PENGENALAN
ANALISIS KUANTITATIF, KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK
LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
|
Disusun
Oleh
Kelompok
II AgribisnisB
Arifatul Luthfiah
23040113140043
Zakkiyatus Syahadah 23040113190046
Arief P urwowinanto 23040113140068
Djuwita Rahmawati 23040113140074
Khotimatul Barki 23040113140078
Misbachul Umam 23040113190079

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

PENDAHULUAN
Protein
merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah
protein, separuhnya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang
rawan, sepersepuluh di dalam kulit dan selebihnya di dalam jaringan lain dan
cairan tubuh. Protein adalah bagian dari semua sel tubuh. Protein mempunyai
fungsi yang tidak dapat digantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta
memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Lemak adalah
lipid sederhana, yaitu ester antara gliserol dan asam lemak, dimana ketiga
radikal hidroksil dari gliserol semuanya diesterkan. Pada umumnya, istilah
lemak meliputi lemak-lemak dan minyak-minyak, dan perbedaan antara keduanya
terletak pada sifat fisiknya, lemak adalah solid (padat) pada temperatur kamar
(200C), sedang minyak pada temperatur tersebut berbentuk cair.
Tujuan
dari praktikum protein dan lemak adalah mengetahui sifat umum dan sifat khusus protein
dan lemak. Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui sifat-sifat, klasifikasi dan
fungsi-fungsi dari protein dan lemak.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Protein
2.1.1. Pengertian protein
Protein merupakan molekul yang dikenal mempunyai struktur paling rumit.
Sesuai dengan fungsinya yang beragam itu, molekul protein sangat beragam
strukturnya, setiap jenis protein memiliki bentuk tiga dimensi atau konformasi
yang unik. Meskipun protein beragam, semua molekul protein merupakan polimer
yang dibangun dari kumpulan 20 asam amino yang sama (Campbell, 2002). Protein terdiri dari molekul –
molekul yang
mempunyai berat molekul antara 12.000 hingga beberapa juta (Sastrohamidjojo,
2005). Ikatan peptida yang menghubungkan asam-asam amino terbentuk secara
enzimatik melalui sintesis dehidrasi. Oligopeptida merupakan asam amino yang biasanya mempunyai panjang kurang dari 10 asam amino.
Polipeptida digunakan untuk rantai asam amino yang lebih dari 10, sedangkan
ikatan yang berukuran lebih dari 5.000 dalton disebut protein (Stansfield et al., 2003).
2.1.2.
Klasifikasi
protein
Klasifikasi Protein dapat dibagi dalam beberapa
kelompok, diantaranya adalah berdasarkan kesamaan bentuk molekulnya,
berdasarkan komposisi zat-zat penyusun, berdasarkan tingkat degradasinya (Hawab, 2004). Berdasarkan peranan atau fungsi biologinya
protein dapat dibedakan atas protein struktural, protein enzim, protein
pelindung, protein hormon, protein kontraktil, protein pengangkut dan protein
simpanan (Sumardjo,
2008).
Berdasarkan bentuk molekulnya protein dibagi menjadi
dua yaitu Globular dan Fibrosa (Oxtoby et al., 2003). Globular yaitu sifatnya larut dalam air dan
secara kasar berbentuk bola. Protein Globular ialah protein pembawa oksigen
dalam darah dan dalam sel. Protein Fibrosa yaitu merupakan zat pembentuk
stuktur pada hewan sehingga bersifat tidak larut dalam air (Sumardjo, 2008).
Berdasarkan
tingkat degradasi, Protein dibagi menjadi protein alam dan protein derivat.
Protein alam yaitu merupakan protein asli yang terdapat di alam, belum terjadi
perubahan, baik yang berasal dari hewan maupun dari tumbuhan (Sumardjo, 2008). Protein yang berasal dari hewan adalah protein
hewani, dan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Protein derivat
yaitu merupakan Protein asli yang telah mengalami perubahan, tetapi
perubahannya belum menjadi asam-asam amino (Raymond, 2005).
2.1.3. Fungsi protein
Fungsi
utama protein atau zat pembangunan yaitu dalam pertumbuhan jaringan.
Pertumbuhan dan pemeliharan jaringan dimungkinkan apabila tersedia susunan asam
amino tertentu yang sesuai (Tejasari, 2005). Protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi
apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak (Sloane, 2003).
2.2.
Lemak
2.2.1.
Pengertian lemak
Lemak
adalah molekul besar dan terbentuk dari molekul yang lebih kecil melalui reaksi
dehidrasi. Lemak disusun dari dua jenis molekul yang lebih kecil, yaitu
gliserol dan asam lemak. Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga
karbon, yang masing – masing mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak
memiliki kerangka karbon yang panjang, umumnya 16 sampai 18 atom karbon
panjangnya (Campbell, 2002). Lemak
adalah zat organik yang tidak dapat larut dalam air (Alfian, 2009).
2.2.2.
Klasifikasi
lemak
Berdasarkan ikatan-ikatan
rangkap molekulnya maka lemak dibedakan menjadi tiga yaitu asam lemak jenuh,
dan asam lemak tak jenuh, serta Gliserol (Sumardjo, 2008). Penggolongan asam lemak didasarkam pada jenis lemak
penyusunnya (Campbell,
2002).
2.2.2.1. Asam lemak jenuh, Asam
lemak jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap dua dalam struktur kimianya. Asam
lemak jenuh berasal dari hewan dan biasanya berbentuk padat (Campbell, 2002).
Pada umumnya merupakan unit penyusun dari lemak yang terdapat pada hewan atau
manusia, daya larutnya dalam air makin berkurang, seiring bertambahnya jumlah
atom karbon penyusunnya, adapun contoh asam lemak jenuh adalah Asam Butirat,
dan Asam Stearat (Sumardjo, 2008).
2.2.2.2.
Asam lemak tak jenuh,
Asam
lemak tak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dalam strukturnya. Asam
lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada
rantai karbonnya (Netti et al., 2002).
Disebabkan karena asam lemak tersebut dapat mengikat lebih banyak atom hidrogen
daripada yang terdapat pada asam karena kebanyakan zat ini berwujud cair pada
suhu kamar, maka bersifat cair (Campbell, 2002)
2.2.2.3. Gliserol,
Gliserol
sebagai komponen penyusun lemak yang biasa disebut Gliserin. Gliserol dapat membentuk
ikatan hidrogen (Raymond, 2005). Zat cair yang kental dan berwarna, rasanya
manis dan higroskopis dapat tercampur dengan air dalam segala perbandingan
tetapi tidak larut dalam eter dalam keadaan murni bila didinginkan dapat
membentuk kristal yang melebar kembali pada temperature 17°C (Campbell, 2002).
2.2.3.
Fungsi lemak
Lemak merupakan
sumber energi paling padat, yang
menghasilkan 9 kkalori untuk tiap gram. Sebagai simpanan lemak, lemak merupakan
cadangan energi tubuh paling besar ( Sunita, 2009). Manusia dan mamalia
menumpuk cadangan makanan jangka panjangnya dalam sel – sel lemak atau adiposa,
yang membengkak dan mengkerut ketika lemak disimpan atau dibebaskan dari
cadangan penyimpanan. Selain tempat penyimpanan energi, jaringan adiposa juga
berfungsi sebagai bantalan bagi organ vital seperti ginjal, dan lapisan lemak
di bawah kulit sebagai insulator tubuh (Campbell, 2002).

MATERI DAN METODE
Pratikum Kimia Dasar dengan
materi Protein dan Lemak dilaksanakan pada hari Sabtu,
2 November 2013 pukul 11.00 - 13.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia
Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Praktikum kimia dasar dengan materi
percobaan protein dan lemak menggunakan beberapa alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah
gelas beker yang berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan bahan, tabung reaksi yang berfungsi sebagai tempat larutan, pipet
tetes berfungsi untuk menambah atau mengurangi larutan sedikit demi sedikit,
sementara penjepit berfungsi untuk menjepit tabung reaksi. Bahan yang digunakan
adalah abumin telur, susu, margarin, FeCl3, CuSO4 0,5%, HgCl2,
PbCOOH, CH3COOH, NaOH 10%, Na2CO3,
eter, aquades, air sabun, asam stearat
dan minyak kelapa.
3.2. Metode
3.2.1. Protein
3.2.1.1. Uji
biuret, Menyiapkan 3 tabung reaksi. Tabung
pertama memasukkan dan mencampurkan 5 tetes albumin telur dengan 5 tetes
NaOH 10% dalam tabung reaksi. Menambahkan
dengan tepat 5
tetes larutan CuSO4 0,5% dan aduk secara sempurna. Mengamati reaksi positif jika
terbentuk warna merah muda atau ungu. Mengulangi langkah kerja tersebut terhadap tabung
kedua dan tabung ketiga dengan mengganti albumin telur menggunakan susu dan
minyak kelapa.
Mencatat
hasil pengamatan pada lembar pengamatan.
3.2.1.2. Presipitasi
dengan larutan garam logam berat, Menyediakan
4 tabung reaksi. Mengisi masing-masing tabung dengan albumin telur encer.
Tabung pertama menambahkan 5 tetes larutan FeCl3. Tabung kedua
menambahkan 5 tetes larutan CuSO4. Tabung ketiga menambahkan 5 tetes
larutan HgCl2. Tabung keempat menambahkan 5 tetes larutan PbCOOH. Mengamati dan membandingkan warna
endapan yang tebentuk. Mengulangi
langkah kerja tersebut menggunakan susu sebagai pengganti Albumin Telur.
Mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan.
3.2.1.3. Percobaan
hehler, Melarutkan
susu dan albumin telur, memasukkannya ke dalam tabung reaksi dan menambahkan
beberapa tetes CH3COOH. Mengamati warna dan lapisan yang terbentuk
pada telur dan susu. Pembentukan lapisan berwarna putih menunjukan bahwa
protein telah terdenaturasi karena pengaruh CH3COOH. Mencatat hasil pengamatan pada
lembar pengamatan.
3.2.2.
Lemak
3.2.2.1.
Sifat
fisik, kekentalan dan bau, Mengamati
sifat fisik, kekentalan dan bau dari Minyak Kelapa, Lemak (gajeh), dan Asam
Stearat. Mencatat
hasil pengamatan pada lembar pengamatan.
3.2.2.2. Uji
kelarutan lipid,
Menyediakan
4 tabung
reaksi. Mengisi 5 tetes aqua dest pada tabung pertama, 5
tetes Na2CO3 pada tabung kedua, 5
tetes Alkohol pada tabung ketiga,
dan 5 tetes Eter pada tabung keempat.
Menambahkan minyak
kelapa
sebanyak 5 tetes pada setiap tabung, menggojog hingga homogen lalu membiarkannya beberapa menit,
kemudian mengamati hasil yang
terjadi. Mengulangi percobaan tersebut dengan menggunakan mentega dan margarin. Mencatat hasil
pengamatan pada lembar pengamatan.
3.2.2.3. Pembentukan emulsi, Menyediakan
4 tabung reaksi. Meneteskan tabung pertama 5 tetes aquades dan 5 tetes minyak kelapa.
Mengisikan tabung kedua dengan 5 tetes air, 5 tetes minyak kelapa dan 5 tetes
Na2CO3. Mengisikan tabung ketiga dengan 5 tetes air, 5
tetes minyak kelapa, dan air sabun. Mengocok masing-masing tabung dan
membiarkannya selama 2 menit kemudian
mengamati terbentuknya emulsi pada masing- masing tabung. Mengulangi percobaan
tersebut dengan menggunakan Mentega dan Margarin. Mencatat hasil pengamatan
pada lembar pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Protein
4.1.1. Uji biuret
Berdasarkan hasil praktikum Uji Biuret pada sampel diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Pengamatan Uji Biuret
Sampel
|
Reaksi
|
Keterangan
|
Albumin Telur
|
+
|
Berubah warna menjadi warna ungu
|
Susu
|
+
|
Berubah warna menjadi warna ungu
|
Minyak Kelapa
|
-
|
Terbentuk warna biru
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
Berdasarkan percobaan diatas diketahui bahwa
albumin telur dan susu menunjukkan reaksi positif, sedangkan pada minyak
menunjukkan reaksi negatif. Pada Uji Biuret digunakan untuk mengetahui adanya
ikatan peptida. Percobaan pada albumin telur dan susu ini menunjukan bahwa di dalam albumin telur mengandung ikatan peptida karena berubah menjadi
warna ungu. Hal ini sesuai dengan pendapat Makfoeld (2002) yang menyatakan bahwa reaksi
biuret adalah uji reaksi kimiawi adanya ikatan – ikatan peptida. Sedangkan minyak tidak berubah menjadi warna ungu, tetapi
menjadi berwarna biru
ini menunjukkan bahwa minyak tidak mengandung ikatan
peptida. Adanya protein
ditandai dengan terbentuk warna ungu atau merah muda. Hal
ini sesuai pendapat Rahayu (2005) yang menyatakan bahwa adanya protein pada
suatu larutan ditandai dengan terbentuknya warna ungu.
4.1.2. Presipitasi dengan larutan garam logam berat
(putih telur)
Berdasarkan hasil
praktikum Presipitasi dengan Larutan
Garam Logam Berat (putih Telur) pada sampel diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Pengamatan Presipitasi
dengan Larutan Garam Logam Berat
(PutihTelur)
Reagen
|
Reaksi(+/-)
|
Keterangan
|
FeCl3
|
+
|
Terdapat endapan berwarna orange
|
CuSO4
|
+
|
Terdapat endapan berwarna hijau
|
HgCl2
|
+
|
Terdapat endapan berwarna putih
|
PbCOOH
|
+
|
Terdapat endapan berwarna putih
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
Berdasarkan percobaan diatas diketahui bahwa putih telur yang di campur dengan garam logam berat seperti
Fe2Cl3, CuSO4, HgCl2, PbCOOH
terdapat gumpalan. Larutan garam logam berat dapat mengendapkan larutan encer. Percobaan pada reagen yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa terjadi pembentukan endapan dengan perbandingan warna pada reagen
FeCl3 berwarna orange, CuSO4 berwarna hijau, HgCl2 dan
PbCOOH berwarna putih. Logam berat pada kadar tertentu dapat membahayakan. Putih
telur digunakan untuk menawar garam logam berat dengan
membentuk gumpalan yang sukar larut dan akan dikeluarkan dari lambung dengan
dimuntahkan. Ini menunjukkan bahwa perbedaan reagen yang diujikan dengan
putih Telur berpengaruh pada warna endapan yang dihasilkan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ophart (2003) menambahkan bahwa reaksi logam berat akan mengakibatkan
terbentuknya garam yang sukar larut dalam air atau mengendap. Ditambah pendapat
Sumardjo (2008)
yang menyatakan
bahwa protein dalam susu dan telur dengan larutan logam akan membentuk gumpalan
yang sukar larut.
4.1.3. Presipitasi dengan larutan garam logam berat
(protein susu)
Berdasarkan
hasil praktikum Uji Presipitasi dengan Larutan Asam Logam Berat
(Protein Susu) diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Pengamatan Presipitasi dengan
Larutan Garam Logam Berat (Protein
Susu)
Reagen
|
Reaksi (+/-)
|
Keterangan
|
FeCl3
|
+
|
Endapan, orange
|
CuSO4
|
+
|
Endapan, biru
|
HgCl2
|
+
|
Endapan
|
PbCOOH
|
+
|
Endapan
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
Berdasarkan percobaan diatas diketahui bahwa susu yang
dicampurkan dengan Fe2Cl3, CuSO4, HgCl2,
PbCOOH menunjukkan reaksi positif. Larutan Protein encer dari Susu diendapkan
dengan penambahan reagen seperti FeCl3, CuSO4 dan HgCl2
setelah itu menunjukan bahwa dalam susu mengalami denaturasi akibat pengaruh logam berat. Pemanasan logam berat yang dicampur dengan susu mengakibatkan
adanya endapan. Logam berat pada kadar tertentu dapat membahayakan. Albumin
Telur digunakan untuk menawar garam logam berat dengan membentuk gumpalan yang
sukar larut dan akan dikeluarkan dari lambung dengan dimuntahkan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ophart (2003) yang menyatakan bahwa reaksi logam berat
akan mengakibatkan terbentuknya garam yang sukar larut dalam air atau
mengendap. Terdapat
endapan dan perubahan warna menandakan bahwa molekul protein dalam susu
tersebut telah terdenaturasi karena pengaruh larutan garam logam berat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Yazid (2006) yang menyatakan bahwa sebagian protein
depat diendapkan dengan penambahan logam-logam berat seperti Cu2+,Hg2+, atau
Pb2+, melalui proses denaturasi.
4.1.4. Percobaan
hehler
Berdasarkan
hasil praktikum Uji Percobaan Hehler pada
suatu sampel diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Pengamatan Percobaan Hehler
Sampel
|
Reaksi (+/-)
|
Keterangan
|
Albumin Telur
|
+
|
Berwarna Putih, membentuk gumpalan
|
Susu
|
+
|
Berwarna putih
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
Uji Hehler pada protein encer seperti albumin telur dan susu yang direaksikan dengan asam nitrat pekat menghasilkan adanya lapisan warna putih
dan adanya endapan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
sampel mengalami penambahan fisik yang terjadi. Perubahan itu disebut
denaturasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sloane (2003) yang menyatakan bahwa denaturasi
protein adalah protein mempertahankan kesesuaian bentuknya asalkan lingkungan
fisik dan kimianya dipertahankan. Protein dapat mengalami denaturasi dan membentuk
lapisan warna putih karena adanya pengaruh dari asam nitrat pekat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Poedjiadi
(2002) yang menyatakan bahwa protein biasanya menjadi tidak larut dan
kehilangan aktivitas biologi tanpa kerusakan kerangka polipeptida, dengan
pemanasan, penambahan pH ekstrim, atau perlakuan dengan pereaksi tertentu.
Proses ini disebut denaturasi, disebabkan oleh membukanya rantai polipeptida.
4.2. Lemak
4.2.1. Sifat fisik, kekentalan dan bau
Berdasarkan hasil
praktikum Uji Sifat Fisik, Kekentalan, dan Bau pada sampel diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil Pengamatan Uji Sifat Fisik, Kekentalan
dan Bau.
Sampel
|
Bentuk
|
Tekstur
|
Aroma
|
Warna
|
Minyak Kelapa
|
Cair
|
Lembut
|
Khas
|
Bening
|
Lemak (gajeh)
|
Padat
|
Kenyal
|
Anyir
|
Putih kekuningan
|
Asam
Stearat
|
Padat
|
Kasar
|
Khas
|
Putih
|
Mentega
|
Padat
|
Halus
|
Khas
|
Kuning
|
Margarin
|
Padat
|
Halus
|
Khas
|
Kuning
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Primer Kimia 2013.
Berdasarkan pengamatan uji sifat fisik, kekentalan, dan bau menunjukkan bahwa minyak lebih kental dibandingkan lemak, asam stearat, mentega dan margarin yang lebih padat. Minyak kelapa tidak mempunyai bau sedangkan lemak (Gajeh), asam stearat, mentega, margarin, mempunyai bau yang khas.
Bau khas diakibatkan adanya proses kimia. Minyak mempunyai bentuk cair.
Sedangkan lemak,
asam stearat, margarin, mentega mempunyai sifat fisik padat.
Minyak berbentuk cairan karena biasanya ditemukan di dalam tumbuhan. Sedangkan
pada margarin, mentega dan lemak berbentuk padat karena biasanya
sampel-sampel tersebut ditemukan pada
hewan. Sesuai dengan pendapat Hawab (2004) yang menyatakan bahwa lemak mempunyai dua sifat yaitu padat dan cair.
Ditambahkan dengan pendapat dari Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa bau yang terdapat didalam diakibatkan karena
adanya proses oksidasi atau proses hidrolisis.
4.2.2. Uji kelarutan lipid
Berdasarkan
hasil praktikum Uji Kelarutan Lipid
pada sampel menggunakan
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid
Pelarut
|
Kelarutan
|
||
Margarin
|
Mentega
|
Minyak
Kelapa
|
|
Air
|
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
Na2CO3
|
Larut Sebagian
|
Larut Sebagian
|
Larut Sebagian
|
Alkohol
|
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
Tidak Larut
|
Eter
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Sumber: Data
Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
Berdasarkan percobaan tersebut diketahui
bahwa sampel minyak kelapa, mentega, dan margarin tidak dapat larut pada air
dan alkohol. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono (2006) yang menyatakan
bahwa, pada umumnya minyak dan lemak tidak dapat larut air. Minyak kelapa,
margarin, dan mentega dapat larut sebagian pada Na2CO3. Sedangkan
minyak kelapa, mentega, dan margarin larut dalam eter. Hal ini sependapat
dengan Ronald et al., (2004) yang
menyatakan bahwa lipid (lemak) tidak dapat larut air tetapi dapat larut dalam
pelarut organik.
4.2.3. Pembentukan emulsi
Berdasarkan hasil praktikum Uji Pembentukan Emulsi pada sampel diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 13. Hasil Uji Pembentukan Emulsi
Pelarut
|
Kelarutan
|
||
Margarin
|
Mentega
|
Minyak Kelapa
|
|
Air
|
Tidak Emulsi
|
Tidak Emulsi
|
Tidak Emulsi
|
Na2CO3
|
Tidak Emulsi
|
Tidak Emulsi
|
Emulsi
|
Air Sabun
|
Emulsi
|
Emulsi
|
Emulsi
|
Sumber : Data
Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
Berdasarkan
hasil pengamatan uji pembentukan emulsi pada minyak kelapa, margarin, dan
mentega pada sampel air dan Na2CO3
tidak mengalami emulsi. sedangkan pada air sabun sampel minyak kelapa,
margarin, dan mentega mengalami emulsi. Hal ini sependapat dengan Hawab (2004)
yang menyatakan bahwa apabila sabun dalam pelarut air, maka bagian molekul
sabun yang hidrofilik masih tetap mencari lemak untuk bergabung membentuk
emulsi. Molekul sabun meniti bersama- sama sehingga emulsi akan stabil. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa air dan minyak
jika dicampur akan membentuk dua lapisan.

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Simpulan
Berdasarkan
hasil praktikum, uji biuret menghasilkan endapan warna ungu. Pada prespitasi
logam berat, protein mengalami denaturasi. Pada praktikum lemak disimpulkan
bahwa lemak ada yang berwujud cair dan padat, pada uji kelarutan disimpulkan
bahwa lemak dapat larut dalam senyawa non polar, lemak dapat teremulsi dalam
air.
5.2. Saran
Metode yang digunakan pada praktikum sudah
baik, namun praktikan diharapkan untuk bisa lebih teliti dalam melakukan
praktikum agar tidak terjadi kesalahan pada hasil akhir praktikum. Diharapkan
agar alat yang dipakai pada praktikum sangat steril agar hasilnya benar dan
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar