometri dari reaksi kimia yang sederhana (Day dan Uderwood, 2002). Analisis titrimetri adalah pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan (Rivai, 2006).
2.2.4. Analisis instrumental
Analisis kuantitatif  instrumental didasarkan pada interaksi energi dengan materi. Juga didasarkan pada pengukuran besaran fisik pengukuran besaran fisik untuk menentukan jumlah sel atau komponen yang dicari atau non stokiometri. Diatas disebutkan interaksi materi. Energi ada bermacam-macam antara lain cahaya, listrik, panas, maka instrumental ini juga bermacam-macam menurut macam energi yang digunakan dan dalam penggunaan energi tertentu. Istilah instrumental merujuk pada suatu instrument yang khusus dalam tahap-tahap pengukuran suatu sampel (Day dan Underwood, 2002). Analisis instrumental lain mecakup potensiometri, polarografi, kulometri, konduktimetri, polarimetri, refraktometri, dan spektrometri massa (Day dan Underwood, 2002). 

BAB III
MATERI DAN METODE
            Praktikum Kimia Dasar dengan materi Pengenalan Analisis Kuantitatif dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 5 Oktober 2013 pukul 11.00-13.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan dan Pertanian,  Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.      Materi
            Alat yang digunakan dalam praktikum Analisis Kuantitatif adalah buret untuk meneteskan sejumlah reagen cair, statif untuk menyangga buret, erlenmeyer 100 ml untuk mengukur dan mencampur bahan analisa, labu ukur 250 ml dan 100 ml berfungsi sebagai tempat untuk mengencerkan larutan, pipet volume 10 ml untuk mengambil larutan dengan volume 10 ml, pipet tetes untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil, gelas ukur untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Bahan yang digunakan dalam praktikum kimia analisis kuantitatif adalah asam Oksalat 0,1 N, NaOH, Fenolftalein 1%, asam cuka (CH3COOH), dan  aquades.

3.2.      Metode          
3.2.1.   Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat standar
            Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah menimbang  0,63 gram Asam Oksalat dan melarutkan Asam Oksalat yang sudah ditimbang ke dalam aquades dan mengencerkan menjadi 100 ml dalam labu takar. Memasukkan larutan Asam Oksalat kedalam Buret.  Memasukkan 10 ml NaOH dan masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml kemudian teteskan 3 tetes Fenoftalein (PP). Melarutkan 10 ml NaOH ke dalam erlenmeyer 100 ml dengan 3 tetes PP menitrasi dengan asam oksalat standar sampai warna tepat hilang. Melakukan  titrasi sebanyak 2 kali dan mencatat volume asam oksalat.

3.2.2.   Penetapan kadar asam cuka
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah mengisikan larutan NaOH yang telah diket\ahui konsentrasinya ke dalam buret. Memasukkan 10 ml cuka Dixi ke dalam labu ukur, mengencerkan dengan aquades sampai 250 ml. Mengambil campuran asam cuka yang telah diencerkan dengan pipet volume sebanyak 10 ml dan masukkan ke dalam tabung  erlenmeyer. Meneteskan dengan 3 tetes Fenoftalein (PP). Menitrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH , menggojog sampai berubah warna menjadi merah muda yang konstan. Mencatat hasil volume NaOH yang dibutuhkan setelah itu menghitung kadar asam cuka.
 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Berdasarkan praktikum standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat diperoleh hasil sebagai berikut:­­­
Tabel 1. Hasil Pengamatan Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat

Volume Asam Oksalat (ml)
Titrasi I
12
Titrasi II
12,2
Rata – rata
12,1
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan hasil praktikum standarisasi NaOH didapatkan bahwa titrasi I volume asam oksalat yang dibutuhkan yaitu 12 ml, titrasi II volume asam oksalat yang dibutuhkan yaitu 0,121 N. Pada saat NaOH ditetesi dengan indikator fenolfalein (PP) sebanyak 3 tetes, larutan NaOH mengalami perubahan warna dari bening menjadi merah muda yang menunjukkan bahwa NaOH merupakan larutan basa. Setelah dilakukan percobaan sebanyak 2 kali didapat hasil yang tercantum dalam tabel pengamatan. Normalitas NaOH sebesar 12,1 N. Hal ini sesuai dengan pendapat Khopkar (2003) yang menyatakan bahwa tercapainya titik akhir titrasi pada percobaan ini pada prinsipnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada penambahan tiap titrasi. Pada hasil standarisasi NaOH dengan larutan Asam Oksalat menggunakan analisis volumetri yaitu analisis yang manambahkan sejumlah larutan baru yang sudah diketahui kadarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Davidet et al., (2010) yang menyatakan bahwa analisis volumetri menggunakan volume larutan.  
4.2.      Penetapan Kadar Asam Cuka
            Berdasarkan praktikum Penetapan kadar Asam Cuka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penetepan Kadar Asam Cuka

Volume NaOH (ml)
Titrasi I
8
Titrasi II
6,7
Rata – rata
7,35
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.

Berdasarkan hasil praktikum pengukuran kadar asam cuka didapatkan bahwa titrasi I volume NaOH yang dibutuhkan adalah 8 ml dan pada titrasi II volume NaOH yang dibutuhkan yaitu 6,7 ml. sehingga didapatkan rata-rata volume asam oksalat yang dibutuhkan, yaitu 7,35 ml. Melalui pengukuran kadar asam cuka didapatkan hasil sebesar 13,34%.
Pada percobaan ini, setelah larutan asam cuka ditetesi dengan fenolfalein (PP) sebanyak 3 tetes maka larutan mengalami perubahan warna dari bening menjadi merah muda yang tetap yang disebut dengan titik ekivalen. Hal ini sesuai dengan pendapat Rivai (2006) bahwa titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan warna indikator asam-basa. Pada titrasi II perlu asam oksalat lebih banyak karena reaksi yang terjadi lambat. Hal ini sesuai dengan pendapat David (2009) yang menyatakan bahwa titrasi umumnya lambat karena dibutuhkan waktu agar pembacaan stabil terutama saat didekat akhir titrasi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
        Simpulan dari praktikum Analisis Kuantitatif ini adalah titrasi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu larutan standar,  indikator, saat equivalen, serta ketelitian dalam menghitung. Reaksi dalam titrasi harus berjalan tetap dan kuantitatif, keberhasilan titrasi dapat dilihat dari perubahan warna pada larutan yang dititrasi. Pada standarisasi NaOH reaksi sempurna ditandai dengan adanya suatu perubahan warna yang disebabkan oleh larutan itu sendiri atau karena adanya penambahan suatu larutan petunjuk. Pada titrasi asam asetat dengan NaOH sebagai larutan standar akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.  
5.2. Saran
Diharapkan pada praktikum ini, praktikan bisa lebih teliti dalam mengamati hasil percobaan agar tidak terjadi kesalahan pada hasil akhir praktikum dan sebaiknya alat yang digunakan bersih agar hasilnya baik.



DAFTAR PUSTAKA
Day and underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
              
Rivai, H. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar